Tampilkan postingan dengan label Motivasi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Motivasi. Tampilkan semua postingan

Bab Mencium Tangan Saat Bersalaman

حَدَّثَتْنِي أُمُّ أَبَانَ بِنْتُ الْوَازِعِ بْنِ زَارِعٍ، عَنْ جِدِّهَا، زَارِعٍ وَكَانَ فِي وَفْدِ عَبْدِ الْقَيْسِ قَالَ: لَمَّا قَدِمْنَا الْمَدِينَةَ فَجَعَلْنَا نَتَبَادَرُ مِنْ رَوَاحِلِنَا، فَنُقَبِّلُ يَدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَرِجْلَهُ، قَالَ: وَانْتَظَرَ الْمُنْذِرُ الْأَشَجُّ حَتَّى أَتَى عَيْبَتَهُ فَلَبِسَ ثَوْبَيْهِ، ثُمَّ أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ لَهُ: «إِنَّ فِيكَ خَلَّتَيْنِ يُحِبُّهُمَا اللَّهُ، الْحِلْمُ وَالْأَنَاةُ» قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَنَا أَتَخَلَّقُ بِهِمَا أَمُ اللَّهُ جَبَلَنِي عَلَيْهِمَا؟ قَالَ: «بَلِ اللَّهُ جَبَلَكَ عَلَيْهِمَا» قَالَ: الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي جَبَلَنِي عَلَى خَلَّتَيْنِ يُحِبُّهُمَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ

telah menceritakan kepadaku Ummu Aban bintil Wazi' bin Zari' dari kakeknya Zari' saat itu ia sedang bersama rombongan utusan Abdu Qais, ia berkata, "Ketika kami tiba di Madinah, kami saling berlomba memacu kendaraan kami, lalu kami mencium tangan dan kaki beliau."
Ia (perawi) berkata, "Al Mundzir Al Asyaj masih menunggu hingga tempat pakaiannya tiba, lalu ia kenakan pakaiannya tersebut.
Setelah itu ia datang menemui Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Beliau lantas bersabda kepada Al Mundzir: "Sesungguhnya engkau mempunyai dua tabiat yang disukai oleh Allah dan rasul-Nya; santun dan sabar."
Al Mundir bertanya, "Wahai Rasulullah, memang aku berakhlak demikian atau Allah yang memberikan itu kepadaku?"
beliau menjawab: "Allah yang memberikan itu kepadamu."
Al Mundzir berkata, "Segala puji milik Allah yang telah memberiku dua tabiat yang disukai oleh Allah dan rasul-Nya."
HR. Abu Daud, Kitab Al-Adab, Bab Fi Qublati Ar-Rijli 5225. Al-Albani menghasankan hadits ini tanpa tambahan kaki (mencium kaki Beliau)

Kedua:
أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ، حَدَّثَهُ وَذَكَرَ، قِصَّةً قَالَ: «فَدَنَوْنَا يَعْنِي مِنَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَبَّلْنَا يَدَه

Sesungguhnya Abdullah bin Umar berbicara kepadanya dan mneyebutkan suatu kisah seraya berkata: Maka kami mendekat (kepada nabi shallallahu alaihi wa sallam) kemudian kami cium tangannya. HR. Abu Daud, Kitab Al-Adab, bab Qublati Al-Yad no.5223. Didhoifkan oleh Al-Albani

Ketiga:
أَنَّ عَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ أَبِي لَيْلَى حَدَّثَهُ، أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ حَدَّثَهُ، أَنَّهُ كَانَ فِي سَرِيَّةٍ مِنْ سَرَايَا رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: فَحَاصَ النَّاسُ حَيْصَةً، فَكُنْتُ فِيمَنْ حَاصَ قَالَ: فَلَمَّا بَرَزْنَا قُلْنَا: كَيْفَ نَصْنَعُ وَقَدْ فَرَرْنَا مِنَ الزَّحْفِ وَبُؤْنَا بِالْغَضَبِ؟ فَقُلْنَا: نَدْخُلُ الْمَدِينَةَ فَنَتَثَبَّتُ فِيهَا وَنَذْهَبُ وَلَا يَرَانَا أَحَدٌ. قَالَ: فَدَخَلْنَا فَقُلْنَا: لَوْ عَرَضْنَا أَنْفُسَنَا عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَإِنْ كَانَتْ لَنَا تَوْبَةٌ أَقَمْنَا، وَإِنْ كَانَ غَيْرَ ذَلِكَ ذَهَبْنَا. قَالَ: فَجَلَسْنَا لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَبْلَ صَلَاةِ الْفَجْرِ، فَلَمَّا خَرَجَ قُمْنَا إِلَيْهِ فَقُلْنَا: نَحْنُ الْفَرَّارُونَ فَأَقْبَلَ إِلَيْنَا فَقَالَ: «لَا. بَلْ أَنْتُمُ الْعَكَّارُونَ» . قَالَ: فَدَنَوْنَا فَقَبَّلْنَا يَدَهُ، فَقَالَ: «إِنَّا فِئَةُ الْمُسْلِمِينَ» 

Bahwa Abdurrahman bin Abu Laila telah menceritakan kepadanya bahwa Abdullah bin Umar telah menceritakan kepadanya bahwa ia pernah berada dalam kesatuan militer diantara kesatuan-kesatuan militer Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Ia berkata; kemudian orang-orang melarikan diri, dan aku termasuk orang-orang yang melarikan diri. Kemudian tatkala kami nampak, maka kami mengatakan; apa yang akan kita lakukan?
Sungguh kita telah lari dari peperangan dan kita kembali dengan kemurkaan. Lalu kami katakan; kita akan masuk Madinah kemudian kita tinggal padanya dan pergi sementara tidak ada seorangpun yang melihat kita. Kemudian kami masuk Madinah, lalu kami katakan; seandainya kita menyerahkan diri kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, apabila kita mendapatkan taubat maka kita tinggal di Madinah dan seandainya tidak demikian maka kita akan pergi.

Ibnu Umar berkata; kemudian kami duduk menunggu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sebelum Shalat Subuh. Kemudian tatkala beliau keluar maka kami berdiri menuju kepadanya dan kami katakan; kami adalah orang-orang yang melarikan diri. Lalu beliau menghadap kepada kami dan berkata: "Tidak, melainkan kalian adalah orang-orang yang kembali berperang." Ibnu Umar berkata; kemudian kami mendekat dan mencium tangan beliau. Lalu beliau berkata: "Kami adalah kelompok orang-orang muslimin."
HR. Abu Daud, Kitab Al-Jihad Bab Fi At-Tawalli yauma Az-Zahfi no.2647. Didhoifkan oleh Al-Albani

Syaikh Al-Albani membolehkan mencium tangan orang alim atau yang semisalnya dengan syarat:

1. Itu tidak dijadikan kebiasaan, di mana orang alim tabiatnya menjulurkan tangan kepada murid-muridnya, dan mereka tabiatnya bertabarruk dengan itu.
Sesungguhnya Nabi shallallahu alaihi wa sallam meski dicium tangannya, akan tetapi itu jarang terjadi, dan apabila seperti itu maka itu tidak boleh dijadikan sebagai sunnah yang terus -menerus (dilakukan.pen).

2. Itu tidak menimbulkan takabburnya orang alim terhadap orang lain, serta menjadikannya sombong, sebagaimana kenyataannya yang terjadi pada beberapa syaikh.

3. Itu tidak berefek hilangnya sunnah yang telah diketahui, seperti sunnah bersalaman, sesungguhnya ini disyariatkan berdasarkan perbuatan Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan ucapannya. Ini termasuk sebab rontoknya dosa-dosa orang yang bersalaman, sebagaimana ini diriwayatkan di beberapa hadits. Silsilah Al-Ahadits As-Shahihah wa Syai'un min Fiqhiha 1/302

Imam An-Nawawi memberikan keterangan: Mustahab hukumnya mencium tangan laki-laki yang sholeh, zuhud, alim dan semisalnya (orang-orang ahli akhirat), adapun mencium tangannya karena kekayaan, dunia, kekuatan, kedudukannya bagi ahli dunia terhadap ahli dunia dan semacamnya maka ini sangat dimakruhkan. Dan Mutawalli mengatakan tidak boleh, ia mengisyaratkan keharamannya. Mencium kepala serta kaki sama seperti mencium tangan (hukumnya.pen).
Al-Majmu' Syarh Al-Muhadzdzab 4/636-637
Kami melihat bahwa pendapat syaikh Al-Albani mengenai kebolehan (dan bukan mustahab) mencium tangan dan syaratnya cukup kuat, dan kami mengambil faedah dari tulisan imam An-Nawawi dari sisi makruh atau keharaman mencium tangan atau kaki karena tujuan duniawi

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ عَبْدِ الْعَزِيزِ بْنِ عُمَرَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَوْهَبٍ قَالَ سَمِعْتُ تَمِيمًا الدَّارِيَّ يَقُولُ
قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا السُّنَّةُ فِي الرَّجُلِ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ يُسْلِمُ عَلَى يَدَيْ الرَّجُلِ قَالَ هُوَ أَوْلَى النَّاسِ بِمَحْيَاهُ وَمَمَاتِهِ

Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah; telah menceritakan kepada kami Waki' dari Abdul Aziz bin Umar dari Abdullah bin Mauhab berkata;

Aku mendengar Tamim Ad-Dari, ia berkata;"Aku berkata; 'Wahai Rasulullah! Perbuatan sunnah apa yang ada pada laki-laki dari ahli kitab yang bersalaman mencium tangan orang lain? '
Rasulullah menjawab: 'Ia adalah orang yang paling utama, di saat hidup dan matinya'."
(HR. Ibnu Majah: 2742)

. والله تعالى أعلم بالحق والصواب

Di copas dari
http://www.salamdakwah.com/baca-pertanyaan/mencium-tangan-atau-kaki.html

Berbicara Lemah Lembut Kepada kedua Orang Tua

6/8. Dari Thaisalah bin Mayyas, dia berkata,

٦/٨  كُنْتُ مَعَ النَّجَدَاتِ، فَاَصَبْتُ ذُنُوْبًا لاَ أَرَاهَا اِلاَّ مِنَ الْكَبَائِرِ، فَذَكَرْتُ ذَلِكَ لاِبْنِ عُمَرَ قَالَ: مَا هِيَ؟ قُلْتُ: كَذَا وَكَذَا؟ قَالَ: لَيْسَتْ هَذِهِ مِنَ الْكَبَائِرِ، هُنَّ تِسْعٌ : اْلإِشْرَاكُ بِاللهِ، وَقَتْلُ نَسْمَةٍ، وَالْفِرَارُ مِنَ الزَّحْفِ، وَقَذْفُ الْمُحْصَنَةِ، وَأَكْلُ الرِّبَا، وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيْمِ، وَاِلْحَادُ فِي الْمَسْجِدِ، وَالَّذِي يَسْتَسْخِرُ، وَبُكَاءُ الْوَالِدَيْنِ مِنَ الْعُقُوْقِ قَالَ لِي ابْنُ عُمَرَ: أَتُفِرَّقُ مِنَ النَّارِ وَتُحِبُّ أَنْ تَدْخُلَ الْجَنَّةَ؟ قُلْتُ: أَىْ وَاللهِ! قَالَ: أَحَىُّ وَالِدُاكَ؟ قُلْتُ: عِنْدِي أُمِّى، قَالَ: فَوَاللهِ! لَوْ أَلَنْتَ لَهَا الْكَلاَمَ وَأَطْعَمْتَهَا الطَّعَامَ لَتَدْخُلَنَّ الْجَنَّةَ مَا اجْتُنِبَتِ الْكَبَائِرُ  

"Aku bersama orang-orang keturunan Najdah bin Amir Al Khariji, yang membuat aku banyak melakukan dosa-dosa besar. Kemudian aku melaporkannya kepada Ibnu Umar, seraya bertanya, "Apa dosa-dosa itu?" Aku menjawab, "Ini dan itu." Ibnu Umar berkata, "Itu tidak termasuk dosa-dosa besar. Dosa-dosa besar itu, ada sembilan, yaitu menyekutukan Allah, membunuh orang, lari dari peperangan, menuduh zina kepada wanita mukmin, memakan harta riba, mengambil harta anak yatim, melenceng di masjid, orang yang suka menghina (mengejek), dan (menyebabkan) orang tua menangis karena durhaka (kepada keduanya)." Ibnu Umar berkata, kepadaku, "Apakah engkau takut dari neraka dan ingin masuk surga?" Saya berkata, "Apa benar, demi Allah?," Ibnu Umar berkata, "Apakah orang tuamu masih hidup?" Saya menjawab, "Ibu saya masih hidup." Ibnu Umar berkata, "Demi Allah! sekiranya engkau berbicara lemah lembut kepadanya dan memberi makan kepadanya, maka niscaya engkau benar-benar akan masuk surga selama dosa-dosa besar itu dijauhi."

Shahih, dalam kitab Ash-Shahihah(2898). 7/9. Dari Urwah berkata,

٧/۹ وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ): لاَ تَمْتَنِعْ مِنْ شَيْءٍ أَحَبَّاهُ 

(Dan rendahkanlah dirimu kepada keduanya karena sayang).(Qs. Al-Israa* (17): 24): "Janganlah menghalangi sesuatu yang dicintai oleh keduanya." Shahih sanadnya.

5 Keutamaan Yang Di Dapatkan Oleh Orang Yang Benar Dalam Shalatnya

Sudah jelas di terangkan di dalam Al-Qur'an bahwa jika seseorang melaksanakan shalat secara benar,  maka orang itu akan menjadi baik.
Allah SWT berfirman:
اُتْلُ مَاۤ اُوْحِيَ اِلَيْكَ مِنَ الْكِتٰبِ وَاَقِمِ الصَّلٰوةَ    ۗ   اِنَّ الصَّلٰوةَ تَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنْكَرِ ۗ  وَلَذِكْرُ اللّٰهِ اَكْبَرُ   ۗ   وَاللّٰهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ
 "Bacalah Kitab (Al-Qur'an) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan laksanakanlah sholat. Sesungguhnya sholat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (sholat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan."
(QS. Al-'Ankabut 29: Ayat 45)

Allah SWT berfirman:
اِنَّنِيْۤ اَنَاۡ اللّٰهُ لَاۤ اِلٰهَ اِلَّاۤ  اَنَاۡ فَاعْبُدْنِيْ  ۙ  وَاَقِمِ الصَّلٰوةَ لِذِكْرِيْ
"Sungguh, Aku ini Allah, tidak ada tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan laksanakanlah sholat untuk mengingat Aku."
(QS. Ta Ha 20: Ayat 14)

Allah SWT berfirman:
اَلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِ  ۗ  اَ لَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوْبُ 
"(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram."
(QS. Ar-Ra'd 13: Ayat 28)

Allah SWT berfirman:
اِنَّ الْاِنْسَانَ خُلِقَ هَلُوْعًا
"Sungguh, manusia diciptakan bersifat suka mengeluh."
(QS. Al-Ma'arij 70: Ayat 19)

اِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوْعًا
"Apabila dia ditimpa kesusahan dia berkeluh kesah,"
(QS. Al-Ma'arij 70: Ayat 20)

وَاِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوْعًا
"dan apabila mendapat kebaikan (harta) dia jadi kikir,"
(QS. Al-Ma'arij 70: Ayat 21)

اِلَّا الْمُصَلِّيْنَ
"kecuali orang-orang yang melaksanakan sholat,"
(QS. Al-Ma'arij 70: Ayat 22)

الَّذِيْنَ هُمْ عَلٰى صَلَاتِهِمْ  دَآئِمُوْنَ
"mereka yang tetap setia melaksanakan sholatnya,"
(QS. Al-Ma'arij 70: Ayat 23)

Allah SWT berfirman:
وَمَنْ يَّـتَّـقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مَخْرَجًا
" Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya,"
(QS. At-Talaq 65: Ayat 2)

وَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۗ  وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗ ۗ  اِنَّ اللّٰهَ بَالِغُ اَمْرِهٖ ۗ  قَدْ جَعَلَ اللّٰهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا
"dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu."
(QS. At-Talaq 65: Ayat 3)

Allah SWT berfirman:
ذٰ لِكَ الْكِتٰبُ لَا رَيْبَ ۛ  فِيْهِ  ۛ   هُدًى لِّلْمُتَّقِيْنَ
"Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,"
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 2)

الَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِالْغَيْبِ وَ يُقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَ
"(yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, melaksanakan sholat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka,"
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 3)

Tafsir Ibnu Kastir Surat Alfatihah
فَقِيلَ لِأَبِي هُرَيْرَةَ: إِنَّا نَكُونُ وَرَاءَ الْإِمَامِ، قَالَ: اقْرَأْ بِهَا فِي نَفْسِكَ؛ فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: " قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: قَسَمْتُ الصَّلَاةَ بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي نِصْفَيْنِ، وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ
Abu Hurairah, "Sesungguhnya kami salat di belakang imam." Abu Hurairah r.a. menjawab, "Bacalah untuk dirimu sendiri, karena sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Allah Swt. berfirman, 'Aku bagikan salat antara Aku dan hamba-Ku menjadi dua bagian, dan bagi hamba-Ku apa yang dia minta.

Allah SWT berfirman:
قَدْ اَفْلَحَ الْمُؤْمِنُوْنَ
"Sungguh beruntung orang-orang yang beriman,"
(QS. Al-Mu'minun 23: Ayat 1)
الَّذِيْنَ هُمْ فِيْ صَلَاتِهِمْ خَاشِعُوْنَ 
"(yaitu) orang yang khusyuk dalam sholatnya,"
(QS. Al-Mu'minun 23: Ayat 2)

Allah SWT berfirman:
وَاسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِ ۗ  وَاِنَّهَا لَكَبِيْرَةٌ اِلَّا عَلَى الْخٰشِعِيْنَ
"Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat. Dan (sholat) itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk,"
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 45)
الَّذِيْنَ يَظُنُّوْنَ  اَنَّهُمْ مُّلٰقُوْا رَبِّهِمْ وَاَنَّهُمْ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَ
"(yaitu) mereka yang yakin bahwa mereka akan menemui Tuhannya dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya."
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 46)

Keberkahan Hidup Akan Hilang Bagi Yang Menyia-nyiakan Ibunya

Peran kaum hawa dikatakan penting karena banyak beban-beban berat yang harus dihadapinya, bahkan beban-beban yang semestinya dipikul oleh pria, masih saja ia terbebani. Oleh karena itu, menjadi kewajiban bagi kita untuk berterima kasih kepada ibu, berbakti kepadanya, dan santun dalam bersikap kepadanya. Kedudukan ibu terhadap anak-anaknya lebih didahulukan daripada kedudukan ayah. Ini disebutkan dalam firman Allah,

وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ

"Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu."
(QS. Luqman: 14)


وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا ۖ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا ۖ وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْرًا ۚ حَتَّىٰ إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَىٰ وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي ۖ إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ

"Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: 
"Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri".
(QS. Al-Ahqaf: 15)

Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa pernah ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah dan berkata, “Wahai Rasulullah, siapa orang yang paling berhak bagi aku untuk berlaku bajik kepadanya?”

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ عُمَارَةَ بْنِ الْقَعْقَاعِ بْنِ شُبْرُمَةَ عَنْ أَبِي زُرْعَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ
جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي قَالَ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أَبُوكَ
وَقَالَ ابْنُ شُبْرُمَةَ وَيَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ حَدَّثَنَا أَبُو زُرْعَةَ مِثْلَهُ

Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id telah menceritakan kepada kami Jarir dari 'Umarah bin Al Qa'qa' bin Syubrumah dari Abu Zur'ah dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu dia berkata; "Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sambil berkata;
"Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak aku berbakti kepadanya?"
beliau menjawab: "Ibumu."
Dia bertanya lagi; "Kemudian siapa?"
beliau menjawab: "Ibumu."
Dia bertanya lagi; "kemudian siapa lagi?"
beliau menjawab: "Ibumu."
Dia bertanya lagi; "Kemudian siapa?"
dia menjawab: "Kemudian ayahmu."
Ibnu Syubrumah dan Yahya bin Ayyub berkata; telah menceritakan kepada kami Abu Zur'ah hadits seperti di atas."
(HR. Bukhari: 5514).
Hadits yang sama:
(HR Muslim: 4621), (HR Tirmidzi: 1819), (HR Ibnu Majah: 2697), (HR Ahmad: 7994)

Keberkahan hidup seorang anak terletak pada ibunya, Oleh sebab itu jangan pernah engkau sia-siakan ibumu.

Mudah-mudahan Allah mengampuni dosa ibu bapak kita dan merahmati serta menyayangi mereka sebagaimana mereka menyayangi kita diwaktu kecil....

Takutlah Terhadap Doanya Orang Yang Terdzolimi

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ مُقَاتِلٍ أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ أَخْبَرَنَا زَكَرِيَّاءُ بْنُ إِسْحَاقَ عَنْ يَحْيَى بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ صَيْفِيٍّ عَنْ أَبِي مَعْبَدٍ مَوْلَى ابْنِ عَبَّاسٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِمُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ حِينَ بَعَثَهُ إِلَى الْيَمَنِ إِنَّكَ سَتَأْتِي قَوْمًا أَهْلَ كِتَابٍ فَإِذَا جِئْتَهُمْ فَادْعُهُمْ إِلَى أَنْ يَشْهَدُوا أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوا لَكَ بِذَلِكَ فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ فَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاتٍ فِي كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوا لَكَ بِذَلِكَ فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ فَرَضَ عَلَيْهِمْ صَدَقَةً تُؤْخَذُ مِنْ أَغْنِيَائِهِمْ فَتُرَدُّ عَلَى فُقَرَائِهِمْ فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوا لَكَ بِذَلِكَ فَإِيَّاكَ وَكَرَائِمَ أَمْوَالِهِمْ وَاتَّقِ دَعْوَةَ الْمَظْلُومِ فَإِنَّهُ لَيْسَ بَيْنَهُ وَبَيْنَ اللَّهِ حِجَابٌ

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Muqatil telah mengabarkan kepada kami 'Abdullah telah mengabarkan kepada kami Zakariya' bin Ishaq dari Yahya bin 'Abdullah bin Shayfiy dari Abu Ma'bad sahayanya Ibnu 'Abbas radliallahu 'anhuma berkata;
Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam berkata, kepada Mu'adz bin Jabal Radhiyalahu'anhu ketika Beliau mengutusnya ke negeri Yaman:
"Sesungguhnya kamu akan mendatangi kaum Ahlul Kitab, jika kamu sudah mendatangi mereka maka ajaklah mereka untuk bersaksi tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Jika mereka telah mentaati kamu tentang hal itu, maka beritahukanlah mereka bahwa Allah mewajibkan bagi mereka shalat lima waktu pada setiap hari dan malamnya. Jika mereka telah mena'ati kamu tentang hal itu maka beritahukanlah mereka bahwa Allah mewajibkan bagi mereka zakat yang diambil dari kalangan orang mampu dari mereka dan dibagikan kepada kalangan yang faqir dari mereka. Jika mereka mena'ati kamu dalam hal itu maka janganlah kamu mengambil harta-harta terhormat mereka dan takutlah terhadap do'anya orang yang terzholimi karena antara dia dan Allah tidak ada hijab (pembatas yang menghalangi) nya".
(HR. Bukhari: 1401)

Akhlaq Rasululloh SAW

Hari ini kita masih berada di Bulan Rabiul Awal atau lebih dikenal dengan Maulud.

قال النبي ص م: إِنَّمَا بُعِثْتُ لاُتَمِّمَ مَكَارِمَ الاَخْلَاقِ 

“Sesungguhnya aku diutus, (tiada lain, kecuali) supaya menyempurnakan akhlak yang mulia”.
Sejauh ini kita mengetahui kalau Rasulullah SAW memiliki Akhlaq yang sempurna dan Mulia, tapi tidak memikirkan lebih jauh seperti apa kemuliaan dan kesempurnaan Akhlaq Beliau.


Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Adapun tanda-tanda kenabian yang sifatnya kauniyah, jumlahnya amat banyak. Di antaranya adalah akhlak yang ada pada diri Rasulullah dan amal ibadah beliau yang luar biasa. Sungguh, kebenaran beliau n sebagai utusan Allah Subhanahu wa Ta’ala terlihat pada keluhuran akhlak beliau yang dikenal kejujuran, kebaikan, keadilan, dan kesabarannya. Seseorang yang mempelajari sirah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam akan menjumpai bahwa beliau adalah sosok yang senantiasa menepati janji, tidak pernah sekali pun berdusta, berbuat zalim, atau berkata kotor dan berbuat nista. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga diketahui sebagai sosok yang tidak memerintahkan satu kebaikan pun kecuali menjadi orang yang pertama kali menjalankannya.

Beliau tidaklah melarang satu kejelekan pun kecuali menjadi orang yang pertama kali meninggalkannya. Begitu pula, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah pribadi yang diberi kemenangan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk mengalahkan musuh-musuh yang menentang ajaran yang dibawanya, namun tidak ada keangkuhan pada diri beliau. Ketinggian akhlak dan ibadah beliau menjadi tanda kenabian yang dengan jelas menunjukkan bahwa beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah utusan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Jamaah Jumat rahimakumullah,
Masih banyak lagi tanda-tanda kenabian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Di antaranya apa yang disaksikan oleh orang-orang Quraisy setelah mereka meminta kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tanda-tanda yang menunjukkan kebenarannya, yaitu terbelahnya bulan menjadi dua hingga mereka melihat Gua Hira ada di antara keduanya. Begitu pula, termasuk tanda-tanda kenabian adalah peristiwa Isra’ dan Mi’raj. Isra’ adalah perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, dan berkumpulnya para nabi di tempat tersebut lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat mengimami mereka.

Mi’raj adalah naiknya beliau ke langit dan bertemu serta saling mengucapkan dan menjawab salam dengan beberapa nabi pada setiap langit, hingga mencapai tempat yang bernama Sidratil Muntaha. Di sanalah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam diajak bicara oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala meskipun tanpa melihat- Nya, untuk mendapatkan kewajiban shalat lima waktu. Sebelumnya, diwajibkan lima puluh kali dan kemudian mendapatkan keringanan setelah beliau berbolak-balik dari Nabi Musa menuju Allah Subhanahu wa Ta’alauntuk mendapatkan keringanan tersebut. Bahkan, pada peristiwa yang terjadi dalam satu atau sebagian malam tersebut juga diperlihatkan surga dan neraka kepada Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam. Semua ini adalah tanda-tanda kebesaran Allah Subhanahu wa Ta’ala yang menunjukkan kebenaran Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. AllahSubhanahu wa Ta’ala berfirman,

لَقَدْ رَأَىٰ مِنْ آيَاتِ رَبِّهِ الْكُبْرَىٰ
Sesungguhnya dia (Muhammad) telah melihat sebagian tanda-tanda (kekuasaan) Rabbnya yang paling besar.
(QS. an-Najm: 18).

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Oleh karena itu, marilah kita terima dengan penuh lapang dada agama Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah disampaikan melalui utusan-Nya yang paling mulia, yaitu Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Marilah kita kedepankan wahyu yang turun kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam daripada akal kita. Marilah kita tundukkan hawa nafsu kita untuk mengikuti ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan taufik-Nya kepada kita semua.
© all rights reserved
made with by templateszoo