LATEST POSTS

QUR'AN

Al-Quran Terjemah, Tafsir Ibnu Katsir

HADITS

Hadits Shahih Bukhari, Hadits Shahih Muslim, Hadits Sunan Abu Daud, Hadits Arbain
Haji dan Umroh

Adab Berziarah ke Maqam Rasulullah: Meneladani Ajaran dan Menghormati Warisan Spiritual

Berziarah ke Maqam Rasulullah SAW bukanlah sekadar kunjungan biasa, melainkan suatu bentuk ibadah dan penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW. 

Mengawali Perjalanan dengan Niat yang Suci

Sebelum kita menginjakkan kaki di Maqam Rasulullah, penting bagi kita untuk membersihkan hati dan niat. 

Sebagaimana hadits mengingatkan, Telah menceritakan kepada kami Abu ’Ubaidah, Al-Qaadliy, dan Ibnu Makhlad, mereka semua berkata : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al-Waliid Al-Busriy : telah menceritakan kepada kami Wakii’ : Telah menceritakan kepada kami Khaalid bin Abi Khaalid dan Abu ’Aun, dari Asy-Sya’biy dan Al-Aswad bin Maimuun, dari Haaruun bin Abi Qaza’ah, dari seorang laki-laki keluarga Haathib, dari Haathib, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ’alaihi wa sallam :

مَنْ زَارَنِي بَعدَ مَوْتِي، فَكَأَنَّمَا زَارَنِي فِيْ حَيَاتِيْ، وَمَنْ مَاتَ بِأَحَدِ الْحَرَمَيْنِ بُعِثَ مِنَ الْآمِنِيْنَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ.

Barangsiapa yang menziarahiku setelah kematianku, maka seakan-akan ia menziarahiku sewaktu aku masih hidup. Dan barangsiapa yang mati di salah satu di antara dua tanah haram (Makkah dan Madinah), niscaya ia akan dibangkitkan sebagai orang-orang yang mendapat keamanan di hari kiamat”.

Niat kita seharusnya murni, penuh cinta, dan dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Tidak Meninggikan Suara di Hadapan Rasulullah

Seiring dengan niat yang tulus, kita diajak untuk merenungi ayat Al-Qur'an yang menasihati kita agar tidak meninggikan suara di hadapan Nabi. 

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَرْفَعُوْٓا اَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلَا تَجْهَرُوْا لَهٗ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ اَنْ تَحْبَطَ اَعْمَالُكُمْ وَاَنْتُمْ لَا تَشْعُرُوْنَ 


Wahai orang-orang yang beriman, janganlah meninggikan suaramu melebihi suara Nabi dan janganlah berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebagian kamu terhadap yang lain. Hal itu dikhawatirkan akan membuat (pahala) segala amalmu terhapus, sedangkan kamu tidak menyadarinya.

(QS Al-Hujurat: Ayat 2)

Ayat ini adalah perintah langsung dari Allah yang mengajarkan adab kepada kita, bagaimana cara berbicara ketika berada di hadapan maqam Rasulullah, sampaikan lembut dan penuh hormat di hadapan makam Rasulullah.

Meneladani Akhlak dan Kepribadian Rasulullah

Selama berziarah, mari kita refleksikan ajaran dan kehidupan Nabi Muhammad SAW. Bagaimana beliau bersikap, berbicara, dan berinteraksi dengan orang lain. Tindakan ini bukan hanya sekadar mengenang, tetapi juga menjadi inspirasi untuk meningkatkan kualitas hidup dan berinteraksi dengan sesama.

Tips Berziarah yang Bermakna

Berdoa dengan Ikhlas: Sampaikan doa-doa dengan hati yang ikhlas dan penuh harap kepada Allah SWT.

Membaca Surat Yasin dan Al-Fatihah: Bacalah Surat Yasin dan Al-Fatihah sebagai doa untuk mendatangkan keberkahan.

Berzikir dan Berintrospeksi: Luangkan waktu untuk berzikir dan merenung, meresapi makna hidup dan kehadiran kita di dunia.

Beramal Shalih: Lakukan amal shalih sebagai bentuk syukur atas kesempatan untuk berziarah ke tempat suci ini.

Mengakhiri dengan Doa dan Harapan

Sebelum meninggalkan Maqam Rasulullah, jangan lupa untuk memanjatkan doa untuk diri sendiri, keluarga, umat, dan seluruh umat manusia. Semoga perjalanan ini memberikan keberkahan dan menjadi bekal spiritual bagi kita dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Penutup

Adab berziarah ke Maqam Rasulullah bukan hanya tentang menempuh perjalanan fisik, tetapi lebih dari itu, merupakan perjalanan spiritual yang memperkaya jiwa dan mengokohkan iman. Semoga video ini menginspirasi kita semua untuk menjalankan ziarah dengan adab yang sesuai dengan ajaran Islam, serta menjadikan setiap langkah kita sebagai bentuk penghormatan kepada Rasulullah SAW.

Tanah Arab Kembali Hijau, Dipenuhi Tumbuhan dan Sungai-Sungai

Dan di antara tanda-tanda Kiamat adalah tanah Arab kembali hijau penuh dengan tumbuhan dan sungai. Dijelaskan dalam hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَعُودَ أَرْضُ الْعَرَبِ مُرُوجًا وَأَنْهَارًا.

“Tidak akan tiba hari Kiamat hingga tanah Arab kembali hijau penuh dengan tumbuhan dan sungai-sungai.”

Di dalam hadits ini terdapat dalil bahwa tanah Arab sebelumnya adalah hijau penuh dengan tumbuhan dan sungai-sungai dan akan kembali seperti semula.

Yang nampak jelas dari hadits tersebut bahwa negeri-negeri Arab yang sudah ribuan tahun dalam kondisi gersang dan tandus, akan dilimpahi dengan air yang banyak, sehingga menjadi sungai-sungai, tumbuh di atasnya berbagai macam tumbuhan sehingga menjadi padang rumput, kebun-kebun, dan hutan-hutan.

Dan sekarang semua yang dikabarkan Nabi SAW sudah terjadi.

Bukti yang nyata dari kebenaran hadits ini adalah munculnya di zaman ini sumber-sumber air yang mengalir bagaikan sungai, dan tumbuh di atasnya berbagai macam tanaman, dan akan terbukti segala hal yang dikabarkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. 

Ketahui 8 Tempat Miqat Saat Umroh, Syarat dan Rukun serta Larangan-Larangannya

Selamat datang, para calon tamu-tamu Allah yang berbahagia! Apakah Anda sedang merencanakan untuk menjalani ibadah umroh? Jika iya, Anda berada di tempat yang tepat! Di artikel ini, kita akan menjelajahi dunia umroh. dengan lebih mengenal panduan seputar umroh, mengenal 9 tempat-tempat miqat, serta syarat dan rukun umroh yang wajib diketahui, juga larangan-larangan yang harus dihindari.

Sebagaimana Ibadah Sholat, ibadah umroh juga memiliki syarat dan rukun yang harus di penuhi, serta larangan-larangan yang harus dihindari.

Syarat adalah sesuatu yang harus dipenuhi ketika kita melakukan ibadah. Apabila syarat tersebut tidak terpenuhi, maka ibadah kita tidak sah. Sedangkan rukun adalah tata cara yang harus dilakukan dalam sebuah ibadah

 Syarat  Umroh :

1. Muslim (umroh hanya boleh dilakukan oleh umat islam).
2. Berakal (dalam keadaan sadar atau tidak gila).
3. Baligh (sudah dewasa).
4. Mampu (mampu dalam arti mampu biaya dan mampu dalam kedaan fisik atau kesehatan, terdapat kendaraan yang siap mengantar umroh dan juga keamanan dalam arti keselamatan jiwa).

Rukun Umroh:
Rukun Umroh ada 5 yaitu;
  1. Ihram di Miqat dan berniat. Miqat (bahasa Arab: ميقات) adalah batas bagi dimulainya ibadah haji atau Umroh (batas-batas yang telah ditetapkan). Apabila melintasi miqat, seseorang yang ingin mengerjakan haji perlu mengenakan kain ihram dan berniat (Niat berumroh setelah sebelumnya menggunakan pakaian ihram).
    Bacaan niat Umrah :
    لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ عُمْرَةً
    Aku sambut panggilan-Mu ya Allah untuk berumrah.
    Atau :
    نَوَيْتُ الْعُمْرَةَ وَأَحْرَمْتُ بِهَا للهِ تَعَالىَ
    Aku niat umrah dengan berihram karena Allah ta'ala.
  2. Tawaf (Mengitari Ka'bah sebanyak 7 putaran). Anda bisa mengunjungi Do'a Tawaf putaran 1 sampai tujuh
  3. Sai (Berlarian kecil antara Shafa – Marwah sebanyak tujuh kali putaran ).
  4. Tahallul (mencukur rambut kepala atau memotong sebagian).
  5. Tertib. 
Bila seorang jama'ah meninggalkan salah satu rukun umrah, maka ibadah umrahnya tidak sah dan wajib membayar dam..

Wajib umrah yaitu ihram untuk melaksanakan umrah dari miqat (tempat dimulainya pelaksanaan niat ihram) dan tidak melakukan beberapa perbuatan yang dilarang selama berihram.


Wajib Umrah diantaranya adalah Ihram dari miqat
Tempat-tempat Miqat antara lain;

1. Zul Hulaifah atau lebih sering disebut Bir Ali sekitar 10km dari kota Madinah,

Dhul Hulaifah merupakan tempat ambil miqat yang berlokasi di barat daya Makkah, sekitar 10 km dari kota Madinah.

Tempat ini dikenal sebagai Abyar Ali dan memiliki sejarah penting karena Rasulullah SAW dan para sahabatnya berihram dari sini dalam perjalanan umrah dan haji.

2. Ji'ranah:

Ji'ranah terletak sekitar 19 km di sebelah utara Makkah.

Sejarah Ji'ranah terkait dengan peristiwa haji Wada (haji perpisahan) di mana Rasulullah SAW dan para sahabatnya berihram dari Ji'ranah.

3. Yalamlam

Yalamlam berada di arah tenggara Mekkah, dengan jarak sekitar 92 kilometer. Ini adalah lokasi miqat bagi jemaah yang berasalh dari Yaman dan mereka yang melalui rute yang sama, seperti jemaah dari India, Pakistan, China, dan Jepang. 

Jemaah haji Indonesia yang mengambil miqat saat perjalanan di pesawat biasanya dilakukan ketika pesawat mendekati Yalamlam/Qarnul Manazil. Kru pesawat akan mengumumkan jika pesawat sudah akan melintas di atas Yalamlam/Qarnul Manazil. 

Jika mengambil miqat di pesawat, maka jemaah dianjurkan segera berpakaian ihram dan melakukan niat haji/umrah di dalam hati dan melafalkannya dengan lisan.

4. Masjid Aisha (Tan'im):

Masjid Aisha terletak sekitar 5 km di sebelah tenggara Masjidil Haram.

Tempat ini juga dikenal sebagai Tan'im dan dihubungkan dengan peristiwa Umrah Qudha setelah Perjanjian Hudaibiyah, di mana Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya berihram dari sini.

5. Hudaibiyah.

Hudaibiyah terletak di luar batas Haram (kawasan suci) di Makkah. Secara tepat, Hudaibiyah berada di sebelah barat daya Makkah, yang berarti bahwa Hudaibiyah terletak di arah barat daya dari Masjidil Haram. Jarak antara Hudaibiyah dan Masjidil Haram adalah sekitar 18 kilometer.

6. Juhfah

Juhfah berlokasi sekitar 183 kilometer di arah barat laut Mekkah. Lokasi miqat ini biasanya digunakan jemaah dari Syria, Yordania, Mesir dan Lebanon.

7. Qarnul Manazil (as-Sail)

Lokasi Qarnul Manazil (as-Sail) di dekat kawasan pegunungan Taif, sekitar 94 kilometer di timur Makkah. Biasanya, titik miqat ini menjadi lokasi miqat bagi jemaah dari Dubai.

8. Zatu Irqin

Lokasi miqat ini berjarak sekitar 94 kilometer di arah timur laut Mekkah. Biasanya, digunakan sebagai lokasi miqat jemaah dari Iran dan Irak atau yang melalui rute yang sama.
9. Bandara King Abdul Aziz, Jeddah. Bandara King Abdul Aziz dijadikan lokasi miqat setelah Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa pada 28 Maret 1980 tentang keabsahan Bandara Jeddah sebagai tempat miqat. Fatwa ini dikukuhkan kembali pada 19 September 1981
 

1. Sebelum berangakat menaiki kendaraan dari hotel, mandi terlebih dahulu kemudian mengenakan wangi-wangian.
2. Bagi pria memakai kain ihram yang sudah ditentukan, dua helai kain yang tidak dijahit mengurung, satu helai kain untuk pengganti celana, yang sehelai lagi untuk selendang (tidak boleh mengenakan pakaian lain yang ada jahitannya seperti peci, topi termasuk juga celana dalam). Bagi perempuan pakaian ihramnya biasa saja.
3. Setelah tiba di tempat miqat, lakukan shalat sunnah dua rakaat yaitu shalat sunnah Ihram, setelah selesai kemudian membaca niat umroh yang ikhlas dan tulus tanpa ada paksaan
4. Adapun lafadz niatnya adalah sebagaimana disebutkan diatas:
Bacaan niat Umrah :
لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ عُمْرَةً
Aku sambut panggilan-Mu ya Allah untuk berumrah.
Atau :
نَوَيْتُ الْعُمْرَةَ وَأَحْرَمْتُ بِهَا للهِ تَعَالىَ
Aku niat umrah dengan berihram karena Allah ta'ala.

5. Setelah selesai niat maka berlakulah semua larangan yang tidak boleh dilakukan selama Umroh antara lain:

Larangan saat melaksanakan ihram :
  1. Tidak diperbolehkan memotong dan mencabut sebagian atau keselruhan rambut, tidak boleh memotong kuku, tidak boleh menggaruk kulit sampai terkelupas dan mengeluarkan darah.
  2. Tidak diperbolehkan mengenakan parfum dan wewangian, termasuk parfum yang terdapat pada sabun mandi.
  3. Tidak diperbolehkan membikin gaduh, seperti bertengkar.
  4. Tidak diperbolehkan bermesraan meskipun dalam ikatan yang resmi.
  5. Tidak diperbolehkan bersetubuh antar pasangan resmi.
  6. Tidak diperbolehkan berkata-kata kotor.
  7. Tidak diperbolehkan melakukan pernikahan.
  8. Tidak diperbolehkan berburu binatang atau membantu berburu binatang liar.
  9. Tidak diperbolehkan membunuh binatang liar atau pun binatang pelliharaan (kecuali mengancam jiwa), memotong atau mencabut tumbuh-tumbuhan yang masih hidup dan segala hal yang mengganggu kehidupan mahluk.
  10. Tidak diperbolehkan memakai make-up.
  11. Pria tidak diperbolehkan  : memakai penutup kepala (topi, sorban,dsb), memakai pakaian yang terdapat jahitannya dan tidak boleh memakai alas kaki yang menutup mata kaki.
  12. Wanita tidak diperbolehkan : menutup wajah dan tidak boleh menutup telapak tangan mengenakan apa pun.
Kemudian selama perjalanan menuju Makkah hendaklah membaca talbiyah.

لَـبَّـيْكَ اللَّهُمَّ لَـبَّـيْكَ، لَـبَّـيْكَ لاَ شَرْيَكَ لَكَ لَـبَّـيْكَ، إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ

Aku memenuhi panggilan-Mu Ya Allah (sungguh) Aku memenuhi panggilan-Mu, (sungguh) Aku memenuhi panggilan-Mu tiada sekutu bagimu, sesungguhnya seluruh pujian kesempurnaan, dan seluruh nikmat serta kekuasaan hanya milik-Mu yang tiada sekutu bagi-Mu. 

Panduan Berbicara di Depan Publik dalam Islam


Tips Berceramah Efektif Dalam Islam

Di dalam Islam, terdapat beberapa amalan dan prinsip yang dapat membantu seseorang menjadi pandai berbicara dan berkomunikasi dengan baik. Berikut adalah beberapa amalan yang dapat membantu:

Bertaqwa kepada Allah: Ketika seseorang memiliki ketakwaan kepada Allah, ia akan lebih berhati-hati dalam perkataan dan perilaku. Amalan ini akan membantu seseorang untuk berbicara dengan penuh pertimbangan dan menghindari perkataan yang tidak baik.

Berbicara dengan Kelembutan: Rasulullah Muhammad ﷺ diajarkan oleh Allah untuk berbicara dengan kelembutan dan lemah lembut. Kelembutan dalam berbicara adalah sifat yang sangat dihargai dalam Islam dan dapat membantu membangun hubungan yang baik dengan orang lain.

Berbicara yang Benar: Islam mengajarkan pentingnya berbicara yang jujur dan benar. Seorang Muslim seharusnya menghindari kebohongan dan berbicara hanya dengan fakta yang benar.

Menghindari Ghibah (Menggunjing): Ghibah adalah berbicara tentang seseorang dengan hal-hal negatif atau membicarakan keburukan orang lain di belakangnya. Islam mengajarkan untuk menghindari ghibah, karena itu dapat merusak hubungan dan menyebabkan fitnah.

Berbicara dengan Ilmu: Memiliki pengetahuan yang baik tentang apa yang dibicarakan adalah penting. Islam mendorong umatnya untuk belajar dan mencari ilmu. Berbicara dengan dasar pengetahuan akan membuat komunikasi lebih kuat dan meyakinkan.

Bersikap Sabar: Dalam situasi yang sulit atau konflik, bersikap sabar adalah penting. Berbicara dengan emosi berlebihan dapat memperburuk situasi. Islam mengajarkan untuk menjaga ketenangan dalam berbicara.

Berbicara dengan Bijaksana: Islam mendorong penggunaan hikmah dalam berbicara. Berbicara dengan bijaksana dan memilih kata-kata yang tepat akan membantu pesan yang ingin disampaikan lebih mudah dimengerti.

Mendengarkan dengan Perhatian: Berbicara yang baik juga termasuk kemampuan mendengarkan dengan baik. Islam mengajarkan untuk memberikan perhatian kepada orang yang berbicara dan menghindari berbicara saat orang lain berbicara.

Berdoa: Memohon kepada Allah agar diberikan kemampuan berbicara yang baik adalah amalan yang sangat dianjurkan dalam Islam. Berdoa kepada Allah untuk membantu dalam komunikasi adalah tanda ketergantungan kita kepada-Nya.

Selain amalan-amalan di atas, penting juga untuk terus berlatih dan belajar dalam hal komunikasi. Buku, seminar, dan kursus mengenai komunikasi yang efektif juga bisa menjadi sumber pengetahuan yang sangat bermanfaat.

Apa Amalan Agar Kita Pandai Berceramah di depan Publik?

Di dalam Islam juga terdapat amalan dan prinsip-prinsip yang dapat membantu seseorang menjadi pandai dalam berceramah atau berbicara di depan publik. Berikut beberapa amalan yang dapat membantu:

Mendalami Ilmu Agama: Seorang penceramah yang baik seharusnya memiliki pemahaman yang kuat tentang ajaran Islam. Belajar dan mendalami ilmu agama secara mendalam akan memberikan pondasi yang kokoh untuk berbicara tentang topik agama dengan otoritas dan kepercayaan diri.

Latihan dan Persiapan: Persiapan yang matang adalah kunci kesuksesan dalam berbicara di depan publik. Menyusun materi ceramah dengan baik, berlatih membawakan materi, dan mengenal audiens yang akan dihadapi adalah langkah-langkah penting.

Menggunakan Contoh dari Kehidupan Nabi: Mengambil contoh-contoh dari kehidupan Nabi Muhammad ﷺ dan para sahabat dalam ceramah dapat membuat ceramah lebih relevan dan memberikan pemahaman yang lebih mendalam.

Berbicara dengan Kelembutan dan Ketenangan: Kelembutan dan ketenangan dalam berbicara sangat penting agar pesan yang disampaikan mudah dipahami dan diterima. Menebar rasa tenang akan membantu audiens lebih terhubung dengan pesan yang disampaikan.

Menggunakan Kisah-Kisah dalam Al-Quran dan Hadis: Menggunakan kisah-kisah yang terdapat dalam Al-Quran dan Hadis untuk mendukung materi ceramah dapat membuat pesan lebih hidup dan mengena.

Menghindari Berlebihan: Berbicara dengan cara yang sederhana dan mudah dipahami akan lebih efektif daripada menggunakan bahasa yang terlalu rumit atau berbicara dalam jumlah kata yang berlebihan.

Menjaga Niat Ikhlas: Seorang penceramah harus menjaga niatnya agar ceramahnya semata-mata untuk mengharapkan keridhaan Allah dan memberikan manfaat kepada audiens, bukan untuk tujuan pribadi atau pujian.

Memperhatikan Reaksi Audiens: Seorang penceramah yang baik harus peka terhadap reaksi audiens. Mengamati bagaimana audiens merespons ceramah dapat membantu menyesuaikan gaya berbicara dan konten untuk menciptakan interaksi yang lebih baik.

Berdoa: Memohon kepada Allah agar diberikan kemampuan berceramah yang baik adalah amalan penting. Berdoa kepada Allah untuk membantu dalam berbicara di depan publik adalah tanda ketergantungan kita kepada-Nya.

Belajar dari Penceramah Lain: Mengamati dan belajar dari penceramah-penceramah yang sudah mahir juga bisa menjadi sumber inspirasi. Melihat bagaimana mereka menyampaikan pesan, mengatur intonasi suara, dan membangun hubungan dengan audiens bisa memberikan wawasan berharga.

Ingatlah bahwa menjadi penceramah yang baik memerlukan waktu, dedikasi, dan latihan yang konsisten. Tidak ada jalan pintas untuk menguasai keterampilan ini, tetapi dengan menggabungkan prinsip-prinsip Islam dengan latihan yang tepat, seseorang dapat menjadi lebih mahir dalam berceramah.

Maulid Barzanji Attiril 1 Sampai Attirl 19 Lengkap Arab Dengan Artinya



Kitab Al-Barzanji adalah sebuah karya sejarah yang memfokuskan pada perjalanan hidup Nabi Muhammad SAW, termasuk pujian dan doa kepada beliau. Karya ini juga dikenal sebagai kitab maulid yang populer di kalangan umat muslim Indonesia, terutama warga Nahdliyin.

Kitab ini mengisahkan tentang kelahiran Nabi Muhammad SAW, perjalanan dakwah beliau, dan berbagai hal lainnya. Dengan judul resmi "Iqdul Jauhar fî Maulidin Nabiyyil Azhar," kitab ini dirancang dengan tujuan utama untuk memperkuat rasa cinta kepada Nabi Muhammad SAW.

Seiring berjalannya waktu, kitab ini lebih sering disebut sebagai "Maulid Barzanji," yang mengacu pada penulisnya.Kitab Al-Barzanji mengukir sejarah yang tak tergoyahkan dalam menggambarkan perjalanan hidup Nabi Muhammad SAW. Tercermin dalam haluan-haluan perjalanan dan keberkahan doa serta pujian yang dipersembahkan kepada sang Nabi, karya ini telah menjalar begitu dalam di kalangan umat Muslim Indonesia, dengan khususnya di antara warga Nahdliyin.

Dalam alunan halaman kitab ini, cerita kelahiran Nabi Muhammad SAW mengalir begitu indah, sementara perjalanan dakwah beliau menyatu dalam tulisan-tulisan yang penuh makna. Setiap halaman merupakan puncak penghormatan dan penghargan terhadap beliau, Nabi yang diakui sebagai rahmat bagi seluruh alam. Judul resmi karya ini, "Iqdul Jauhar fî Maulidin Nabiyyil Azhar," menjadi saksi bahwa kitab ini tak hanya sekadar kumpulan tulisan, tetapi juga merupakan simbol kasih dan cinta yang tak tergoyahkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Seiring berlalunya masa, "Maulid Barzanji" telah menjadi panggilan akrab untuk kitab ini. Nama ini merujuk kepada sosok penulisnya, Sayyid Zainal ‘Abidin Ja’far bin Hasan bin ‘Abdul Karim al-Husaini asy-Syahzuri al-Barzanji.

Kesederhanaan kata-kata dalam kitab ini sejalan dengan ketenangan hati penulisnya, Sayyid Ja’far al-Barzanji, yang lahir di Madinah al-Munawwarah pada Kamis awal Dzulhijah 1128 H/1716 M. Namun, ketenangan ini tak meredupkan semangat dan cinta beliau kepada Nabi. Sayyid Ja’far al-Barzanji berpulang pada Selasa setelah shalat Ahsar 4 Sya’ban 1177 H/1763 M, dan dimakamkan di samping kakeknya di Baqi', menjadi bagian tak terpisahkan dari keturunan Rasulullah SAW yang lain.

Kitab Al-Barzanji menghadirkan 19 bab yang akan diuraikan secara bertahap dalam bentuk artikel. Tapi itu bukanlah batasan. Admin juga telah menyediakan format PDF untuk memudahkan akses dan penyimpanan di perangkat pintar kita. Dengan begitu, kita dapat membawa dan mengaksesnya di mana pun dan kapan pun kita inginkan.

Berikut adalah rincian dari bacaan Maulid Al-Barzanji, bab demi bab, dari yang pertama hingga yang terakhir. Anda dapat memilih bab yang menarik minat Anda dengan mengklik tautan yang disediakan:

Dan pada akhirnya, untuk memenuhi kebutuhan dan kemudahan pembacaan Anda, admin juga telah menyediakan file PDF kitab Maulid Al-Barzanji, sebuah karya berharga hasil usaha Sayyid Zainal ‘Abidin Ja’far bin Hasan bin ‘Abdul Karim al-Husaini asy-Syahzuri al-Barzanji.

Melalui konten yang dihadirkan, kami berharap bahwa cinta dan pengertian kita terhadap Nabi Muhammad SAW akan tumbuh lebih dalam. Dengan memahami lebih lanjut tentang perjalanan hidup beliau, kita dapat mengambil hikmah dan inspirasi dalam setiap langkah kita menuju kehidupan yang lebih baik, sesuai dengan ajaran yang beliau bawa untuk seluruh umat manusia.

Ceramah: Menggapai Pertolongan melalui Sabar dan Shalat

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

اَلْحَمْدُ لِلهِ الَّذِى أَكْرَمَنَا بِالإِيْمَانِ, وَاَعَزَّنَا بِالْإسْلَامِ, وَرَفَعْنَا بِالْإِحْسَانِ, اَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالىَ وَاَشْكُرُهُ

اَلَّلهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِاِحْسَانِ اِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ, اَمَّا بَعْدَ

أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ ؛ فَإِنَّ تَقْوَى اللهِ جَلَّ وَعَلَا هِيَ سَبِيْلُ الفَلَاحِ وَالْفَوْزُ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ
وَأَسْأَلُ اللهَ جَلَّ وَعَلَا أَنْ يَجْعَلَنَا وَإِيَّاكُمْ مِنَ المُتَّقِيْنَ
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الكَرِيْمَ
أعوذ بالله من الشيطان الرجيم
وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta'ala, Tuhan semesta alam, yang telah memberikan nikmat berupa hidayah dan kesempatan untuk berkumpul dalam majelis yang penuh berkah ini. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, utusan Allah yang membawa petunjuk dan rahmat bagi seluruh alam.

Hadirin yang dirahmati Allah,

Dalam perjalanan hidup ini, kita sering dihadapkan pada berbagai cobaan dan ujian. Namun, tidaklah sia-sia semua yang kita hadapi, karena Allah telah memberikan panduan yang jelas dalam Al-Qur'an dan sunnah Nabi-Nya tentang bagaimana kita seharusnya merespons ujian dengan sabar dan menjalin hubungan yang erat dengan-Nya melalui shalat.

Hadirin yang mulia, pada kesempatan kali ini, marilah kita bersama-sama merenungkan tentang betapa pentingnya sabar dan shalat dalam menggapai pertolongan Allah dalam kehidupan kita. Kita akan merenungi beberapa ayat Al-Qur'an dan hadits Nabi yang menggarisbawahi pentingnya sikap sabar dan keterkaitannya dengan ibadah shalat.

Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah:

‏ وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ ‎﴿٤٥﴾
Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu', (45)
‏ الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُم مُّلَاقُو رَبِّهِمْ وَأَنَّهُمْ إِلَيْهِ رَاجِعُونَ ‎﴿٤٦﴾‏
(yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya. (46)

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam Surah Al-Baqarah, ayat 153:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ

"Wahai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan dengan sabar dan shalat. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar."

Ayat ini mengajarkan bahwa pertolongan Allah akan ditemukan melalui sabar dan shalat. Sabar adalah kunci menghadapi cobaan dan tantangan dalam hidup. Sabar bukanlah tanda kelemahan, tetapi sebaliknya, itu adalah manifestasi kekuatan iman kita. Ketika kita sabar, kita menunjukkan kepatuhan dan kerelaan kita menerima takdir Allah dengan hati yang reda. Kita belajar untuk tidak mengeluh dan menghindari sikap putus asa. sementara shalat adalah sarana kita berkomunikasi dengan Allah dan memohon pertolongan-Nya.

Shalat juga merupakan tiang utama dalam mengokohkan hubungan kita dengan-Nya. Shalat adalah sarana berbicara langsung dengan Allah, di mana kita bisa merasa dekat dengan-Nya dan memohon pertolongan-Nya dalam segala hal. Allah berfirman dalam Surah Taha ayat 130:

فَاصْبِرْ عَلَىٰ مَا يَقُولُونَ وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ غُرُوبِهَا ۖ وَمِنْ آنَاءِ اللَّيْلِ فَسَبِّحْ وَأَطْرَافَ النَّهَارِ لَعَلَّكَ تَرْضَىٰ ‎﴿١٣٠﴾‏

"Maka bersabarlah kamu terhadap apa yang mereka katakan, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya. Dan pada beberapa waktu di malam hari bertasbihlah dan pada waktu-waktu yang lain supaya kamu merasa senang."

Melalui shalat, kita merenungkan kebesaran Allah, mengingat nikmat-Nya, dan menyadari betapa kita membutuhkan-Nya dalam setiap aspek hidup kita. Shalat juga merupakan bentuk kesyukuran kita kepada-Nya atas semua yang telah Dia berikan.

dengan mengaplikasikan sabar dan shalat dalam kehidupan sehari-hari, kita bisa menggapai pertolongan Allah yang tak terhingga. Sabar akan menjaga hati kita tetap tenang dalam menghadapi ujian, sementara shalat akan menghubungkan kita dengan Sang Pemberi Pertolongan.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُ أَجْرَهُ بِغَيْرِ حِسَابٍ

"Sesungguhnya orang yang sabar akan diberi pahala tanpa batas."

Hadits ini menegaskan bahwa pahala bagi orang yang bersabar akan sangat besar dan melimpah tanpa batas. Kualitas sabar ini bukan hanya menghadapi kesulitan, tetapi juga dalam menjalankan ibadah-ibadah sehari-hari dengan konsisten.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam juga memberikan contoh teladan dalam kesabaran. Beliau bersabda dalam sebuah hadits riwayat Al-Bukhari dan Muslim:

"Ajaiblah urusan orang mukmin. Sesungguhnya segala urusannya adalah baik baginya. Jika ia mendapat kesusahan, ia bersabar, maka itu baik baginya. Dan jika ia mendapat kesusahan, ia bersyukur, maka itu baik baginya. Dan itu tidak ada pada seorang pun kecuali orang mukmin."

Allah juga berfirman dalam Surah Ash-Shuraa, ayat 43:

وَمَا أَصَابَكَ مِن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكَ وَيَعْفُو عَن كَثِيرٍ

"Dan tidak ada suatu musibahpun yang menimpa kamu melainkan disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri. Dan Allah memaafkan sebagian besar dari yang kamu kerjakan."

Ayat ini mengingatkan kita bahwa segala cobaan yang kita alami juga bisa disebabkan oleh perbuatan kita sendiri. Oleh karena itu, sikap sabar dan introspeksi atas perbuatan kita penting dalam mendekatkan diri kepada Allah.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

مَا أَنْزَلَ اللَّهُ دَاءً إِلَّا أَنْزَلَ لَهُ شِفَاءً

"Allah tidak menurunkan suatu penyakit kecuali Dia juga menurunkan obatnya."

Hadits ini mengajarkan bahwa di balik setiap cobaan yang datang, Allah juga memberikan solusi dan jalan keluar. Dalam situasi ini, sabar dalam menjalani cobaan tersebut dan shalat sebagai sarana memohon kesembuhan menjadi sangat penting.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam Surah Al-A'raf, ayat 128:

قُل لَّن نُّصِيبَنَا إِلَّا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَنَا هُوَ مَوْلَانَا وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ

"Katakanlah: 'Kami tidak akan ditimpa kecuali apa yang Allah telah tetapkan untuk kami; Dia-lah Pelindung kami; dan kepada Allah hendaklah orang-orang yang beriman mempercayakan (urusan) mereka.'"

Ayat ini mengajarkan kita untuk tawakkal, yaitu bergantung sepenuhnya kepada Allah dalam setiap hal. Sikap sabar dan shalat adalah wujud dari tawakkal ini.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

"Perkara orang mukmin sangat menakjubkan. Segala urusannya adalah baik baginya. Ini tidak berlaku bagi siapa pun selain orang mukmin. Jika ia mendapat kenikmatan, ia bersyukur, maka itu baik baginya. Dan jika ia ditimpa kesusahan, ia bersabar, maka itu juga baik baginya."

Hadits ini mengingatkan kita bahwa segala yang Allah berikan kepada kita adalah baik, baik dalam bentuk kenikmatan maupun cobaan. Sikap sabar dan syukur dalam segala kondisi adalah tanda keimanan yang kuat.

Penutup:

Dalam rangka menggapai pertolongan Allah, kita perlu memadukan dua hal penting, yaitu sikap sabar dan ibadah shalat. Sabar mengajarkan kita untuk menjalani cobaan dengan lapang dada dan tawakkal kepada Allah. Shalat adalah media komunikasi langsung dengan Sang Pencipta, tempat kita memohon pertolongan dan bimbingan-Nya.

Marilah kita selalu menguatkan kualitas sabar dalam hidup kita, menjalankan shalat dengan penuh khushu', dan merenungkan betapa besar kasih sayang Allah yang memberikan jalan keluar dalam setiap cobaan yang kita alami. Semoga dengan sikap sabar dan shalat yang konsisten, kita dapat menggapai pertolongan dan ridha Allah dalam segala aspek kehidupan kita.

Demikianlah ceramah singkat ini, semoga bermanfaat bagi kita semua. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Di antara doa yang senantiasa dibaca oleh Abdullah bin Mas’ud

 Di antara doa yang senantiasa dibaca oleh Abdullah bin Mas’ud adalah doa berikut;

اللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا ، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا ، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ ، وَنَجِّنَا مِنْ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ ، وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ ، وَبَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُلُوبِنَا وَأَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا ، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ ، وَاجْعَلْنَا شَاكِرِينَ لِنِعْمَتِكَ ، مُثْنِينَ بِهَا ، قَابِلِيهَا ، وَأَتِمَّهَا عَلَيْنَا

Allohumma allif baina qulubina wa ashlih zata bainina wahdina subulas salami wa najjina minadz dzulumati ilan nuri wa jannibnal fawahisya ma dzahara minha wama bathana wa barik lana fi asma’ina wa abshorina wa qulubina wa azwajina wa zurriyatina wa tub ‘alaina innaka antat tawwabur rohim waj’alna syakirina li ni’matika mutsnina biha qobiliha wa atimmaha ‘alaina.

”Ya Allah, pertautkanlah di antara hati kami, perbaikilah hubungan di antara kami, tunjukkan kami jalan kedamaian, selamatkan kami dari kegelapan menuju kepada terang, jauhkan kami dari semua keburukan, yang tampak maupun yang tidak tampak. Berkahilah kami dalam pendengaran kami, penglihatan kami, hati kami, istri dan keturunan kami. Terimalah taubat kami, Engkau yang maha penerima taubat dan maha penyayang. Jadikan kami orang-orang yang bersyukur pada nikmat-Mu, pemuji nikmat-Mu, penerima nikmat-Mu, dan sempurnakanlah nikmat-Mu kepada kami.”

Doa dimabil dari hadis yang diriwayatkan oleh Imam al-Hakim, Abu Daud dan Ibnu Hibban.

Ceramah Agama Islam: Menjaga Hati dari Kesibukan Dunia

Assalamualaikum wa rahmatullahi wa barakatuh,

إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا، من يهده الله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له، أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمدًا عبده ورسوله.

Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta'ala, Rabb semesta alam, yang dengan kasih sayang-Nya kita bisa berkumpul di sini untuk berbicara tentang sebuah topik yang sangat relevan dengan kehidupan kita, yaitu "Menjaga Hati dalam Kesibukan Dunia". Semoga Allah memberkahi kita dengan ilmu dan kebijaksanaan dalam perbincangan ini.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam surah Hud, ayat 15-16:

مَن كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ ‎﴿١٥﴾
Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. (15)
‏ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ إِلَّا النَّارُ ۖ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَّا كَانُوا يَعْمَلُونَ ‎﴿١٦﴾
Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan. (16)

Dalam ayat ini, Allah mengingatkan kita akan bahaya fokus hanya pada kehidupan dunia semata. Dunia adalah tempat sementara, sementara akhirat adalah tujuan akhir kita. Oleh karena itu, menjaga hati jangan terlalu terikat pada kesibukan dunia adalah hal yang sangat penting dalam memperkuat keimanan kita.

Dalam ayat yang lain Allah SWT berfirman;

وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ (201) أُولَئِكَ لَهُمْ نَصِيبٌ مِمَّا كَسَبُوا وَاللَّهُ سَرِيعُ الْحِسَابِ (202) }

Maka di antara manusia ada orang yang mendoa, "Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di dunia," dan tiadalah baginya bagian (yang menyenangkan) di akhirat. Dan di antara mereka ada orang yang mendoa, "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan perliharalah kami dari siksa neraka." 

Mereka itulah orang-orang yang mendapat bagian dari apa yang mereka usahakan; dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya.

Didalam surat Al-Mu'minun;

حَتَّىٰ إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ ‎﴿٩٩﴾‏
(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: "Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia), (99)
لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ ۚ كَلَّا ۚ إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا ۖ وَمِن وَرَائِهِم بَرْزَخٌ إِلَىٰ يَوْمِ يُبْعَثُونَ ‎﴿١٠٠﴾‏
agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampal hari mereka dibangkitkan. (100)

Dalam sebuah hadits disebutkan:

Seorang lelaki Yahudi berkata kepada Ibnu Hajar rahimahullah,
إن نبيكم يقول: «إن الدنيا سجن المؤمن وجنة الكافر»، وكيف ذلك وأنت في هذا الترف والاحتفاء، وهو يعني: نفسه اليهودي في غاية ما يكون من الفقر والذل، فكيف ذلك
Sesungguhnya Nabi kalian pernah berkata bahwa dunia adalah penjara orang beriman dan surga orang kafir. Benarkah demikian? Saat ini engkau berada dalam kemewahan dan kedudukan yang terhormat, sedangkan aku dalam kondisi kemiskinan dan kehinaan. Bagaimana bisa seperti ini?“ 
Ibnu Hajar menjawab orang Yahudi tersebut, “Saya saat ini meskipun dalam kondisi kemewahan dan kedudukan terhormat seperti yang engkau lihat, maka kondisi ini tidak seberapa dibanding kenikmatan surga yang akan didapatkan orang beriman kelak di akhirat. Sementara engkau dengan kondisimu saat ini dalam keadaan miskin dan hina, maka tidaklah seberapa dibandingkan dengan apa yang akan dirasakan oleh orang kafir di neraka kelak. Maka orang Yahudi tersebut pun takjub dengan jawaban Ibnu Hajar, kemudian dia mengucapkan syahadat dan akhirnya masuk Islam.

Dalam hadits ini, Nabi Muhammad SAW menggambarkan dunia sebagai tempat ujian bagi orang mukmin. Kita sebagai mukmin harus memiliki sikap yang bijak dan berhati-hati dalam menghadapi godaan dunia, sehingga hati kita tidak terjebak dalam kesibukan yang dapat mengganggu keimanan kita.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam surah Al-Ankabut, ayat 64-65:


"Dan segala yang kamu usahakan, baik berupa nikmat maupun musibah, sesungguhnya semuanya itu adalah disebabkan oleh dirimu sendiri. Dan Allah mengampuni sebagian besar dari kesalahanmu."

"Dan kamu tidak mampu menolong dirimu sendiri dan tidak (pula) menolong (orang lain)."

Dalam ayat ini, Allah mengingatkan kita akan keterbatasan kita dalam mengendalikan kehidupan dan kesibukan dunia. Semua yang terjadi adalah hasil dari kehendak-Nya. Oleh karena itu, kita seharusnya tidak terlalu terikat pada kesibukan dunia, melainkan tetap menjaga hati kita dalam keadaan yang lebih baik.

Rasulullah SAW bersabda:

"Sesungguhnya dunia adalah barang yang ringan dan murah, dan sesungguhnya Allah hendak menciptakanmu sebagai khalifah di bumi, maka Dia akan melihat apa yang kamu perbuat."

Dalam hadits ini, Nabi Muhammad SAW mengingatkan kita bahwa dunia hanyalah tempat sementara yang ringan dan murah dibandingkan dengan nilai akhirat. Allah menciptakan kita sebagai khalifah di bumi, artinya kita memiliki tanggung jawab untuk menjaga hati dan perilaku kita dalam menghadapi kesibukan dunia.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam surah Al-Hadid, ayat 20:

"Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau, perhiasan dan bermegah-megahan antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak."

Dalam ayat ini, Allah mengingatkan kita akan sifat sementara dan fana dari kehidupan dunia. Kesenangan, harta, dan kedudukan adalah hal-hal yang dapat menarik hati kita. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menjaga hati dari terlalu terikat pada dunia dan fokus pada tujuan akhir kita, yaitu akhirat.

Rasulullah SAW bersabda:

"Jadilah di dunia seolah-olah kamu orang asing atau orang yang sedang dalam perjalanan."


Dalam hadits ini, Nabi Muhammad SAW mengajarkan kepada kita untuk memiliki pandangan yang bijak terhadap dunia. Kita seharusnya tidak terlalu terikat pada dunia, melainkan menjalani kehidupan ini dengan kesadaran bahwa kita hanyalah sementara di sini dan akhirat adalah tujuan utama kita.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam surah Al-Qasas, ayat 77:

"Tetapi carilah dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi, dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan."

Dalam ayat ini, Allah mengajarkan kepada kita agar mencari kenikmatan dan kebahagiaan dalam kehidupan akhirat. Namun, kita juga diperbolehkan untuk menikmati kenikmatan dunia dengan syukur dan kehati-hatian. Penting bagi kita untuk menjaga hati dari terlalu terikat pada dunia sehingga kita tidak melupakan tujuan akhir kita.

Rasulullah SAW bersabda:

"Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada bentuk tubuh kamu dan harta yang kamu miliki, tetapi Dia memandang kepada hati dan amal perbuatan kamu."

Dalam hadits ini, Nabi Muhammad SAW mengajarkan kepada kita bahwa yang lebih penting di mata Allah adalah hati dan amal perbuatan kita. Oleh karena itu, menjaga hati dari terlalu terikat pada kesibukan dunia adalah hal yang penting dalam memperkuat keimanan kita.


Terakhir:

Dalam kesibukan dunia yang penuh dengan godaan dan tantangan, kita sebagai umat Islam perlu menjaga hati agar tetap teguh dalam keimanan dan tidak terjebak dalam kesibukan yang dapat mengganggu hubungan kita dengan Allah. Ayat-ayat Al-Qur'an dan hadits Nabi yang telah kita bahas tadi mengingatkan kita akan pentingnya menjaga hati dalam menghadapi dunia. Kita harus selalu mengingat tujuan akhir kita, yaitu akhirat, dan menjalani kehidupan ini dengan kesadaran akan keterbatasan dan fana dunia.

Semoga Allah memberi kita kekuatan dan kebijaksanaan untuk menjaga hati dalam kesibukan dunia, sehingga kita bisa memperkuat keimanan kita dan mendapatkan rahmat-Nya di dunia dan akhirat. Amin.

Wa'alaikumussalam wa rahmatullahi wa barakatuh.

Ceramah Islam: Menggapai Kedamaian Rohani, Memperkuat Keimanan Dan Menjaga Kedamaian

 Assalamualaikum wa rahmatullahi wa barakatuh,

Pujian syukur kita panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta'ala, yang dengan rahmat-Nya kita bisa berkumpul di sini untuk berbicara tentang sebuah topik yang sangat penting dalam kehidupan kita, yaitu kedamaian rohani dan keimanan. Semoga Allah memberkahi kita semua dengan ilmu dan hikmah dalam perjalanan kita mencari kedamaian dan memperkuat keimanan.

Ayat Al-Qur'an:

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam Al-Qur'an surah Ar-Ra'd, ayat 28:

الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ ‎﴿٢٨﴾‏

"Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan berzikir kepada Allah. Ingatlah, hanya dengan zikir kepada Allah hati menjadi tenteram."

Dalam ayat ini, Allah mengajarkan kepada kita bahwa dengan mengingat-Nya dan berzikir, hati kita akan menemukan kedamaian. Zikir kepada Allah adalah kunci untuk meraih ketenangan rohani yang begitu kita idamkan.

Hadits Nabi:

Rasulullah SAW juga telah memberikan banyak nasihat tentang bagaimana mencapai kedamaian rohani dan memperkuat keimanan kita. Salah satu hadits yang relevan dengan topik ini adalah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda:

أَلاَ وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ [رواه البخاري ومسلم

"Ada dalam tubuh manusia segumpal daging. Jika ia baik, maka baiklah seluruh tubuhnya. Dan jika ia rusak, maka rusaklah seluruh tubuhnya. Itu adalah hati."

Dalam hadits ini, Nabi Muhammad SAW mengingatkan kita akan pentingnya menjaga hati kita, karena hati adalah pusat dari kedamaian rohani dan keimanan kita. Jika hati kita bersih dan baik, maka keseluruhan tubuh dan jiwa kita akan merasakan kedamaian.

Ayat Al-Qur'an:

Dalam surah Al-Baqarah, ayat 208, Allah berfirman:

‏ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ ‎﴿٢٠٨﴾‏

"Hai orang-orang yang beriman, masuklah ke dalam Islam keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu."

Dalam ayat ini, Allah mengajak kita untuk memasuki Islam secara utuh dan menjauhi godaan syaitan. Dengan hidup sesuai dengan ajaran Islam, kita akan menjaga kedamaian rohani dan keimanan kita.

Hadits Nabi:

Rasulullah SAW bersabda:

"Barangsiapa yang menghendaki kebahagiaan dunia dan akhirat, maka hendaklah ia memperbanyak dzikir kepada Allah."

Dalam hadits ini, Nabi Muhammad SAW menunjukkan bahwa memperbanyak dzikir kepada Allah adalah cara untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Dzikir adalah sarana untuk menjaga kedamaian rohani dan memperkuat keimanan kita.

Ayat Al-Qur'an:

Dalam surah Al-Anfal, ayat 46, Allah berfirman:

وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ ۖ وَاصْبِرُوا ۚ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ ‎﴿٤٦﴾

"Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah berbantah-bantahan, sehingga kamu menjadi gentar, hilanglah kekuatanmu, dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar."

Ayat ini mengajarkan kepada kita pentingnya taat kepada Allah dan Rasul-Nya, serta menjaga persatuan dan kesatuan umat. Dengan taat dan sabar, kita akan menjaga kedamaian rohani dan memperkuat keimanan kita.

Hadits Nabi:

Rasulullah SAW bersabda:

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَبَاغَضُوا وَلَا تَحَاسَدُوا وَلَا تَدَابَرُوا وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا وَلَا يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلَاثِ لَيَالٍ

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Janganlah kalian saling membenci, janganlah saling mendengki dan janganlah kalian saling membelakangi dan jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara, dan tidak halal bagi seorang muslim mendiamkan saudaranya melebihi tiga malam."

Dalam hadits ini, Nabi Muhammad SAW menekankan pentingnya persaudaraan dan saling mencintai di antara umat Islam. Dengan menjaga hubungan yang baik antara sesama muslim, kita akan menciptakan lingkungan yang penuh kedamaian rohani.

Ayat Al-Qur'an:

Dalam surah Al-Hujurat, ayat 11, Allah berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّن قَوْمٍ عَسَىٰ أَن يَكُونُوا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِّن نِّسَاءٍ عَسَىٰ أَن يَكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّ ۖ وَلَا تَلْمِزُوا أَنفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ ۖ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ ۚ وَمَن لَّمْ يَتُبْ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ ‎﴿١١﴾‏

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah satu kaum mengolok-olok kaum yang lain, boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok), dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain, boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olok) lebih baik dari wanita-wanita (yang mengolok-olok). Janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil-memanggil dengan gelar-gelar yang buruk."

Ayat ini mengajarkan kita untuk menjaga sikap hormat dan penghormatan terhadap sesama, baik itu sesama muslim maupun sesama manusia. Dengan tidak merendahkan atau mencela satu sama lain, kita akan menciptakan lingkungan yang penuh dengan kedamaian rohani.

Hadits Nabi:

Rasulullah SAW bersabda:


عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اَلْـمُؤْمِنُ الْقَـوِيُّ خَـيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَـى اللهِ مِنَ الْـمُؤْمِنِ الضَّعِيْفِ، وَفِـيْ كُـلٍّ خَـيْـرٌ ، اِحْـرِصْ عَـلَـى مَا يَـنْـفَـعُـكَ وَاسْتَعِنْ بِاللهِ وَلَا تَـعْجَـزْ ، وَإِنْ أَصَابَكَ شَـيْءٌ فَـلَا تَقُلْ: لَوْ أَنِـّيْ فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَـذَا ، وَلَـكِنْ قُلْ: قَـدَرُ اللهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ، فَإِنَّ لَوْ تَـفْـتَـحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu

"Seorang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada seorang mukmin yang lemah, dan pada keduanya terdapat kebaikan. Bersungguh-sungguhlah kamu dalam mengejar apa yang bermanfaat bagimu, dan mohonlah pertolongan kepada Allah dan janganlah merasa lemah. Jika kamu ditimpa sesuatu, janganlah kamu berkata, 'Seandainya aku telah berbuat ini atau itu,' tetapi katakanlah, 'Ini adalah qadar dan qadha Allah, dan apabila kamu telah membuka pintu suatu masalah, janganlah kamu berkata, 'Andaikata aku tidak membukanya,' tetapi katakanlah, 'Allah yang menentukan antara perbuatan hamba-Nya, Allah menetapkan apa yang Dia kehendaki,' sebab kata 'andaikata' membuka pintu syaitan."

Dalam hadits ini, Nabi Muhammad SAW mengajarkan kepada kita untuk menjadi mukmin yang kuat dan bersungguh-sungguh dalam menjalani hidup. Kita juga diajarkan untuk menerima qadha dan qadar Allah dengan lapang dada, karena itu adalah bagian dari rencana-Nya. Dengan sikap kuat dan penerimaan terhadap kehendak Allah, kita akan menjaga kedamaian rohani dan memperkuat keimanan kita.

Kesimpulan:

Dalam perjalanan hidup ini, kita semua menghadapi berbagai ujian, cobaan, dan tantangan. Namun, dengan mengingat Allah, menjaga hati yang bersih, dan hidup sesuai dengan ajaran-Nya, kita bisa mencapai kedamaian rohani yang begitu kita impikan. Memperkuat keimanan adalah kunci untuk menjaga kedamaian tersebut. Saya mengajak kita semua untuk selalu berusaha untuk meraih ketenangan jiwa dan memperkuat keimanan, sehingga kita bisa hidup dalam harmoni dengan diri kita sendiri, sesama manusia, dan Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Semoga Allah memberkahi kita semua dalam perjalanan kita mencari kedamaian rohani dan memperkuat keimanan. Amin.

Wa'alaikumussalam wa rahmatullahi wa barakatuh.

Keutamaan Seorang Alim Atas Seorang Abid

مختصر أدلة فضل العلم على العبادة
إعداد: علي أبو هنية
* قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم- ( فضل العلم أحب إلي من فضل العبادة، وخير دينكم الورع ).
أخرجه البزار والطيالسي والحاكم عن حذيفة, والحاكم عن سعد (صحيح الجامع/4214).
Rasulullah SAW bersabda: Kautamaan Ilmu lebih aku sukai daripada keutamaan Ibadah, dan sebaik-baik agamamu adalah Wara'
Dikeluarkan oleh Al-Bazar dan At-Thayalisi dan Al-Hakim dari Hudzaifah, dan Al-Hakim dari Sa'id (Shahihul Jami')
* قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم ( فضل العالم على العابد كفضلي على أدناكم، إن الله عز وجل وملائكته،وأهل السموات والأرض، حتى النملة في جحرها،وحتى الحوت، ليصلون على معلم الناس الخير ).
رواه الترمذي عن أبي أمامة (صحيح الجامع/4213).
Rasulullah SAW bersabda: Keutamaan seorang ahli ilmu atas seorang ahli Ibadah adalah seperti keutamaanku atas kalian, Sesungguhnya Allah dan para Malaikat, serta semua makhluk di langit dan di bumi, sampai semut dalam lubangnya dan ikan (di lautan), benar-benar bershalawat/mendoakan kebaikan bagi orang yang mengajarkan kebaikan (ilmu agama) kepada manusia
Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dari Abi Umamah (Shahihul Jami')
* عن أبي هريرة -رضي الله عنه- قال: ( لأن أجلس ساعة فأفقه في ديني أحب إلي من أحيي ليلة إلى الصباح ).
Dari Abu Hurairah RA beliau berkata: Aku duduk sesaat untuk memahami agamaku lebih aku cintai daripada beribadah sepanjang malam
* عن عبدالله بن عمر -رضي الله عنه-قال: ( مجلس فقه خير من عبادة ستين سنة ).
Dari Abdullah bin Umar RA beliau berkata: Duduk dj majlis yang membahas ilmu lebih baik dari ibadah 60 tahun
* عن أبي ذر وأبي هريرة -رضي الله عنهما- قالا (باب من العلم نتعلمه أحب إلينا من ألف ركعة تطوعاً, وباب من العلم نعلمه؛ عُمل به أو لم يعمل أحب إلينا من مائة ركعة تطوعاً ).
Dari Abu Dzar dan Abu Hurairah Radliyallahu 'Anhuma- beliau berkata: (Mempelajari satu bab dari ilmu lebih kami cintai dari pada shalat sunnah seribu roka’at dan mengajarkan satu bab ilmu baik di amalakan ataupun tidak dengannya, lebih kami sukai daripada shalat sunnah seratus roka’at)
* قال ابن مسعود -رضي الله عنه- ( لأن أجلس مجلس فقهٍ ساعةً أحب إلي من صيام يومٍ وقيام ليلة).
Dari Ibnu Mas'ud RA- (Sungguh aku duduk di majelis fikih sesaat, lebih aku sukai dibanding puasa sehari dan Qiyamul Lail semalaman)
* قال ابن عباس -رضي الله عنه- ( تذاكر العلم بعض ليلة أحب إلي من إحيائها ).


عن إسحق بن منصور قال: قلت لأحمد بن حنبل ، قول ابن عباس: ( تذاكر العلم بعض ليلة أحب إلي من إحيائها ): أي علم أراد؟

قال: هو العلم الذي ينتفع به الناس في أمر دينهم. قلت في الوضوء والصلاة والصوم والحج والطلاق ونحو هذا؟ قال: نعم.


* عن قتادة : قال: ( باب من العلم يحفظه الرجل لصلاح نفسه وصلا ح من بعده أفضل من عبادة حول ).


* عن المزداد بن جميل قال: سمعت رجلاً يسأل المعافى بن عمران، فقال: يا أبا عمران: أيما أحب إليك: أقوم أصلي الليل كله، أو أكتب الحديث؟ فقال: حديث تكتبه أحب إلي من قيامك من أول الليل إلى آخره.


* عن ابن وهب قال: كنت عند مالك بن أنس فجاءت صلاة الظهر, أو العصر وأنا أقرأ عليه , وأنظر في العلم بين يديه فجمعت كتبي وقمت لأركع , فقال لي مالك: ما هذا ؟ قلت: أقوم إلى الصلاة. قال: ( إن هذا لعجب, ما الذي قمت إليه بأفضل من الذي كنت فيه, إذا صحت النية فيه ).


* عن سفيان الثوري والشافعي قالا: ( ليس بعد الفرائض أفضل من طلب العلم ).


* عن الربيع بن سليمان قال: سمعت الشافعي يقول : ( طلب العلم أفضل من الصلاة النافلة ).
Dari Ar Rabi' bin Sulaiman berkata: Aku mendengar As-Syafi'i berkata: Mencari ilmu lebih utama daripada shalat nafilah
* قال وكيع: ( لو أعلم أن الصلاة أفضل من الحديث ما حدثت ).
Wakie' berkata: Seandainya aku mengetahui kalau Shalat lebih utama daripada menyampaikan hadits maka aku tidak akan menyampaikan hadits
* قال القعنبي: ( لو أعلم أن الصلاة أفضل منه ما حدثت).

* عن محمد بن أحمد بن أبي الثلج قال: حدثني جدي قال: سألت أحمد بن حنبل, قلت: يا أبا عبدالله , أيهما أحب إليك: الرجل يكتب الحديث أو يصوم ويصلي؟ قال: يكتب الحديث. قلت: فمن أين فضلت كتاب الحديث على الصوم والصلاة؟ قال: لئلا يقول قائل: إني رأيت قوماً على شيء فاتبعتهم.

* قال عبد الله بن أحمد بن حنبل : لما قدم أبو زرعة نزل عند أبي فكان كثير المذاكرة له فسمعت أبي يوما يقول : ما صليت غير الفرض استأثرت بمذاكرة أبي زرعة على نوافلي.

* قال ابن أبي حاتم: خرجت إلى أيلة, إلى محمد بن عزيز الأيلي, فكتب لي أبي وأبو زرعة إليه – يعني في الوصاة- فجعل محمد بن عزيز يقرأ لي يوم الجمعة, ما صلى ذلك اليوم إلا الجمعة ركعتين, والعصر أربعاً,وكان يقرأ لي الحديث, على أن قراءة الحديث أفضل من صلاة التطوع.

* قال ابن القيم :: ( إذا كان كل من العلم والعمل فرضا فلا بد منهما كالصوم والصلاة فإذا كانا فضلين وهما النفلان المتطوع بهما ففضل العلم ونفله خير من فضل العبادة ونفلها لان العلم يعم نفعه صاحبه والناس معه والعبادة يختص نفعها بصاحبها ولان العلم تبقى فائدته وعلمه بعد موته والعبادة تنقطع عنه).

* قال الحافظ ابن رجب :: ( وكذلك تعلم العلم النافع وتعليمه أفضل من الصيام, وقد نصّ الأئمة الأربعة على أن طلب العلم أفضل من صلاة النافلة, والصلاة أفضل من الصيام المتطوع به, فيكون العلم أفضل من الصيام بطريق الأولى فإن العلم مصباح يستضاء به في ظلمة الجهل والهوى, فمن سار في طريق على غير مصباح لم يأمن أن يقع في بئر بوار فيعطب, قال ابن سيرين: إن قوماً تركوا العلم واتخذوا محاريب فصلوا وصاموا بغير علم والله ما عمل أحد بغيرعلم إلا كان ما يفسد أكثر مما يصلح ).إهـ
Artikel di copas dari: http://www.kulalsalafiyeen.com/vb/showthread.php?t=30493
Belum di terjemahkan!!!

Ketika Merasa Memiliki Dosa Besar Bacalah Istighfar Ini

Setiap manusia tidak terlepas dari dosa. Dalam bentangan perjalanan hidupnya, manusia pasti pasti pernah bermksiat dan melakukan dosa kepada Allah, baik kecil maupun besar. Karena itu, jika seseorang sudah menyadari dosa-dosanya dan ia merasa sudah begitu banyak berbuat maksiat dan dosa kepada Allah, maka ia harus segera bertaubat. Selain itu, ia harus memperbanyak doa berikut;
اللّهُمَّ مَغْفِرَتُكَ أَوْسَعُ مِنْ ذُنُوْبِيْ، وَرَحْمَتُكَ أَرْجَى عِنْدِيْ مِنْ عَمَلِيْ
Allohumma maghfirotuka awsa’u min zunubi wa rohmatuka arja ‘indi min ‘amali.
Ya Allah, ampunan-Mu lebih luas daripada dosa-dosaku, rahmat-Mu lebih bisa diharapkan untukku daripada amalku.
Doa berdasarkan hadis riwayat Imam Al-Hakim dari Jabir bin Abdullah, dia berkata,
جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه و سلم ، فَقَالَ : وَا ذُنُوْبَاهُ، وَا ذُنُوْبَاهُ، مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلاَثًا. فَقَالَ لَهُ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه و سلم : قُلْ : اللّهُمَّ مَغْفِرَتُكَ أَوْسَعُ مِنْ ذُنُوْبِيْ، وَرَحْمَتُكَ أَرْجَى عِنْدِيْ مِنْ عَمَلِيْ. فَقَالَهَا. ثُمَّ قَالَ : عُدْ، فَعَادَ. ثُمَّ قَالَ: عُدْ، فَعَادَ. فَقَالَ : قُمْ، فَقَدْ غُفِرَ لَكَ.

Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah Saw, seraya berkata; ‘Alangkah besar dosaku, alangkah besar dosaku, dua atau tiga kali. Maka Rasulullah Saw bersabda kepadanya; ‘Katakanlah, ‘Ya Allah, ampunan-Mu lebih luas daripada dosa-dosaku, rahmat-Mu lebih bisa diharapkan untukku daripada amalku.’ Maka dia mengucapkannya. Kemudian Rasulullah Saw bersabda, ‘Ulangilah’. Maka dia mengulangi. Kemudian Rasulullah Saw bersabda, ‘Ulangilah’. Maka dia mengulangi. Kemudian Rasulullah Saw bersabda, ‘Berdirilah, sungguh dosamu telah diampuni untukmu.’

Dzikir Sore Sesuai Sunnah Nabi

 أَعُوْذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ
A'uudzu billaahi minasy-syaithoonir-rojiim. Aku berlindung kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk. Sumber: Hisnul Muslim.
اللَّهُ لَآ إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَ الْحَىُّ الْقَيُّومُ ۚ لَا تَأْخُذُهُۥ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ ۚ لَّهُۥ مَا فِى السَّمَاوَاتِ وَمَا فِى الْأَرْضِ ۗ مَن ذَا الَّذِى يَشْفَعُ عِندَهُۥٓ إِلَّا بِإِذْنِهِۦ ۚ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ ۖ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَىْءٍ مِّنْ عِلْمِهِۦٓ إِلَّا بِمَا شَآءَ ۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ ۖ وَلَا يَئُودُهُۥ حِفْظُهُمَا ۚ وَهُوَ الْعَلِىُّ الْعَظِيمُ ﴿٢٥٥﴾
Allah, tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Dia Yang Hidup Kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya). Tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Siapakah yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi, dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya. Dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. (Al-Baqarah [2]: 255). "Barangsiapa membaca kalimat ini ketika pagi hari, maka ia dijaga dari (ganguan) jin hingga sore hari. Dan barangsiapa mengucapkannya ketika sore hari, maka ia dijaga dari (ganguan) jin hingga pagi hari." (HR. Al-Hakim 1/562. 

Hadits menisbatkan kepada An-Nasa'i dan Ath-Thabrani, beliau berkata, isnad Ath-Thabrani jayyid). Hadits selengkapnya: Dari Ubay bin Ka'ab radliallahu 'anhu, bahwa suatu ketika ada seorang jin yang mencuri kebun kurmanya. Jin itu beliau tangkap, untuk dilaporkan kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Jin itupun memelas agar dilepaskan. Sebagai gantinya, dia memberikan satu wirid kepada Ubay. Jin itu mengatakan: (dzikir di atas). 

Barangsiapa yang membacanya ketika sore maka dia akan dilindungi dari (gangguan) kami sampai pagi. Barangsiapa yang membacanya ketika pagi maka dia akan dilindungi dari (gangguan) kami sampai sore. Kemudian, Ubay mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan menceritakan kejadian yang dia jumpai. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Si makhluk jelek itu benar." (maksud makhluk jelek adalah jin tersebut). (HR. An Nasa'i dan At Thabrani dan dishahihkan Al Albani).
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ ﴿١﴾ اللَّهُ الصَّمَدُ ﴿٢﴾ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ﴿٣﴾ وَلَمْ يَكُن لَّهُۥ كُفُوًا أَحَدٌۢ ﴿٤﴾
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (1) Katakanlah: Dialah Allah Yang Maha Esa. (2) Allah adalah Ilah yang bergantung kepada-Nya segala urusan. (3) Dia tidak beranak dan tiada pula diperanakkan. (4) Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia. (Al-Ikhlas [112]: 1-4). HR. Abu Dawud 4/322, At-Tirmidzi 5/567 dan lihat Shahih At-Tirmidzi 3/182. "Barangsiapa membaca tiga surat tersebut (surat Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Naas, ketiganya dinamakan Al-Mu'awwidzaat) sebanyak 3x setiap pagi dan sore hari, maka itu (tiga surat tersebut) cukup baginya dari segala sesuatu." (Yaitu melindunginya dari segala bentuk bahaya dengan izin Allah). Sumber: Hisnul Muslim. Dibaca 3x
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ ﴿١﴾ مِن شَرِّ مَا خَلَقَ ﴿٢﴾ وَمِن شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ ﴿٣﴾ وَمِن شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِى الْعُقَدِ ﴿٤﴾ وَمِن شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ ﴿٥﴾
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (1) Katakanlah: Aku berlindung kepada Rabb yang menguasai Subuh. (2) Dari kejahatan makhluk-Nya. (3) Dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita. (4) Dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul. (5) Dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki. (Al-Falaq [113]: 1-5). HR. Abu Dawud 4/322, At-Tirmidzi 5/567 dan lihat Shahih At-Tirmidzi 3/182. "Barangsiapa membaca tiga surat tersebut (surat Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Naas, ketiganya dinamakan Al-Mu'awwidzaat) sebanyak 3x setiap pagi dan sore hari, maka itu (tiga surat tersebut) cukup baginya dari segala sesuatu." (Yaitu melindunginya dari segala bentuk bahaya dengan izin Allah). Sumber: Hisnul Muslim. Dibaca 3x
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ ﴿١﴾ مَلِكِ النَّاسِ ﴿٢﴾ إِلَـٰهِ النَّاسِ ﴿٣﴾ مِن شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ ﴿٤﴾ الَّذِى يُوَسْوِسُ فِى صُدُورِ النَّاسِ ﴿٥﴾ مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ ﴿٦﴾
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (1) Katakanlah: Aku berlindung kepada Rabb manusia. (2) Raja manusia. (3) Sembahan manusia. (4) Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi. (5) Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia. (6) Dari jin dan manusia. (An-Nas [114]: 1-6). HR. Abu Dawud 4/322, At-Tirmidzi 5/567 dan lihat Shahih At-Tirmidzi 3/182. "Barangsiapa membaca tiga surat tersebut (surat Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Naas, ketiganya dinamakan Al-Mu'awwidzaat) sebanyak 3x setiap pagi dan sore hari, maka itu (tiga surat tersebut) cukup baginya dari segala sesuatu." (Yaitu melindunginya dari segala bentuk bahaya dengan izin Allah). Sumber: Hisnul Muslim. Dibaca 1x
اَللَّهُمَّ بِكَ أَمْسَيْنَا، وَبِكَ أَصْبَحْنَا، وَبِكَ نَحْيَا، وَبِكَ نَمُوْتُ، وَإِلَيْكَ الْمَصِيْرُ
Allaahumma bika amsainaa, wa bika ash-bahnaa, wa bika nahyaa, wa bika namuutu, wa ilaikal mashiir. Ya Allah, dengan rahmat dan pertolonganMu kami memasuki waktu sore, dan dengan rahmat dan pertolonganMu kami memasuki waktu pagi. Dengan rahmat dan pertolonganMu kami hidup dan dengan kehendakMu kami mati. Dan kepadaMu tempat kembali (bagi semua makhluk). HR. At Turmudzi 3391 dan dishahihkan Al-Albani. Keterangan: Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu, beliau berkata: Ketika masuk waktu pagi, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam biasa membaca: ‘Allahumma bika ashbahnaa…’ dan ketika sore beliau membaca: ‘Allahumma bika amsainaa…’. Doa di atas menunjukkan betapa orang yang membacanya adalah orang yang sangat pasrah kepada Allah. Dia mengakui bahwa dirinya mampu hidup di hari itu, semata karena nikmat dari Allah ta'ala. Dia senantiasa dalam kondisi mengakui hal itu selama hidup dan matinya. Dia juga mengakui bahwa dia bakal kembali kepada Allah ta'ala. Sumber: Hisnul Muslim dan http://www.facebook.com/doa.dzikir.shahih.harian/post
اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ، لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ أَنْتَ، خَلَقْتَنِيْ، وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوْءُ لَكَ بِذَنْبِيْ، فَاغْفِرْ لِيْ، فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ
Allaahumma anta robbii, laa ilaaha illaa anta, kholaqtanii, wa anaa 'abduka, wa anaa 'alaa 'ahdika wa wa'dika mas-tatho'tu, a'uudzu bika min syarri maa shona'tu, abuu-u laka bini'matika 'alayya, wa abuu-u laka bi-dzanbii, faghfir lii, fa-innahu laa yagh-firudz-dzunuuba illaa anta. Ya Allah, Engkau adalah Tuhanku, tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Engkau, Engkaulah yang menciptakan aku. Aku adalah hambaMu. Aku akan setia pada perjanjianku denganMu semampuku. Aku berlindung kepadaMu dari kejelekan yang kuperbuat. Aku mengakui nikmatMu kepadaku dan aku mengakui dosaku, oleh karena itu, ampunilah aku. Sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa kecuali Engkau. HR. Al Bukhari no. 5522, 6306 dan 6323, at-Tirmidzi no. 3393, an-Nasa'i no. 5522 dan lain-lain. 

Keutamaan: Dari Syaddad bin Aus radhiallahu 'anhu bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa salam bersabda, “Sayyidul Istighfar adalah bacaan: (doa di atas).” Kemudian beliau menyebutkan keutamaannya, “Barangsiapa yang membaca doa ini dengan penuh keyakinan di sore hari, kemudian dia mati pada malam harinya (sebelum pagi) maka dia termasuk ahli surga. Dan barangsiapa yang membacanya dengan penuh keyakinan di pagi hari, kemudian dia mati pada siang harinya (sebelum sore) maka dia termasuk ahli surga.” 
 Keterangan: Dinamakan Sayyidul Istighfar, karena bacaan istighfar di atas adalah lafal istighfar yang paling mulia dibandingkan lafal istighfar lainnya. Dalam lafal istighfar ini, terdapat 8 aspek yang menjadikan istighfar ini memiliki keutamaan yang besar: 
 1. Dimulai dengan pujian kepada Allah. 
2. Adanya pengakuan bahwa dirinya adalah hamba Allah, makhluk Allah yang berusaha menghambakan dirinya kepada Allah. 
3. Mengimani adanya janji Allah, sehingga sang hamba sangat berpijak pada ikrarnya untuk mendapatkan janji Tuhannya. 
4. Pengakuan akan kekurangan dirinya, dengan sekaligus memohon perlindungan kepada Tuhannya dari keburukan dirinya. 
5. Pengakuan terhadap banyaknya nikmat yang telah Allah berikan kepada dirinya, yang ini mewakili rasa syukur. 
6. Pengakuan terhadap banyaknya dosa dan kelancangannya, yang ini merupakan bentuk taubatnya. 
7. Diakhiri dengan permohonan ampunan yang setulusnya kepada Allah. 
8. Dengan keyakinan, tidak ada Dzat yang mampu mengampuni dosa-dosa hamba kecuali Allah, Sang Maha Kasih Sayang. (Fiqh al-Adiyah, 3/15). 
 Sumber: Hisnul Muslim dan http://www.facebook.com/doa.dziki 

 Dzikir Sore 

Dzikir Sore 6 Dibaca 1x
أَمْسَيْنَا وَأَمْسَى الْمُلْكُ لِلَّهِ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ، لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ اللَّهُ، وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. رَبِّ أَسْأَلُكَ خَيْرَ مَا فِيْ هَـٰذِهِ اللَّيْلَةِ وَخَيْرَ مَا بَعْدَهَا، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا فِيْ هَـٰذِهِ اللَّيْلَةِ وَشَرِّ مَا بَعْدَهَا، رَبِّ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْكَسَلِ وَسُوْءِ الْكِبَرِ، رَبِّ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابٍ فِي النَّارِ وَعَذَابٍ فِي الْقَبْرِ
Amsainaa wa amsal mulku lillaah, wal hamdulillaah, laa ilaaha illallaah, wahdahu laa syariika lah, lahul mulku wa lahul hamd, wa huwa 'alaa kulli syai-in qodiir. Robbi as-aluka khoiro maa fii haadzihil-lailati wa khoiro maa ba'dahaa, wa a'uudzu bika min syarri maa fii haadzihil-lailati wa syarri maa ba'dahaa, robbi a'uudzu bika minal kasali wa suu-il kibar, robbi a'uudzu bika min 'adzaabin fin-naari wa 'adzaabin fil qobr. Kami telah memasuki waktu sore dan kerajaan hanya milik Allah, segala puji bagi Allah. Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah, Yang Maha Esa, tiada sekutu bagiNya. Bagi-Nya kerajaan dan bagiNya pujian. Dia-lah Yang Mahakuasa atas segala sesuatu. Hai Tuhan, aku mohon kepada-Mu kebaikan di malam ini dan kebaikan sesudahnya. Aku berlindung kepadaMu dari kejahatan malam ini dan kejahatan sesudahnya. Wahai Tuhan, aku berlindung kepadaMu dari kemalasan dan kejelekan di hari tua. Wahai Tuhan, aku berlindung kepadaMu dari siksaan di Neraka dan kubur. HR. Muslim 4/2088. Keterangan: 1. Doa di atas berdasarkan hadis dari Ibnu Mas'ud radliallahu 'anhu, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ketika sore membaca: (doa di atas). 2. Doa di atas menunjukkan sikap ketundukan seorang muslim kepada Allah. Dia mengawali paginya atau sore harinya dengan ikrar dan berbagai pengakuan. Dia berikrar tentang keabadian kerajaan Allah. Dia memuji Allah di waktu paginya. Dia berikrar tentang laa ilaaha illallaah, dan beberapa ikrar lainnya. Kemudian diikuti dengan berdoa, memohon kepada Allah agar diberi kebaikan pada malam atau hari itu, dan dilindungi dari segala bentuk keburukan pada malam atau hari itu. Yang bisa jadi tidak kita ketahui dan datang tanpa disangka-sangka. 3. Kemudian seorang muslim memohon perlindungan dari penyebab keburukan, yaitu sikap malas dan dampak dari sikap malas, yaitu kondisi buruk di hari tua. Di penghujung doa ini, seorang muslim berlindung kepada Allah dari siksa hari akhir, yaitu siksa kubur dan siksa neraka. Sumber: Hisnul Muslim dan http://www.facebook.com/doa.dzikir.shahih.harian/posts/156467714453295

Hadits yang menerangkan Khutbah Rasulullah yang berapi-api

 كانَ رَسولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وَسَلَّمَ إذَا خَطَبَ احْمَرَّتْ عَيْنَاهُ، وَعَلَا صَوْتُهُ، وَاشْتَدَّ غَضَبُهُ، حتَّى كَأنَّهُ مُنْذِرُ جَيْشٍ يقولُ: صَبَّحَكُمْ وَمَسَّاكُمْ، ويقولُ: بُعِثْتُ أَنَا وَالسَّاعَةُ كَهَاتَيْنِ، وَيَقْرُنُ بيْنَ إصْبَعَيْهِ: السَّبَّابَةِ وَالْوُسْطَى، ويقولُ: أَمَّا بَعْدُ؛ فإنَّ خَيْرَ الحَديثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرُ الهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ، وَشَرُّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلُّ بدْعَةٍ ضَلَالَةٌ، ثُمَّ يقولُ: أَنَا أَوْلَى بكُلِّ مُؤْمِنٍ مِن نَفْسِهِ؛ مَن تَرَكَ مَالًا فَلأَهْلِهِ، وَمَن تَرَكَ دَيْنًا أَوْ ضَيَاعًا، فَإِلَيَّ وَعَلَيَّ. [وفي رواية]: كَانَتْ خُطْبَةُ النَّبيِّ صَلَّى اللَّهُ عليه وَسَلَّمَ يَومَ الجُمُعَةِ يَحْمَدُ اللَّهَ، وَيُثْنِي عليه، ثُمَّ يقولُ علَى إثْرِ ذلكَ، وَقَدْ عَلَا صَوْتُهُ، ثُمَّ سَاقَ الحَدِيثَ، بمِثْلِهِ.

الراوي : جابر بن عبدالله | المحدث : مسلم | المصدر : صحيح مسلم

الصفحة أو الرقم: 867 | خلاصة حكم المحدث : [صحيح]


Apabila Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menyampaikan khutbah, maka kedua matanya memerah, suaranya lantang, dan semangatnya berkobar-kobar bagaikan panglima perang yang sedang memberikan komando kepada bala tentaranya. Beliau bersabda: "Hendaklah kalian selalu waspada di waktu pagi dan petang. Aku diutus, sementara antara aku dan hari kiamat adalah seperti dua jari ini (yakni jari telunjuk dan jari tengah)." Kemudian beliau melanjutkan bersabda: "Amma ba'du. Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah Kitabullah, sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Seburuk-buruk perkara adalah perkara yang diada-adakan dan setiap bid'ah adalah sesat." Kemudian beliau bersabda: "Aku lebih utama bagi setiap muslim daripada dirinya sendiri. Karena itu, siapa yang meninggalkan harta, maka harta itu adalah miliki keluarganya. Sedangkan siapa yang mati dengan meninggalkan hutang atau keluarga yang terlantar, maka hal itu adalah tanggungjawabku."

Pentingnya Maulid Dan Shalawat Atas Nabi

Pentingnya Maulid Dan Shalawat Atas Nabi

Pentingnya Maulid Nabi SAW, sebagai sarana mengingat Baginda Nabi SAW, yang senantiasa di ingat oleh pencipta-Nya. Dengan firman-Nya yang diperintahkan oleh Allah SWT dalam Surat al-Ahzab ayat 56:
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikatNya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu sekalian untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. (Al-Ahzab: 56)
Ibnu Katsir dalam tafsirnya menerangkan makna ayat tersebut bahwa Allah swt menunjukkan kepada manusia derajat tingginya Rasulullah saw sehingga Allah swt membacakan shalawat kepadanya. Dan memerintahkan semua manusia dan juga para malaikat untuk bershalawat juga.
Rasulallah saw.bersabda:
قَالَ رَسُوْلُ الله: لَمَّا اقْتَرَفَ آدَمُ الخَطِيْئَةَ قَالَ: يَا رَبِّ أسْأَلُكَ بِحَقِّ مُحَمَّدٍ لِمَا غَفَرْتَ لِي فَقالَ اللهُ يَا آدَمُ, وَكَيْفَ عَرَفْتَ مُحَمَّدًا وَلَمْ أخْلَقُهُ ؟ قَالَ: يَا رَبِّ لأنَّـكَ لَمَّا خَلَقْتَنِي بِيدِكَ وَنَفَخْتَ فِيَّ مِنْ رُوْحِكَ رَفَعْتُ رَأسِي فَرَأيـْتُ عَلَى القَوَائِمِ العَرْشِ مَكْتُـوْبًا:لإاِلَهِ إلاالله مُحَمَّدُ رَسُـولُ اللهِ, فَعَلِمْتُ أنَّكَ لَمْ تُضِفْ إلَى إسْمِكَ إلا أحَبَّ الخَلْقِ إلَيْكَ, فَقَالَ اللهُ صَدَقْتَ يَا آدَمُ إنَّهُ لاَحَبَّ الخَلْقِ إلَيَّ اُدْعُنِي بِحَقِّهِ فَقـَدْ غَفَرْتُ لَكَ, وَلَوْ لاَمُحَمَّدٌ مَا خَلَقْتُكَ
“Setelah Adam berbuat kesalahan ia berkata kepada Tuhannya: ‘Ya Tuhanku, demi kebenaran Muhammad aku mohon ampunan-Mu’. Allah bertanya (sebenarnya Allah itu maha mengetahui semua lubuk hati manusia, Allah bertanya ini agar Malaikat dan makhluk lainnya yang belum tahu bisa mendengar jawaban Nabi Adam as.):
‘Bagaimana engkau mengenal Muhammad, padahal ia belum kuciptakan?!’ Adam menjawab: ‘Ya Tuhanku, setelah Engkau menciptakan aku dan meniupkan ruh kedalam jasadku, aku angkat kepalaku. Kulihat pada tiang-tiang ‘Arsy termaktub tulisan Laa ilaaha illaLLah Muhammad RasuluLLah. Sejak saat itu aku mengetahui bahwa di samping nama-Mu, selalu terdapat nama makhluk yang paling Engkau cintai’.
Allah menegaskan: ‘Hai Adam, engkau benar, ia memang makhluk yang paling Kucintai. Berdo’alah kepada-Ku bi haqqihi (dengan berkah kebenarannya), engkau pasti Aku ampuni. Kalau bukan karena Muhammad engkau tidak Aku ciptakan’. (HR. al-Hakim, at-Thabrani dan al-Baihaqi).
Di samping itu disampaikan pula hadits yang diriwayatkan oleh Umar dan Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa hakikat Muhammad (Nur Muhammad) adalah sebagai penyebab penciptaan alam, Rasulullah saw bersabda:
يَا عُمَر اَتَدْرِى مَنْ اَنَا، اَنَا الَّذِى خَلَقَ الله عَزَّوَجَلَّ نُوْرِى اَوَّل كُلِ شَيْءٍ فَسَجَدَ لله وَ بَقِى فِي سُجُوْدِهِ سَبْعَمِاَئَة عَام وَلاَ فَخْرَ. يَا عُمَر اَتَدْرِى مَنْ اَنَا، اَنَا الَّذِى خَلَقَ الله القَلَمَ وَ اللَوْحَ وَ العَرْشَ وَالكُرْسِى وَالعَقْلَ الأَوَّلَ وَ نُوْرَ الإِيْمَانِ مِنْ نُوْرِى
"Wahai Umar, apakah engkau ingin tahu siapa saya? Saya adalah yang Allah pertama kali ciptakan cahayaku sebelum segala sesuatu, maka sujudlah cahayaku itu kepada Allah hingga tujuh ratus tahun dan tidak sombong. Wahai Umar, apakah engkau ingin tahu siapa saya? Saya adalah yang dari cahayaku Allah telah ciptakan qolam, lauh, arsy, kursi, akal pertama dan cahaya iman".
Allah berfirman,
قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ
Katakanlah wahai Muhammad, ‘aku adalah manusia seperti kalian, tetapi aku mendapatkan wahyu dari Allah’. (QS. Al-Kahfi: 110).
Beliau manusia, tetapi bukan manusia biasa, karena menerima ayat Allah SWT dan Allah SWT pun bershalawat kepada Baginda Nabi SAW. Maka sepantasnyalah kita melaksanakan Maulid Nabi SAW, sebagai sarana mengingat kembali Baginda Nabi SAW dan sarana membaca Shalawat kepada Baginda Nabi SAW.
عَنْ عَبْدِاللهِ بْنِ عَمْرٍو بْنِ الْعَاصِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا اَنَّهُ سَمِعَ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا رواه مسلم
“Sesungguhnya Amr bin al Ash RA mendengar Rasulullah SAW bersabda “Barang siapa yang membaca shalawat sekali saja, Allah SWT akan memberi rahmat padanya sebanyak sepuluh kali” Allah SWT memerintahkan malaikat untuk selalu memohonkan doa kebaikan dan memintakan ampun bagi orang tersebut. Hal itu, terlebih jika ia membaca dengan hati hadir (hati yang fokus dan khusu’), tentunya mempunyai nilai tersendiri di mata-Nya. Semua hari baik, namun, ketika hari Jumat sebagai Sayyid al Ayyam (rajanya hari), umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak membaca shalawat, seperti sabda Nabi Muhammad SAW:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم إِنَّ مِنْ اَفْضَلِ اَيَّامِكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فَاَكْثِرُوْا عَلَيَّ مِنَ الصَّلاَةِ فِيْهِ فَاِنَّ صَلاَتَكُمْ مَعْرُوْضَةٌ عَلَيَّ رواه ابو داود
Sabda Rasulullah SAW “Hari yang paling mulia adalah hari Jum’at, maka perbanyaklah shalawat di hari itu, karena shalawat kalian dihaturkan kepangkuanku”. Macam-macam Shalawat dan Faidahnya Banyak macam shalawat yang berkembang dan dikenal di masyarakat. Shalawat tersebut memiliki ciri khas dan faidah tersendiri. Namun, perlu diketahui, shalawat terbagi menjadi dua jenis, yaitu Shalawat Ma’tsurah dan Ghairu Ma’tsurah. Shalawat Ma’tsurah adalah shalawat yang secara redaksi terdapat tuntunan langsung dari Rasulullah SAW dalam hadis, sedangkan shalawat Ghairu Ma’tsurah adalah yang disusun dan dikarang oleh para ulama melalui berbagai kejadian dan latar belakang. Para ulama menyusun shalawat tersebut dengan riyadhah dan tirakat, meminta petunjuk kepada Allah. Di bawah ini kami ulaskan beberapa macam shalawat yang semuanya Ghairu Ma’tsurah, kecuali Shalawat Ibahimiyah yang diajarkan langsung oleh Rasulullah, beserta cara mengamalkannya dan apa faidahnya:
(صَلَوةُ الْفَاتِحِ)
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ وَ بَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَ مَوْلَانَا مُحَمَّدٍ الْفَاتِحِ لِمَا أُغْلِقَ، وَ الْخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ، نَاصِرِ الْحَقِّ بِالْحَقِّ وَ الْهَادِيْ إِلِى صِرَاطِكَ الْمُسْتَقِيْمِ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ عَلَى آلِهِ وَ أَصْحَابِهِ حَقَّ قَدْرِهِ وَ مِقْدَارِهِ الْعَظِيْمِ
Untuk shalawat ini, sebaiknya diamalkan setelah malakukan puasa Daud 41 hari dengan nyirih atau تَركُ الرُّوْحِ (menghindari semua yang bernyawa, semisal ikan, telur, daging). Doa dan shalawat tersebut dibaca ba’da shalat fardu dan shalat hajat 1x. Faidah shalawat ini sesuai dengan maknanya, yaitu membukakan segala sesuatu yang tertutup atas izin Allah. Sesuatu yang sebelumnya tertutup, dan belum mendapatkan solusinya, shalawat ini berisi permohonan kepada Allah agar membukannya.
(صَلَوةُ طِبِّ الْقُلُوْبِ)
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ طِبِّ الْقُلُوْبِ وَ دَوَائِهَا وَعَافِيَةِ الْأَبْدَانِ وَ شِفَائِهَا وَ نُوْرِ الْأَبْصَارِ وَ ضِيَائِهَا وَقُوْتِ الْأَرْوَاحِ وَ غِذَائِهَا وَ عَلَى آلِهِ وَ صَحْبِهِ وَ سَلِّمْ
Shalawat ini dibaca 3, 7, atau 11 kali setelah shalat maktubah. Shalwat ini bisa digunakan untuk mengobati orang sakit dengan membacanya 3 kali, kemudian ditiupkan ke air, lalu diminumkan kepada orang yang sakit itu.
(صَلَوةُ نُوْرِ الْأَنْوَارِ)
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى نُوْرِ الْأَنْوَارِ وَ سِرِّ الْأَسْرَارِ وَ تِرْيَاقِ الْأَغْيَارِ وَ مِفْتَاحِ بَابِ الْيَسَارِ سَيِّدِنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ الْمُخْتَارِ وَ آلِهِ الْأَطْهَارِ وَ أَصْحَابِهِ الْأَخْيَارِ عَدَدَ نِعَمِ اللَّهِ وَ إِفْضَالِهِ
Shalawat ini dibaca 3 kali setelah shalat fardlu. Faidahnya ada di bagian مِفْتَاحِ بَابِ الْيَسَارِ (kunci pembuka kemudahan), sehingga dengan membaca shalawat ini, memohon kepada Allah agar dibukan pintu kemudahan dari berbagai kesulitan.
(صَلَوةُ النُّوْرِ الذَّاتِيِّ)
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ النُّوْرِ الذَّاتِيِّ وَ السِّرِّ السَّارِيِّ فِي سَائِرِ الْأَسْمَاءِ وَ الصِّفَاتِ
Shalawat ini, dibaca 7 kali ba’da shalat fardlu. Sebelumnya, melakukan puasa tiga hari dengan nyirih atau تَرْكُ الرُّوْحِ(tidak makan yang bernyawa, hanya boleh makanan nabati). Untuk mengobati anak kecil yang menangis tidak wajar, bisa dengan menuliskan shalawat ini secara sempurna. Pada huruf Mim kedua (mim yang tengah) pada lafadz مُحَمَّدٍ dibesarkan, dan di dalam huruf mim tadi ditulis nama anak yang menangis itu, kemudian dilipat dan dikalungkan pada anak tersebut. Insyaallah mujarab.
(صَلَوةُ كَمَالِيَّة)
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ وَ بَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ كَمَا لَا نِهَايَةَ لِكَمَالِكَ وَ عَدَدَ كَمَالِهِ
Shalawat ini, dibaca ba’da maktubah, sebanyak-banyaknya. Boleh juga dibaca setiap waktu tanpa ketentuan. Menurut penuturan Habib Muhammad as Segaf bahwa membaca shalawat ini satu kali sama dengan membaca shalawat biasa 1000 kali.
(صَلَوةُ الْمُنْجِيَاتِ)
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً تُنْجِيْنَا بِهَا مِنْ جَمِيْعِ الْأَهْوَالِ وَ الآفَاتِ، وَ تَقْضِيْ لَنَا بِهَا جَمِيْعَ الْحَاجَاتِ، وَ تُطَهِّرُنَا بِهَا مِنْ جَمِيْعِ السَّيِّئَآتِ، وَ تَرْفَعُنَا بِهَا عِنْدَكَ أَعْلَى الدَّرَجَاتِ، وَتُبَلِّغُنَا بِهَا أَقْصَى الْغَايَاتِ مِنْ جَمِيْعِ الْخَيْرَاتِ فِي الْحَيَاتِ وَ بَعْدَ الْمَمَاتِ
Shalawat ini dibaca 7 kali ba’da Maktubah. Shalawat ini untuk meminta kepada Allah, agar dengan rahmat-Nya dapat menyelamatkan dari semua keadaan yang mendebarkan dan semua cobaan. Selain itu juga dapat meminta dikabulkan segala hajat, membersihkan diri dari semua keburukan/kesalahan, mengangkat derajat dan meminta disampaikan kepada maksud yang baik, baik ketika hidup maupun ketika sudah meninggal.
(صَلَوةُ النَّارِيَّةِ)
اَللَّهُمَّ صَلِّ صَلَاةً كَامِلَةً وَ سَلِّمْ سَلَامًا تَآمًّا عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الَّذِيْ تَنْحَلُّ بِهِ الْعُقَدُ, وَ تَنْفَرِجُ بِهِ الْكُرَبُ، وَ تُقْضَى بِهِ الْحَوَائِجُ, وَ تُنَالُ بِهِ الرَّغَائِبُ، وَ حُسْنُ الْخَوَاتِمِ، وَ يُسْتَسْقَى الْغَمَامُ بِوَجْهِهِ الْكَرِيْمِ، وَ عَلَى آلِهِ وَ صَحْبِهِ فِي كُلِّ لَمْحَةٍ وَ نَفَسٍ بِعَدَدِ كُلِّ مَعْلْوْمٍ لَكَ
Untuk mengamalkan puasa ini, dengan melakukan puasa 7 hari mutih (hanya makan nasi putih dan air ketika berbuka dan sahur). Selama dalam puasa, shalawat tersebut, setelah shalat fardlu, dibaca 33 kali. Kemudian, ba’da qiyamullail (shalat malam) dibaca 133 kali. Setelah selesai puasa, dibaca 1 kali setiap ba’da shalat. Bisa juga dibaca 7, 11, atau 21 kali ba’da maktubah. Shalawat ini untuk memohon kepada Allah agar dikabulkan hajatnya. Untuk hajat yang besar bisa dibaca 4444 kali sendirian atau berjamaah dan waktunya bebas, kapanpun dapat dilakukan.
(صَلَوةُ الْهَيْبَةِ)
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً تُلْقِي بِهَا الرُّعْبَ وَ الْهَيْبَةَ وَ الْفَشَلَ وَ الْمَوْتَ فِي قُلُوْبِ الْكَافِرِيْنَ وَ الظَّلِمِيْنَ وَ الْحَاسِدِيْنَ وَ الطَّاغِيْنَ وَ الْمُنَافِقِيْنَ وَ الْمُتَجَبِّرِيْنَ وَ عَلَى آلِهِ وَ صَحْبِهِ وَ بَارِكْ وَ سَلِّمْ
Shalawat ini, dibaca 5 kali ba’da maktubah, kecuali setelah Maghrib dibaca 25 kali. Shalawat ini dipergunakan untuk menggetarkan dan membuat ketakutan di hati orang-orang kafir, orang dzalim, hasud, para penindas, orang munafik, dan orang yang angkuh.
(صَلَوةُ جَلْبِ الرِّزْقِ)
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ وَ بَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ بِعَدَدِ أَنْوَاعِ الرِّزْقِ وَ الْفُتُوْحَاتِ، يَا بَاسِطُ الَّذِيْ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَآءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ، اُبْسُطْ عَلَيْنَا رِزْقًا وَاسِعًا مِنْ كُلِّ جِهَةٍ مِنْ خَزَآئِنِ غَيْبِكَ بِغَيْرِمِنَةِ مَخْلُوْقٍ مَحْضِ فَضْلِكَ وَ كَرَمِكَ يَارَحْمَنُ
Shalawat ini dibaca 3 atau 7 kali ba’da maktubah dengan faidah menarik rezeki dari segala arah.
(صَلَوةُ تَوَسُّعِ الْأَرْزَاقِ)
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً تُوَسِّعُ بِهَا عَلَيْنَا الْأَرْزَاقَ وَتُحَسِّنُ بِهَا لَنَا الْأَخْلَاقَ وَ عَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَ سَلِّمْ
Shalawat ini dibaca 3 atau 7 kali ba’da maktubah. Shalawat ini secara khusus untuk memohon kepada Allah agar diluaskan rezekinya dan dikaruniai akhlak yang baik.
(صَلَوةُ الْفَرَجِ)
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ وَ بَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَ صَحْبِهِ صَلَاةَ عَبْدٍ قَلَّتْ حِيْلَتُهُ, وَ رَسُوْلُ اللهِ وَسِيْلَتُهُ, وَ أَنْتَ يَا إِلَهِيْ وَ لِكُلِّ كَرْبٍ عَظِيْمٍ فَفَرِّجْ عَنَّا مَا نَحْنُ فِيْهِ بِسِرِّ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Shalawat ini dibaca kapanpun dan tidak terbatasi oleh jumlah. Kegunaannya untuk meminta kepada Allah agar diberi kekuatan dan daya untuk menghadapi kesulitan yang melanda dengan mengandalkan kesaktian, kekuatan rahasia, dan kemujaraban basmalah. Shalawat ini sebaiknya digabung dengan Hizb Nawaw atau bisa juga digabung dengan doa surat al Fatihah sebanyak tiga kali. Berikut bacaan doa al Fatihah:
اَلْحَمْدُ اللهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ حَمْدًا يُوَافِي نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ، يَارَبَّنَالَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِي لِجَلاَلِ وَجْهِكَ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ ، اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ بِحَقِّ الْفاَتِحَةِ الْمُعَظَّمَةِ وَالسَّبْعِ الْمَثَانِيْ وَالْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ ، أَنْ تَفْتَحَ لَنَا بِكُلِّ خَيْرٍ، وَأَنْ تَتَفَضَّلَ عَلَيْنَا بِكُلِّ خَيْرٍ، وَأَنْ تَجْعَلَنَا مِنْ أَهْلِ الْخَيْرِ، وَأَنْ تُعَامِلَنَا يَا مَوْلاَنَا مُعَامَلَتَكَ لِأَهْلِ الْخَيْرِ، وَأَنْ تَحْفَظَنَا فِي أَدْيَانِنَا وَأَنْفُسِنَا وَأَوْلاَدِنَا وَأَهْلِيْنَا وَأَصْحَابِنَا وَأَحْبَابِنَا مِنْ كُلِّ مِحْنَةٍ وَفِتْنَةٍ وَبُؤْسٍ وَضَيْرٍ، إِنَّكَ وَلِيُّ كُلِّ خَيْرٍ وَمُتَفَضَّلٌ بِكُلِّ خَيْرٍ وَمُعْطٍ لِكُلِّ خَيْرٍ * يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
(صَلَوةُ الْحَجِّيَّاتِ)
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً وَسَلَامًا تُبَلِّغُنَا بِهِمَا حَجَّ بَيْتِكَ الْحَرَامِ، وَتَرْزُقُنَا بِهِمَا زِيَارَةَ قَبْرِ نَبِيِّكَ عَلَيْهِ أفْضَلُ الصَّلَاةِ وَأَزْكَى السَّلَامِ فِى لُطْفٍ وَعَافِيَةٍ وَبَرَكَةٍ وَبُلُوْغِ الْمَرَامِ عَدَدَ خَلْقِكَ وَرِضَا نَفْسِكَ وَزِنَةَ عَرْشِكَ وَمِدَادَ كَلِمَتِكَ
Shalawat ini dibaca di waktu kapanpun dan dalam jumlah berapapun asal rutin dan istikamah. Tujuannya meminta kepada Allah agar segera diberangkatkan menuju tanah suci untuk beribadah haji.
(صَلَوةُ الْبَدَوِي الكُبْرَى)
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَباَرِكْ عَلىَ سَيِّدِناَ وَمَوْلَاناَ مُحَمَّدٍ شَجَرَةِ اْلأَصْلِ النُّوْرَانِيَّةِ، وَلَمْعَةِ الْقَبْضَةِ الرَّحْمَانِيَّةِ، وَأَفْضَلِ الْخَلِيْقَةِ اْلإِنْسَانِيَّةِ، وَ أَشْرَفِ الصُّوْرَةِ الْجِسْمَانِيَّةِ، وَمَعْدِنِ اْلأَسْرَارِ الرَّبَّانِيَّةِ، وَخَزَائِنِ الْعُلُوْمِ اْلإِصْطِفَآئِيَّةِ، صَاحِبِ الْقَبْضَةِ اْلأَصْلِيَّةِ، وَالْبَهْجَةِ السَّنِيَّةِ، وَالرُّتْبَةِ الْعَلِيَّةِ، مَنِ انْدَرَجَتِ النَّبِيُّوْنَ تَحْتَ لِوَآئِهِ، فَهُمْ مِنْهُ وَ إِلَيْهِ، وَصَلِّ وَسَلِّمْ وَباَرِكْ عَلَيْهِ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ عَدَدَ مَاخَلَقْتَ، وَرَزَقْتَ وَأَمَتَّ وَأَحْيَيْتَ اِلَى يَوْمِ تَبْعَثُ مَنْ أَفْنَيْتَ، وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًاكَثِيْرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Shalawat ini mempunyai faidah untuk meminta kepada Allah agar dikaruniai kewibawaan dan dikabulkan segala hajatnya. Shalawat ini dibaca 100 kali di waktu yang tidak ditentukan, namun alangkah baiknya dibaca ketika malam hari.
(صَلَوةُ المُخَاطَبِ)
اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ قَدْ ضَاقَتْ حِيْلَتىِ أَدْرِكْنِى يَارَسُوْلَ اللهِ
Shalawat ini bisa dibaca kapan saja dan berapa saja, sebaiknya dibaca dengan istikamah. Faidah membaca shalawat ini adalah untuk meminta pertolongan kepada Allah dengan wasilah Rasulullah SAW untuk menyelesaikan masalah-masalah yang berat, susah, dan sangat memperihatinkan yang tidak bisa dijangkau oleh pikiran dan tenaga manusia dalam artian sedang kepepet oleh sebuah masalah. Menurut cerita, pengarang shalawat mukhatab, Syaikh Hamid Affandi al ‘Imadi, ketika menyusun shalawat ini, dalam kondisi terjepit karena penguasa waktu itu dzalim. Banyak ulama dibunuh termasuk shahibu shalawat mukhatab yang dikejar-kejar dan akan dibunuh. Akhirnya beliau bertawassul kepada Rasulullah dengan shalawat itu ادركني يارسول الله, yaitu meminta dijemput ole Rasulullah agar selamat. Benar saja, ketika beliau terjepit, Rasul datang dan menjemput beliau, lalu akhirnya selamat.
(صَلَوةُ الإبراهيمية)
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سيدنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سيدنا إِبْرَاهِيْمَ و بَارِكْ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سيدنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سيدنا إِبْرَاهِيْمَ فِي الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدُ مَجِيْدٌ
Shalawat ini bisa dibaca secara istikamah 3 atau 7 kali setelah shalat Isya. Shalawat ini adalah shalawat yang ma’tsur dari Rasulullah SAW, karena banyak Muhadis dan perawi meriwayatkan hadis yang secara redaksional terdapat shalawat ini. Beberapa ahlul hadis yang meriwayatkannya adalah Imam al Bukhary dan Muslim dalam Shahih mereka. At Tirmidzi, an Nasa’i, Abu Daud dalam sunan mereka juga meriwayatkanya. Begitu juga Imam malik dalam al Muwatha’-nya juga meriwatkannya. Imam al-Hafidz al ‘Iraqy dan as Sakhawy menyebut hadis itu adalah Muttafaq Alaih. Dalam redaksi hadis yang diriwayatkan oleh al Bukhari dalam Shahih-nya, Rasulullah bersabda:
مَنْ قَالَ هَذِهِ الصَّلاَةَ شَهِدْتُ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِالشَّهَادَةِ وَشَفَعْتُ لَهُ
“Barang siapa membaca shalawat ini, maka aku bersaksi untuknya di hari kiamat dengan sebuah persaksian dan memberinya syafaat”.
(صَلَوةُ البَدْرِ)
صَـلاَةُ اللهِ سَـلاَمُ اللهِ *** عَـلَى طـهَ رَسُـوْلِ اللهِ
صَـلاَةُ اللهِ سَـلاَمُ اللهِ *** عَـلَى يـَس حَبِيْـبِ اللهِ
تَوَ سَـلْنَا بِـبِـسْـمِ اللّهِ *** وَبِالْـهَادِى رَسُـوْلِ اللهِ
وَ كُــلِّ مُجَـا هِـدِ لِلّهِ *** بِاَهْـلِ الْبَـدْرِ يـَا اَللهُ
اِلهِـى سَـلِّـمِ اْلاُمـَّة *** مِـنَ اْلافـَاتِ وَالنِّـقْـمَةَ
وَمِنْ هَـمٍ وَمِنْ غُـمَّـةٍ *** بِاَ هْـلِ الْبَـدْرِ يـَا اَللهُ
اِلهِى نَجِّـنَا وَاكْـشِـفْ *** جَـمِيْعَ اَذِ يـَّةٍ وَاصْرِفْ
مَـكَائـدَ الْعِـدَا وَالْطُـفْ *** بِاَ هْـلِ الْبَـدْرِ يـَا اَللهُ
اِلهِـى نَـفِّـسِ الْـكُـرَبَا *** مِنَ الْعَـاصِيْـنَ وَالْعَطْـبَا
وَ كُـلِّ بـَلِـيَّـةٍ وَوَبـَا *** بِاَهْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
فَكَــمْ مِنْ رَحْمَةٍ حَصَلَتْ *** وَكَــمْ مِنْ ذِلَّـةٍ فَصَلَتْ
وَكَـمْ مِنْ نِعْمـَةٍ وَصَلَـتْ *** بِاَهْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
وَ كَـمْ اَغْـنَيْتَ ذَالْعُـمْرِ *** وَكَـمْ اَوْلَيْـتَ ذَاالْفَـقْـرِ
وَكَـمْ عَافَـيـْتَ ذِاالْـوِذْرِ *** بِاَ هْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
لَـقَدْ ضَاقَتْ عَلَى الْقَـلْـبِ *** جَمِـيْعُ اْلاَرْضِ مَعْ رَحْبِ
فَانْـجِ مِنَ الْبَلاَ الصَّعْـبِ *** بِاَهْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
ا َتَيـْنَا طَـالِـبِى الرِّفْـقِ *** وَجُـلِّ الْخَـيْرِ وَالسَّـعْدِ
فَوَ سِّـعْ مِنْحَـةَ اْلاَيـْدِىْ *** بِاَ هْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
فَـلاَ تَرْدُدْ مَـعَ الْخَـيـْبَةْ *** بَلِ اجْعَلْـنَاعَلَى الطَّيْبـَةْ
اَيـَا ذَاالْعِـزِّ وَالْهَـيـْبَةْ *** بِاَ هْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
وَ اِنْ تَرْدُدْ فَـمَنْ نَأْتـِىْ *** بِـنَيـْلِ جَمِيـْعِ حَاجَا تِى
اَيـَا جَـالِى الْمُـلِـمـَّاتِ *** بِاَ هْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
اِلهِـى اغْفِـرِ وَاَ كْرِ مْنَـا *** بِـنَيـْلِ مـَطَا لِبٍ مِنَّا
وَ دَفْـعِ مَسَـاءَةٍ عَـنَّا *** بِاَ هْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
اِلهِـى أَنْـْتَ ذُوْ لُطْـفٍ *** وَذُوْ فَـضْلٍ وَذُوْ عَطْـفٍ
وَكَـمْ مِنْ كُـرْبـَةٍ تَنـْفِىْ *** بِاَ هْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
وَصَلِّ عَـلَى النـَّبِىِّ الْبَـرِّ *** بـِلاَ عَـدٍّ وَلاَ حَـصْـرِ
وَالِ سَـادَةٍ غُــــرِّ *** بِاَ هْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
Shalawat ini disusun oleh seorang kiai asli Indonesia pada tahun 1960-a, bernama KH. Ali Manshur, seorang cucu dari KH Muhammad Siddiq dari Jember dan keponakan KH. Ahamad Qushairi, pengarang kitab Tanwir al Hija. Tersusunnya shalawat ini lantaran keresahaan beliau memikirkan pergolakan politik yang ada di Indonesia dengan semakin menguatnya PKI di daerah pedesaan. Warga NU (Nahdliyin) mulai terdesak oleh segala intervensi yang dilakukan PKI. Dominasi kekuasaan PKI di Indonesia pun mulai terlihat. Bahkan mereka sudah mulai berani membunuh Kiai-Kiai yang ada di desa yang senantiasa menjaga, mengayomi dan membimbing masyarakat di pedesaan. Shalawat Badriyah sejak lama kerap dilantunkan oleh kaum muslimin jika hendak memulai pengajian atau acara keagamaan lainnya. Dinamakan Shalawat Badriyah karena mengacu kepada bait pengharapan berkah dari para sahabat Nabi yang berperang di perang Badar. Shalawat Badriyah memiliki 28 bait dan mengandung beragam fadilah (manfaat) yang besar bagi siapa saja yang mengamalkannya. Di antaranya Shalawat ini untuk memohon keselamatan dan menghilangkan segala kesusahan, kesempitan dan segala yang menyakitkan. Selain itu, Shalawat Badriyah juga untuk memohon selamat dari bahaya musuh, untuk menangkis orang-orang yang berbuat kemaksiatan dan kerusakan, juga agar dihindarkan dari segala marabahaya dan bencana. Shalawat ini juga untuk memohon keuntungan, meluaskan rizki serta mendapatkan keberkahan untuk mendapatkan pahala yang besar. Demikian beberapa macam shalawat dan faidahnya masing-masing. Pada dasarnya, shalawat-shalawat di atas, faidahnya sesuai dengan kandungan maknanya masing-masing. Namun, soal waktu dan jumlah ada semacam trik-trik khusus yang diijazahkan oleh para ulama dan kiai melalui proses riyadhah atau tirakat. Semoga bermanfaat, selamat mencoba.

Sahabat Nabi

Sahabat Nabi

Perawi Hadits

Perawi Hadits

Biografi Imam

Biografi Imam

Biografi Perawi Hadits

Biografi Perawi Hadits

Putra-Putri Rasulullah SAW

Putra-Putri Rasulullah SAW

Ummul Mukminin

Ummul Mukminin

Sejarah Islam

Sejarah Islam

Berita Islami

Berita Islami
© all rights reserved
made with by templateszoo