Khutbah Idul Adha 2024

0
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ

اَللهُ أَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لَاإِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَإِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ اْلحَمْدُ

الْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِذَبْحِ الْأُضْحِيَّةِ. وَبَلَغَنَا إِلَى هٰذَا الْيَوْمِ مِنْ عَشْرِ ذِي الْحِجَّةِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ ذُوْ رَحْمَةٍ وَاسِعَةٍ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ تُرْجَى مِنْهُ الشَّفَاعَةُ. أَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ الرَّحْمَةِ، وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ ذَوِي الْعُقُوْلِ السَّلِيْمَةِ، صَلَاةً وَسَلَامًا مُتَلَازِمَيْنِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ 

أَمَّا بَعْدُ، عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ المَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمْ : فِيْهِ اٰيٰتٌۢ بَيِّنٰتٌ مَّقَامُ اِبْرٰهِيْمَ ەۚ وَمَنْ دَخَلَهٗ كَانَ اٰمِنًاۗ وَلِلّٰهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ اِلَيْهِ سَبِيْلًاۗ وَمَنْ كَفَرَ فَاِنَّ اللّٰهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعٰلَمِيْنَ. وَقَالَ اَيْضًا: إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ 
الْكَوْثَرَ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ. إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ. صَدَقَ اللهُ العَظِيمُ

اللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، لاَإِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ اْلحَمْدُ

 Para hadirin sidang Idul Adha rahimakumullah.

Alhamdulillah pada pagi hari yang agung ini, kita sama-sama telah mengumandangkan takbir, tahlil dan tahmid secara terus menerus sejak tadi malam hingga pagi ini, untuk mengagungkan Asma Allah

Dan pada pagi hari ini kita berkumpul di Masjid yang mulia ini untuk melaksanakan perintah Allah, yaitu melaksanakan Shalat Idul Adha.

Mengawali khutbah Idul Adha ini, saya selaku khatib berwasiat, khususnya kepada diri saya sendiri, dan umumnya kepada semua yang hadir pada kesempatan Idul Adha ini, marilah kita tingkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt, dengan keimanan serta ketakwaan yang sesungguhnya. Keimanan akan firman-firman Allah yang disampaikan melalui lisan Nabi-Nya, kemudian kita menjalankan apa yang diperintahkan oleh Allah, serta menjauhi semua larangan-Nya

Terlebih lagi pada momentum bulan dzulhijjah, yang mana terdapat tiga peristiwa istimewa yang Allah syariatkan di bulan ini.

Sebagai mana kita ketahui bahwasanya bulan Dzulhijjah adalah salah satu bulan yang di hurmati dari empat bulan dalam setahun, sebagaimana Allah berfirman di dalam Al-Qur'an:

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ

Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah adalah dua belas bulan dalam ketetapan Allah, ketika Ia menciptakan langit dan bumi; diantaranya ada empat (4) bulan Haram (yang mulia)

Rasulullah menegaskan mengenai empat bulan haram tersebut, sebagaimana beliau bersabda:

ثَلَاثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو القَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ وَرَجَبُ مُضَرُّ بَيْنَ جُمَادِى وَشَعْبَانَ

tiga bulan diantaranya berturut-turut Dzulqaidah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab Mudhar, yang terdapat diantara bulan Jumadi dan Sya’ban.”

(HR. Bukhari dan Muslim)

{ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ}

Itulah (ketetapan) agama yang lurus.

{فَلا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ}

maka janganlah kalian menganiaya diri kalian sendiri dalam bulan yang empat itu. (At-Taubah: 36)

Apakah yang dimaksud dengan menganiaya diri?

Para Ulama menafsirkan mengenai Firman Allah yang mengatakan tentang menganiaya diri sendiri, Yakni dalam bulan-bulan Haram itu janganlah kita melakukan dosa ataupun berbagai kemaksiatan, karena barangsiapa yang berbuat kemaksiatan pada bulan-bulan Haram, sanksinya jauh lebih berat daripada kemaksiatan yang dilakukan di hari-hari yang lain, dan dosanya akan dilipat gandakan daripada berbuat dosa di bulan-bulan yang lain. 

Sama halnya seperti orang yang berbuat dosa di dalam tanah Haram Kota Suci Mekah, maka dilipat gandakan pula dosanya, Sebagaimana firman Allah Swt:

{وَمَنْ يُرِدْ فِيهِ بِإِلْحَادٍ بِظُلْمٍ نُذِقْهُ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ}

dan siapa saja yang bermaksud melakukan kejahatan secara zalim di dalamnya, niscaya Kami akan rasakan kepadanya siksa yang pedih. (Al-Hajj: 25)

Selain perbuatan dosa yang dilipat gandakan dosanya, maka begitu pula amal baik, barangsiapa yang beramal baik pada bulan-bulan haram maka akan dilipat gandakan pula pahalanya

العَمَلُ الصَّالِحُ أَعْظَمُ أَجْرًا فِي الْأَشْهُرِ الْحُرُمِ

Amal salih lebih agung (besar) pahalanya di dalam bulan-bulan haram (Zulqa’dah, Zulhijjah, Muharram, dan Rajab).(Imam al-Baghawi, Ma’alimut Tanzil fi Tafsiril Qur’an).


اللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، لاَإِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ اْلحَمْدُ

Para hadirin Jamaah shalat Idul Adha yang di rahmati Allah

Bulan Dzulhijjah adalah merupakan satu bulan yang diagungkan oleh Allah hingga hari kiamat, maka kita wajib untuk mengagungkan apa yang di agungkan oleh Allah.

 فَعَظِّمُوْا مَا عَظَّمَ اللهُ، فَإِنَّمَا تُعَظَّمُ الْأُمُوْرُ بِمَا عَظَّمَهَا اللهُ بِهِ

Maka agungkanlah sesuatu yang diagungkan oleh Allah. Maka sungguh keagungan sesuatu bila diagungkan oleh Allah kepadanya. (Tafsir Imam Ibnu Katsir)

Dan karena keagungan bulan inilah, Allah mensyariatkan kepada umat Islam untuk melaksanakan dua Ibadah yang khusus hanya bisa dilakukan di bulan Dzulhijjah.

Syariat Pertama adalah ibadah haji, yang mana ibadah haji ini adalah suatu ibadah yang hanya boleh dilakukan di bulan dzulhijjah setiap tahun dan tidak bisa dilakukan di bulan-bulan lainnya, dan selain hanya boleh dilakukan di bulan Dzulhijjah, ibadah haji ini pula sudah ditetapkan tempat pelaksanaannya, yang mana ibadah ini hanya bisa dilakukan di Baitullah dan tidak bisa dilakukan dimanapun di dunia ini selain di baitullah.

وَلِلّٰهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ اِلَيْهِ سَبِيْلًا

Dan (di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, yaitu bagi orang-orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana. (QS. Ali 'Imran: Ayat 97)

وَمَنْ كَفَرَ فَاِنَّ اللّٰهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعٰلَمِيْنَ

Barangsiapa mengingkari (kewajiban) haji, maka ketahuilah bahwa Allah Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) dari seluruh alam. (QS. Ali 'Imran: Ayat 97)

Dan bahkan lebih utama lagi bahwasanya ibadah haji adalah suatu ibadah yang menyempurnakan keislaman seseorang, bagi siapa yang sudah melakukan ibadah haji maka sempurnalah keislamannya.

Syariat Kedua adalah penyembelihan hewan kurban, Sebagaimana firman Allah:

اِنَّآ اَعْطَيْنٰكَ الْكَوْثَر

Sungguh, Kami telah memberimu (Muhammad) nikmat yang banyak.”

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْۗ

Maka laksanakanlah shalat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah .”.

Syariat penyembelihan hewan kurban hanya dilakukan pada bulan Dzulhijjah bertepatan pada raya idul Adha, dan tidak disebut kurban jika dilakukan di hari-hari yang lain selain hari raya Idul Adha. Dan diterima kurban seseorang jika dilakukan setelah shalat Idul Adha hingga tiga hari setelahnya.

اللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، لاَإِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ اْلحَمْدُ

Para hadirin Jamaah shalat Idul Adha yang di rahmati Allah

Pelaksanaan ibadah haji dan Penyembelihan hewan kurban adalah merupakan sebuah ujian keimanan bagi kita sebagai umat Islam, sampai sejauh manakah ketaatan kita kepada Allah dalam melaksanakan perintah-Nya, dan sebesar apakah kita mampu mengeluarkan harta kita dalam berkurban untuk Allah yang sudah memberikan kita rejeki dan berbagai kenikmatan selama hidup. 

لَن تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّىٰ تُنفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ

Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai.[Al Imran: 92]

Melaksanakan ibadah haji berarti kita harus mengeluarkan sebagian harta kita yang kita cintai dalam jumlah yang cukup besar untuk melakukan perjalanan ke Baitulllah, dan ibadah haji ini bukanlah wisata religi melainkan ibadah fisik, yang mana kita harus siap mental dan fisik kita untuk melakukan berbagai rukun dalam ibadah haji.

Begitu pula ibadah kurban, kita harus menyisihkan sebagian harta yang kita cintai untuk dibelikan hewan kurban dan kemudian dibagikan kepada orang lain, jika bukan dilandasi dengan keimanan tentu saja dua ibadah ini adalah ibadah yang berat. 

Mari kita simak sebuah hadits:

عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا عَمِلَ آدَمِيٌّ مِنْ عَمَلٍ يَوْمَ النَّحْرِ أَحَبَّ إِلَى اللَّهِ مِنْ إِهْرَاقِ الدَّمِ

Dari 'Aisyah menuturkan bahwa Rasulullah SAW  bersabda, “Tidak ada suatu amalan yang dikerjakan oleh anak Adam pada hari raya Idul Adha yang lebih dicintai oleh Allah daripada menumpahkan darah (menyembelih hewan).

إِنَّهَا لَتَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِقُرُونِهَا وَأَشْعَارِهَا وَأَظْلَافِهَا

Karena hewan itu akan datang pada hari kiamat dengan tanduk-tanduknya, bulu-bulunya, dan kuku-kuku kakinya. 

وَأَنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنْ اللَّهِ بِمَكَانٍ قَبْلَ أَنْ يَقَعَ مِنْ الْأَرْضِ

Darah hewan itu akan sampai di sisi Allah sebelum menetes ke tanah.

فَطِيبُوا بِهَا نَفْسًا

Karenanya, lapangkanlah jiwamu untuk melakukannya.

(Hadits Hasan, riwayat al-Tirmidzi: 1413 dan Ibn Majah: 3117)

Di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ وَلَمْ يُضَحِّ فَلَا يَقْرَبَنَّ مُصَلَّانَا

"Barangsiapa memiliki keluasaan rizki namun tidak berkorban, maka janganlah ia mendekati tempat shalat kami." 

(HR Ibnu Majah: 3114)

وَمَا تُنفِقُوا مِن شَيْءٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ

Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya. [Al Imran: 92]


اللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، لاَإِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ اْلحَمْدُ

Para hadirin Jamaah shalat Idul Adha yang di rahmati Allah

Dalam berkurban, marilah kita meneladani kisah Nabi Ibrahim AS serta kesabarannya, yang mana beliau diperintah oleh Allah untuk menyembelih putranya yaitu Nabi Ismail melalui sebuah mimpi, Beliau mengalami mimpi yang sama ketika tidur selama tiga hari berturut-turut, mulai tanggal 7, 8 dan 9 dzulhijjah, dan pada hari kesepuluh dzulhijjah kemudian beliau mengutarakan mimpinya tersebut kepada putranya

Sebagaimana kisah ini Allah abadikan di dalam Al-Qur'an

يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَىٰ فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَىٰ

"Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!". (102)

قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِي إِن شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ

Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar". (102)

فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ

Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya). (103)

Dalam sebuah kisah diceritakan bahwa Nabi Ibrahim sempat menempelkan pisaunya di leher Nabi Ismail dan menggesekkannya beberapa kali, akan tetapi pisau tersebut tidak mempan, dan atas kehendak Allah ternyata pisau itu terbalik yang tajamnya diatas dan yang digesekkan adalah bagian yang tumpul, kemudian Nabi Ibrahim membalikkan pisau tersebut dan hendak menggesekkannya untuk kedua kali, Namun kemudian Allah memanggilnya

‏ وَنَادَيْنَاهُ أَن يَا إِبْرَاهِيمُ‏

Dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim, (104)

قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا ۚ إِنَّا كَذَٰلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ

sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. (105)

إِنَّ هَٰذَا لَهُوَ الْبَلَاءُ الْمُبِين

Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. (106)

 وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ

Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. (107)

وَتَرَكْ‏نَا عَلَيْهِ فِي الْآخِرِينَ

Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian, (108)

(QS  Ash-Shaffat: 101-108)

Itulah kisah nyata ketaatan dan kesabaran Nabi Ibrahim ketika diperintahkan oleh Allah untuk menyembelih putranya yang di abadikan di dalam Al-Qur'an, jangankan harta, bahkan putra yang sangat dicintapun rela beliau korbankan sebagai bukti bahwa Allah lebih utama dari apapun yang beliau miliki. 

Andai saja Allah tidak menggantinya dengan seekor domba tentu saja syariat ini akan terus berlangsung hingga hari kiamat, setiap bapa harus menyembelih anaknya setiap tahun.

Bersyukur kita tidak diperintahkan untuk menyembelih anak-anak kita, namun kita hanya diperintahkan untuk menyembelih hewan kurban, dan ini lebih ringan daripada menyembalih anak-anak kita yang kita cintai.

Namun kendatipun demikian, menyisihkan sebagian harta untuk berkurban itu bukanlah hal yang ringan, bukan karena tidak punya akan tetapi karena takut miskin atau takut kekurangan, Itulah sifat manusia, kita lebih suka menerima daripada memberi.

Padahal dengan kita berkurban bukan berarti Allah butuh kepada persembahan yang kita kurbankan, akan tetapi sebagai bukti ketakwaan kita kepada Allah. 

‏ لَن يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَٰكِن يَنَالُهُ التَّقْوَىٰ مِنكُمْ

Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. 

(QS Al-Hajj ayat 37) 

Sebagai penutup, satu hadits yang harus kita imani

مَا أَحْسَنَ عَبْدٌ الصَّدَقَةَ إِلَّا أَحْسَنَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ الْخِلَافَةَ عَلَى تِرْكَتِهِ   

Tidaklah seorang hamba memperbaiki sedekahnya kecuali Allah memperbaiki pengganti atas harta tinggalannya.” (HR Ibnu al-Mubarak).


بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْأَنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَةِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَاتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah Kedua Idul Adha

الله اكبر ۷× الله اكبر كبيرا والحمد لله كثيرا، وسبحان الله بكرة وأصيلا، لااله الاّالله والله اكبر، الله اكبر ولله الحمد . أَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ خَلَقَ الْإِنْسَانَ وَصَوَّرَهُ مِنَ الْعَدَمِ، وَقَدَّرَ رِزْقَهُ وَاَجَلَهُ وَعَلَيْهِ بِكَأْسِ الْمَنُوْنِ قَدْ حَكَمْ، اَشْهَدُ اَنْ لَااِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ شَهَادةً تُنْجِيْ قَائِلَهَا مِنَ الْاَلَمْ، وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ شَرَفَ اللهُ بِهِ الْمُرْسَلِيْنَ وَبِهِ خَتَمْ
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى الهِ وَاَصْحَابِهِ، صَلَاةً وَسَلَامًا دَائِمَيْنِ مُتَلَازِمَيْنِ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
{امابعد}
اَيُّهَاالنَّاسُ اتَّقُوْااللهَ وَاعْلَمُوْا أَنَّ هَذَاالْيَوْمَ يَوْمُ النَّحْرِ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ حُرِمَ عَلَيْنَا فِيْهِ الصِّيَامُ وَأُحِلَ لَنَا فِيْهِ الطَّعَامُ، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمْ،؛ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا ارْكَعُوا وَاسْجُدُوا وَاعْبُدُوا رَبَّكُمْ وَافْعَلُوا الْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ : (الحج : ۷۷
إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِ يَاَيُّهَاالَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اللَّهُمَّ صَلِّوَسَلِّم وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ الهِ وَاَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ آمين يَا مُجِيْبَ السَـائِلِيْنَ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَلِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا مَا قَدَّمْنَا وَمَا أَخّرْنَا وَمَا أَسْرَرْنَا وَمَا أَعْلَنَّا وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنَّا أَنْتَ المُقَدِّمُ وَأَنْتَ المُؤَخِّرُ وَأَنْتَ عَلَى كُلِّ شَيٍءٍ قَدِيْرٍ
اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِرْكَ وَالمُشْرِكِيْنَ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنَ، اَللَّهُمَّ انْصُرْ مَنْ نَصَرَ دِيْنَكَ وَكِتَابِكَ وَسُنَّةَ نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، اَللَّهُمَّ وَانْصُرْ عِبَادَكَ المُؤْمِنِيْنَ يَا ذَا الجَلَالِ وَالإِكْرَامِ
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا اَلَّذِيْ هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا اَلَّتِي فِيْهَا مَعَاشُنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا اَلَّتِي فِيْهَا مَعَادُنَا، وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِي كُلِّ خَيْرٍ وَالمَوْتَ رَاحَةً لَنَا فِي كُلِّ شَرٍّ
رَبَّنَا آتِنَا فِيْ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. والحمد لله رب العالمين

Tidak ada komentar

Posting Komentar

© all rights reserved
made with by templateszoo