Tampilkan postingan dengan label Kisah Nabi Muhammad SAW. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kisah Nabi Muhammad SAW. Tampilkan semua postingan

Rasulullah Lebih Mengutamakan Kehidupan Akhirat Daripada Dunia

*Renungan malam*

Mari kita bayangkan bagaimana kehidupan Rasulullah dahulu, bagaimana rumah Rasulullah dahulu, dan bagaimana Rasulullah menjalani kehidupan sehari-harinya.

Sebuah riwayat menjelaskan rumah Rasul. Dalam kitab shohih _adabul mufrod_ karya Imam Bukhori menyebutkan bahwa Daud Bin Qais berkata:


_"Saya melihat kamar Rasulullah saw atapnya terbuat dari pelepah kurma yang terbalut dengan serabut, saya perkirakan lebar rumah ini, kira kira 6 atau 7 hasta (1 hasta sama dengan 0,45 meter), saya mengukur luas rumah dari dalam 10 hasta, dan saya kira tingginya antara 7 dan 8, saya berdiri dipintu aisyah saya dapati kamar ini menghadap Maghrib (Marocco)"._

Dalam sebuah hadits riwayat Bukhari Muslim dijelakan:

_"Bahwa suatu hari sayyidina Umar bin Al Khattab pernah menemui baginda Nabi Muhammad SAW. Saat itu Beliau sedang berbaring di atas tikar kasar yang terbuat dari pelepah kurma. Dengan berbantalkan kulit kasar yang berisi serabut ijuk kurma. Melihat keadaan Nabi Muhammad yang seperti itu sayyidina Umar pun menangis"._

_"Kemudian Nabi Muhammad SAW pun bertanya: Mengapa engkau menangis?"_

_Sayyidina Umar Radhiallahu'anhu menjawab: "Bagaimana aku tidak menangis. Tikar ini membekas pada tubuhmu. Engkau adalah Rasulullah SAW, utusan Allah SWT. kekayaanmu hanya seperti ini. Sedangkan kisra dan raja-raja lainnya hidup bergelimangkan kemewahan"._

_"Nabi Muhammad SAW menjawab: Apakah engkau tidak rela jika kemewahan itu untuk mereka di dunia dan untuk kita di akhirat nanti?"_

Jawaban Nabi Muhammad SAW menjelaskan kesederhanaannya. Dan rumah yang berukuran panjang tidak lebih dari 5 meter, lebar hanya 3 meter, dengan tinggi atap sekitar 2.5 meter menjadi gambaran bahwa Nabi Muhammad SAW tidaklah hidup dalam kemewahan dunia.

Tepat di tahun terakhir kenabian, kabilah-kabilah arab berbondong-bondong menyatakan masuk islam.
Selain memang karena mereka melihat secara langsung keagungan Islam yang diterapkan diseluruh aspek kehidupan, berarti juga bahwa tugas kenabian sebentar lagi usai.

Menikmati masa-masa kemenangan adalah tabiat sebuah perjuangan. Tapi tidak bagi sosok yang mulia itu. Karena misi perjuangannya bukan untuk meraup harta dan kekayaan, bukan pula untuk mengejar jabatan. Bila Allah ridho, kalimat-Nya ditinggikan, syariat-Nya ditegakkan, maka itulah puncak pencapaian tertinggi.

Raga suci itu letih, peluh di dahinya sesekali mengucur. Itu semua terjadi sejak awal diutusnya Beliau menjadi Rasul. Semuanya dikorbankan. Waktu, tenaga, pikiran, harta bahkan nyawa sekalipun. Diatas tikar kasar raga itu terkulai. Berbulan-bulan tak ada api yang mengepul di rumahnya.
Kondisi itu tidak hanya terjadi sekali, bahkan berkali-kali semenjak beliau diutus menjadi nabi.

Abu Hurairah menuturkan terkait kondisi rumah Rasul, _“Adakalanya sampai berbulan-bulan berlalu, namun di rumah Rasulullah tidak ada satupun lampu yang menyala, dapurnya pun tidak mengepul. Jika ada minyak, maka dijadikannya sebagai makanan._

_Sering beliau tidur malam sedang keluarganya bolik-balik di atas tempat pembaringan karena kelaparan, tidak ada makan malam. Makanan mereka biasanya hanya  roti yang terbuat dari syair yang kasar."_ *(HR. Tarmidzi).*

Bunda Aisyah radhiallahu anha lebih lugas menuturkan, _“Sering kali kami melewati masa hingga 40 hari, sedang di rumah kami tidak pernah ada lampu yang menyala dan dapur kami tidak mengepul. Maka orang yang mendengar bertanya, ‘Jadi apa yang kalian makan untuk bertahan hidup?’ Ibu kita menjawab, "Kurma dan air saja, itu pun jika dapat.”_ *(HR. Ahmad)*

Subhanalloh, sebuah kehidupan yang sangat berat dijalani oleh Rasul dan keluarganya. Tidaklah orang yang kuat lagi hebat yang bisa menjalani kehidupan yang serba terbatas tersebut. Apalagi ditambah dengan tugas _nubuwah._ Logika manapun akan sulit menerima kondisi tersebut. Dan tidak terbayang menjalaninya.

Saking beratnya kehidupan Rasul, sampai Rasul merasa lemas dalam menjalani sholat. Tapi Beliau pantang mengeluh lagi mundur. Semua itu dijalani dengan penuh ikhlas dan semata mengharap ridho Allah. Abu Hurairah berkata, _“Aku pernah datang kepada Rasulullah ketika dia shalat sambil duduk, maka aku pun bertanya, ‘Ya Rasulullah, mengapa aku melihatmu shalat sambil duduk, apakah engkau sakit?’ Jawab beliau, ‘Aku lapar, wahai Abu Hurairah.’ Mendengar jawaban beliau, aku terus menangis sedih melihat keadaan beliau. Beliau merasa kasihan melihatku menangis, lalu beliau berkata, ‘Wahai Abu Hurairah, jangan menangis, karena beratnya penghisaban di hari kiamat nanti tidak akan menimpa orang yang hidupnya lapar di dunia jika dia menjaga dirinya di kehidupan dunia ini.”_ *(HR. Muslim).*

_MashaAllah..._
Kami rindu padamu ya Rasul... 

Bukan hanya itu saja, tekat baja Rasul untuk menahan lapar begitu luar biasa. Ibnu Bujair berkata, _“Pada suatu hari Rasulullah pernah merasa sangat lapar. Lalu beliau mengambil batu dan diikatkannya pada perutnya. Kemudian beliau bersabda, ‘Betapa banyak orang yang memilih makanan yang lembut di dunia ini kelak dia akan menjadi lapar dan telanjang pada hari kiamat! Dan betapa banyak orang yang memuliakan dirinya di sini, kelak dia akan dihinakan di akhirat. Dan betapa banyak orang yang menghinakan dirinya di sini, kelak dia akan dimuliakan di akhirat’.”_

Dalam riwayat lain yang dikeluarkan oleh Baihaqi, Ummul mukminin menuturkan, _“Rasulullah tidak pernah kenyang tiga hari berturut-turut. Sebenarnya jika kita mau, kita bisa kenyang, akan tetapi beliau selalu mengutamakan orang lain yang lapar daripada dirinya sendiri.”_

MashaAllah. Penjelasan-penjelasan dalam kisah-kisah diatas seolah-olah terlihat jelas dengan mata kepalaku sendiri. Tak kuasa, hati ini menjerit malu. Mata pun menangis sejadi-jadinya mengingat kekasih Allah, Muhammad Rasulullah.

_Allahumma sholli 'ala sayyidina Muhammad. Wa'ala ali sayyidina Muhammad._ Kami rindu pada mu ya Rasul... 

Ya Allah. Ampunkanlah kami. Kami masih tersibukkan dengan dunia, hingga melupakanMu. Hanya mengingatMu di saat-saat lima waktu saja. Itupun tidak khusu'. Alangkah kufurnya diri ini terhadap nikmat-Mu.
Entah berapa kali diri ini merasakan kenyang, sementara syukur jarang terucap dan ibadah tak kunjung meningkat. 

Sahabat...
Sebelum mengeluhkan dapurmu yang kekurangan ini dan itu, maka ingatlah dapur Rasulullah _shallallahu alaihi wasallam..._
Ingatlah rasulullah yang tak pernah kenyang sejak diutus menjadi nabi hingga wafatnya. Sesekali bawalah imajinasimu mundur jauh ke masa-masa beliau hidup, lalu tanyakan pada dirimu, "Masikah pantas engkau mengeluhkan kondisi dapurmu yang serba kekurangan..?"

Sahabat, Rasulullah hidup seperti itu adalah pilihan hidup, bukan keterpaksaan. Sebab bila Beliau mau, maka gunung uhud akan dirubah menjadi emas untuknya, namun Beliau menolak.
Beliau menganggap kehidupan akhirat lebih baik daripada kehidupan dunia. Bukan tidak boleh mengejar dunia. Tapi yang penting adalah menjadikan dunia dalam genggama, bukan dikuasai oleh dunia. Dunia untuk jalan meraih ridho Allah. Bukan menjadi fitnah dan sumber petaka. Karena memang sesungguhnya dunia ada perhiasan cantik yang menggoda.

_Salam Ta'dzim_
_Napak Tilas Perjuangan Rasul dan Para Sahabatnya_

Ummu Aiman Orang yang Merawat Rasulullah SAW hingga Dewasa.

و حَدَّثَنِي أَبُو الطَّاهِرِ وَحَرْمَلَةُ قَالَا أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي يُونُسُ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ
لَمَّا قَدِمَ الْمُهَاجِرُونَ مِنْ مَكَّةَ الْمَدِينَةَ قَدِمُوا وَلَيْسَ بِأَيْدِيهِمْ شَيْءٌ وَكَانَ الْأَنْصَارُ أَهْلَ الْأَرْضِ وَالْعَقَارِ فَقَاسَمَهُمْ الْأَنْصَارُ عَلَى أَنْ أَعْطَوْهُمْ أَنْصَافَ ثِمَارِ أَمْوَالِهِمْ كُلَّ عَامٍ وَيَكْفُونَهُمْ الْعَمَلَ وَالْمَئُونَةَ وَكَانَتْ أُمُّ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ وَهِيَ تُدْعَى أُمَّ سُلَيْمٍ وَكَانَتْ أُمُّ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي طَلْحَةَ كَانَ أَخًا لِأَنَسٍ لِأُمِّهِ وَكَانَتْ أَعْطَتْ أُمُّ أَنَسٍ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عِذَاقًا لَهَا فَأَعْطَاهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُمَّ أَيْمَنَ مَوْلَاتَهُ أُمَّ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ قَالَ ابْنُ شِهَابٍ فَأَخْبَرَنِي أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا فَرَغَ مِنْ قِتَالِ أَهْلِ خَيْبَرَ وَانْصَرَفَ إِلَى الْمَدِينَةِ رَدَّ الْمُهَاجِرُونَ إِلَى الْأَنْصَارِ مَنَائِحَهُمْ الَّتِي كَانُوا مَنَحُوهُمْ مِنْ ثِمَارِهِمْ قَالَ فَرَدَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى أُمِّي عِذَاقَهَا وَأَعْطَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُمَّ أَيْمَنَ مَكَانَهُنَّ مِنْ حَائِطِهِ
قَالَ ابْنُ شِهَابٍ وَكَانَ مِنْ شَأْنِ أُمِّ أَيْمَنَ أُمِّ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ أَنَّهَا كَانَتْ وَصِيفَةً لِعَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ وَكَانَتْ مِنْ الْحَبَشَةِ فَلَمَّا وَلَدَتْ آمِنَةُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعْدَ مَا تُوُفِّيَ أَبُوهُ فَكَانَتْ أُمُّ أَيْمَنَ تَحْضُنُهُ حَتَّى كَبِرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَعْتَقَهَا ثُمَّ أَنْكَحَهَا زَيْدَ بْنَ حَارِثَةَ ثُمَّ تُوُفِّيَتْ بَعْدَ مَا تُوُفِّيَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِخَمْسَةِ أَشْهُرٍ

Dan telah menceritakan kepadaku Abu At Thahir dan Harmalah keduanya; telah mengabarkan kepada kami Ibnu Wahb telah mengabarkan kepadaku Yunus dari Ibnu Syihab dari Anas bin Malik dia berkata,
"Ketika kaum muhajirin tiba dari Makkah ke Madinah, mereka datang dengan tidak membawa sesuatupun, sedangkan kaum Anshar mempunyai tanah dan kebun kurma yang luas.
Maka orang-orang Anshar membagikan sebagiannya kepada Sahabat Muhajirin dengan syarat mereka memberikan setengah dari hasil penennya setiap tahun. 
Maka orang-orang Muhajirin pun membayar kepada orang-orang Anshar dengan kerja dan makanan."
Ibu Anas bin Malik atau yang biasa dipanggil Ummu Sulaim, dan Ibu Abdullah bin Abu Thalhah - saudara seibu Anas-,
Ibu Anas memberikan kebun kurma miliknya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, lalu beliau memberikannya kepada Ummu Aiman, budak Ibu Usamah bin Zaid."
Ibnu Syihab berkata, "Lalu Anas bin Malik mengabarkan kepadaku, bahwa ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kembali dari perang Khaibar beliau pulang ke Madinah, lalu kaum muhajirin mengembalikan kebun kurma pemberian kaum anshar kepada mereka."

Ibnu Syihab berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam juga mengembalikan kebun kurmanya kepada ibuku, dan beliau shallallahu 'alaihi wasallam juga memberikan bagian dari kebun kurmanya kepada Ummu Aiman."
Ibnu Syihab berkata, "Yang menjadi permasalahan Ummu Aiman ialah, bahwa Ibu Usamah bin Zaid dulunya seorang pelayan milik Abdullah bin Abdul Muththallib yang berasal dari Habasyah.
Ketika Aminah (Ibu Rasul) melahirkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, setelah ditinggal wafat oleh ayahnya, maka Ummu Aimanlah yang merawat beliau hingga beliau shallallahu 'alaihi wasallam dewasa, kemudian ia dimerdekakan dan dinikahi oleh Zaid bin Haritsah. Ummu Aiman meninggal dunia lima tahun setelah meninggalnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam."
(HR. Muslim: 3318)

Kisah Mengharukan Menjelang Rasulullah Wafat



Cerita yang tak pernah ada bosannya
Sangat Mengharukan...

Kisah ini terjadi pada diri Rasulullah SAW sebelum wafat.
Rasulullah SAW telah jatuh sakit agak lama, sehingga keadaan beliau sangat lemah.
Pada suatu hari, Rasulullah SAW meminta Bilal memanggil semua Sahabat datang ke Masjid. Tidak lama kemudian, penuhlah Masjid dgn para Sahabat.
Semuanya merasa rindu setelah agak lama tidak mendpt Taushiyah dari Rasulullah SAW.
Beliau duduk dgn lemah di atas mimbar. Wajahnya terlihat pucat,
menahan sakit yg tengah dideritanya.
Kemudian Rasulullah SAW bersabda: "Wahai sahabat2ku semua. Aku ingin bertanya, apakah telah aku sampaikan semua kpdmu,
bahwa sesungguhnya Allah SWT itu adalah satu2nya Tuhan yg layak disembah?"
Semua Sahabat menjwb dgn suara bersemangat,
"Benar wahai Rasulullah,
Engkau telah sampaikan kpd kami bahwa sesungguhnya Allah SWT adalah satu2nya Tuhan yg layak disembah."
Kemudian Rasulullah SAW bersabda:
"Persaksikanlah ya Allah. Sesungguhnya aku telah menyampaikan amanah ini kepada mereka."
Kemudian Rasulullah SAW bersabda lagi,
dan setiap apa yg Rasulullah sabdakan selalu dibenarkan oleh para sahabat.
Akhirnya sampailah pada satu pertanyaan yg menjadikan para Sahabat sedih dan terharu.
Rasulullah SAW bersabda:
"Sesungguhnya,
aku akan pergi menemui Allah SWT,
Dan sblm aku pergi,
aku ingin menyelesaikan segala urusan dgn manusia.
Maka aku ingin bertanya kepada kalian semua.
Adakah aku berhutang kepada kalian?
Aku ingin menyelesaikan hutang tersebut.
Karena aku tidak mau bertemu dgn Allah SWT dalam keadaan berhutang dgn manusia."
Ketika itu semua para Sahabat diam,
dan dalam hati masing2 berkata "Mana ada Rasullullah SAW berhutang dengan kita? Kamilah yg banyak berhutang kepada Rasulullah".
Rasulullah SAW mengulangi pertanyaan itu sebanyak 3 kali.
Tiba2 bangun seorang lelaki yg bernama UKASYAH,
seorg sahabat, mantan preman sblm masuk Islam, dan
dia berkata:
"Ya Rasulullah...
Aku ingin sampaikan masalah ini.
Seandainya ini dianggap hutang,
Maka aku minta engkau selesaikan. Seandainya bukan hutang, maka tidak perlulah engkau berbuat apa2".
Rasulullah SAW berkata: "Sampaikanlah wahai Ukasyah".
Maka Ukasyah pun mulai bercerita:
"Aku masih ingat ketika perang Uhud dulu, suatu ketika engkau menunggang kuda, lalu engkau pukulkan cemeti ke belakang kuda.
Tetapi cemeti tsb tidak kena pada belakang kuda,
Tapi justeru terkena pada dadaku,
Karena ketika itu aku berdiri dibelakang kuda yg engkau tunggangi wahai Rasulullah".
Mendengar itu,
Rasulullah SAW berkata: "Sesungguhnya itu adalah hutang wahai Ukasyah. Kalau dulu aku pukul engkau,
Maka hari ini aku akan terima hal yg sama."
Dengan suara yang agak tinggi,
Ukasyah berkata: "Kalau begitu aku ingin segera melakukannya wahai Rasulullah."
Ukasyah se-akan2 tidak merasa bersalah mengatakan demikian.
Sedangkan ketika itu sebagian sahabat berteriak marah kepada Ukasyah.
"Sungguh engkau tidak berperasaan Ukasyah. Bukankah Baginda sedang sakit..!!?
Ukasyah tidak menghiraukan semua itu.
Rasulullah SAW meminta Bilal mengambil cambuk di rumah Fatimah, anaknya.
Bilal meminta cambuk itu dari Fatimah,
Kemudian Fatimah bertanya: "Untuk apa Rasulullah meminta cambuk ini wahai Bilal?"
Bilal menjwb dengan nada sedih: "Cambuk ini akan digunakan Ukasyah untuk memukul Rasulullah."
Terperanjat dan menangislah Fatimah, seraya berkata:
"Kenapa Ukasyah hendak memukul Ayahku Rasulullah?
Ayahku sedang sakit,
kalau mau memukul,
pukullah aku anaknya".
Bilal menjawab: "Sesungguhnya ini adalah urusan antara mereka berdua".
Bilal membawa cambuk tersebut ke Masjid lalu diberikannya kepada Ukasyah.
Setelah mengambil cambuk itu,
Ukasyah menuju ke hadapan Rasulullah.
Tiba2, Abu Bakar berdiri menghalangi Ukasyah sambil
berkata: "Ukasyah... kalau kamu hendak memukul,
pukullah aku..!!
Aku adalah orang yang pertama beriman dgn apa yg Rasulullah SAW sampaikan.
Akulah sahabatnya di kala suka dan duka.
Kalau engkau hendak memukul,
maka pukullah aku".
Rasulullah SAW bersabda: "Duduklah wahai Abu Bakar.
Ini urusan antara aku dgn Ukasyah".
Ukasyah menuju ke hadapan Rasulullah SAW. Kemudian Umar bin Khattab berdiri menghalangi Ukasyah sambil berkata:
"Ukasyah...
kalau engkau mau mukul, pukullah aku.
Dulu memang aku tidak suka mendengar nama Muhammad,
bahkan aku pernah berniat untuk menyakitinya.
Itu dulu. Sekarang, tidak boleh ada seorang pun yg boleh menyakiti Rasulullah Muhammad SAW.
Kalau engkau berani menyakiti Rasulullah,
maka langkahi dulu mayatku..!!"
Lalu dijawab oleh Rasulullah SAW:
"Duduklah wahai Umar. Ini urusan antara aku dengan Ukasyah".
Ukasyah menuju ke hadapan Rasulullah, dan tiba2 berdirilah Ali bin Abu Talib, sepupu sekaligus menantu Rasulullah SAW.
Dia menghalangi Ukasyah sambil berkata: "Ukasyah, pukullah aku saja.
Darah yang sama mengalir pada tubuhku ini wahai Ukasyah".
Lalu dijawab oleh Rasulullah SAW:
"Duduklah wahai Ali,
ini urusan antara aku dengan Ukasyah".
Ukasyah semakin dekat dgn Rasulullah SAW. Tiba2 tanpa disangka, bangkitlah kedua cucu kesayangan Rasulullah SAW yaitu Hasan dan Husen.
Mereka berdua memegangi tangan Ukasyah sambil memohon...
"Wahai Paman,
pukullah kami Paman, Kakek kami sedang sakit,
Pukullah kami saja wahai Paman,,
sesungguhnya kami ini Cucu kesayangan Rasulullah SAW.
Dengan memukul kami, sesungguhnya itu sama dengan menyakiti Kakek kami,, wahai Paman."
Lalu Rasulullah SAW berkata: "Wahai Cucu2 kesayanganku, duduklah kalian.
Ini urusan kakek dengan Paman Ukasyah".
Begitu sampai di tangga mimbar,
dengan lantang Ukasyah berkata:
"Bagaimana aku mau memukul engkau ya Rasulullah. Engkau duduk di atas dan aku di bawah. Kalau engkau mau aku pukul, maka turunlah ke bawah sini..!!"
Rasulullah SAW memang manusia terbaik. Kekasih Allah itu meminta beberapa sahabat memapahnya ke bawah. Rasulullah SAW didudukkan pada sebuah kursi,
lalu dengan suara tegas Ukasyah berkata lagi:
"Dulu waktu engkau memukul aku, aku tidak memakai baju,
Ya Rasulullah."
Para sahabat sangat geram mendengar perkataan Ukasyah.
Tanpa ber-lama2 dalam keadaan lemah, Rasulullah SAW membuka bajunya. Kemudian terlihatlah tubuh Rasulullah yg sangat indah; sedang beberapa batu terikat di perut Rasulullah, pertanda Rasulullah sedang menahan lapar...
Kemudian Rasulullah SAW berkata:
"Wahai Ukasyah,
Segeralah dan janganlah kamu ber-lebih2an.
Nanti Allah SWT akan murka padamu."
Ukasyah langsung menghambur menuju Rasulullah SAW,, Cambuk di tangannya ia buang jauh2. Kemudian ia peluk tubuh Rasulullah SAW se-erat2nya,, sambil menangis sejadi-jadi2nya...
Ukasyah berkata:
"Ya Rasulullah, Ampuni aku,
Maafkan aku;
Mana ada manusia yg sanggup menyakiti engkau ya Rasulullah. Sengaja aku melakukannya, agar aku dapat merapatkan tubuhku dengan tubuhmu...
Karena Engkau pernah mengatakan "Barang siapa yang kulitnya pernah bersentuhan denganku, maka diharamkan api neraka atasnya."
Seumur hidupku aku ber-cita2 dapat memelukmu.
Karena sesungguhnya aku tahu bahwa tubuhmu tidak akan dimakan oleh api neraka.
Dan sungguh aku takut dengan api neraka.
Maafkan aku ya Rasulullah..."
Rasulullah SAW dgn senyum berkata:
"Wahai sahabat2ku semua, kalau kalian ingin melihat Ahli Syurga, maka lihatlah Ukasyah..!!"
Semua sahabat menitikkan air mata. Kemudian para sahabat bergantian memeluk Rasulullah SAW.
SEMOGA dengan membaca ini, bila ada air mata, ini membuktikan Kecintaan kita kepada Kekasih Allah SWT...
*Allahumma'sholli 'alaa Sayyidina Muhammad.*
*Allahumma sholli 'alayhi wassalam...*
Semoga Allah SWT selalu meridhai kita semua. Aamiin...

اللّٰهم صَلِّ عَلَی سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَی آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدﷺ

© all rights reserved
made with by templateszoo