Tampilkan postingan dengan label Artikel dan Berita. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Artikel dan Berita. Tampilkan semua postingan

Hati-hati Dalam Memberi Fatwa

Barangsiapa diberi fatwa tanpa dengan ilmu maka dosanya ditanggung orang yang memberi fatwa." Sulaiman Al Mahri menambahkan dalam hadits, "Barangsiapa memberi isyarat kepada saudaranya dalam suatu perkara dan ia mengetahui bahwa yang benar ada pada orang lain, maka sungguh ia telah berkhianat kepadanya.
حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ عَلِيٍّ حَدَّثَنَا أَبُو عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْمُقْرِئُ حَدَّثَنَا سَعِيدٌ يَعْنِي ابْنَ أَبِي أَيُّوبَ عَنْ بَكْرِ بْنِ عَمْرٍو عَنْ مُسْلِمِ بْنِ يَسَارٍ أَبِي عُثْمَانَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ أَفْتَى ح و
حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ دَاوُدَ أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ حَدَّثَنِي يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ عَنْ بَكْرِ بْنِ عَمْرٍو عَنْ عَمْرِو بْنِ أَبِي نُعَيْمَةَ عَنْ أَبِي عُثْمَانَ الطُّنْبُذِيِّ رَضِيعِ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ مَرْوَانَ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ يَقُولُ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ أُفْتِيَ بِغَيْرِ عِلْمٍ كَانَ إِثْمُهُ عَلَى مَنْ أَفْتَاهُ زَادَ سُلَيْمَانُ الْمَهْرِيُّ فِي حَدِيثِهِ وَمَنْ أَشَارَ عَلَى أَخِيهِ بِأَمْرٍ يَعْلَمُ أَنَّ الرُّشْدَ فِي غَيْرِهِ فَقَدْ خَانَهُ
وَهَذَا لَفْظُ سُلَيْمَانَ
Telah menceritakan kepada kami Hasan Bin Ali Telah menceritakan kepada kami Abu Abdi Rahman Telah menceritakan kepada kami Sa'id Putra Abi Ayyub dari Bakr Bin Amr, dan dari Muslim Bin Yasar Abi Utsman dari Abu Hurairah berkata : "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa yang memberi fatwa…..". (dalam jalur lain disebutkan)
Telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Daud telah mengabarkan kepada kami Ibnu Wahb telah menceritakan kepadaku Yahya bin Ayyub dari Bakr bin 'Amru dari 'Amru bin Abu Nu'aimah dari Abu Utsman Athunbudzi orang yang disusui isteri Abdul Malik bin Marwan, ia berkata, "Aku mendengar Abu Hurairah berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa diberi fatwa tanpa dengan ilmu maka dosanya ditanggung orang yang memberi fatwa." Sulaiman Al Mahri menambahkan dalam hadits, "Barangsiapa memberi isyarat kepada saudaranya dalam suatu perkara dan ia mengetahui bahwa yang benar ada pada orang lain, maka sungguh ia telah berkhianat kepadanya." Dan Ini adalah lafazh Sulaiman.
(HR. Abu Daud: 3172)

Kumpulan Hadits Tentang Qunut Setelah Ruku

حَدَّثَنَا أَبُو مَعْمَرٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَارِثِ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ
بَعَثَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَبْعِينَ رَجُلًا لِحَاجَةٍ يُقَالُ لَهُمْ الْقُرَّاءُ فَعَرَضَ لَهُمْ حَيَّانِ مِنْ بَنِي سُلَيْمٍ رِعْلٌ وَذَكْوَانُ عِنْدَ بِئْرٍ يُقَالُ لَهَا بِئْرُ مَعُونَةَ فَقَالَ الْقَوْمُ وَاللَّهِ مَا إِيَّاكُمْ أَرَدْنَا إِنَّمَا نَحْنُ مُجْتَازُونَ فِي حَاجَةٍ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَتَلُوهُمْ فَدَعَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَيْهِمْ شَهْرًا فِي صَلَاةِ الْغَدَاةِ وَذَلِكَ بَدْءُ الْقُنُوتِ وَمَا كُنَّا نَقْنُتُ
قَالَ عَبْدُ الْعَزِيزِ وَسَأَلَ رَجُلٌ أَنَسًا عَنْ الْقُنُوتِ أَبَعْدَ الرُّكُوعِ أَوْ عِنْدَ فَرَاغٍ مِنْ الْقِرَاءَةِ قَالَ لَا بَلْ عِنْدَ فَرَاغٍ مِنْ الْقِرَاءَةِ

"Demi Allah, bukan kalian yang kami inginkan, kami hanya ada perlu dengan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam." Mereka akhirnya membunuh para sahabat tersebut, maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mendo'akan kecelakan kepada mereka (Sulaim, Ri'l dan Dzakwan) selama sebulan pada shalat shubuh, itu adalah awal kali dilakukannya qunut, sebelumnya kami tida pernah melakukan do'a qunut." Abdul Aziz mengatakan; seseorang bertanya kepada Anas tentang qunut, apakah ia dikerjakan setelah rukuk ataukah setelah selesai membaca ayat?" Anas menjawab; "Tidak, bahkan dikerjakan setelah selesai membaca ayat."
(HR. Bukhari: 3779)
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ حَسَّانَ حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعْدٍ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ ابْنِ الْمُسَيَّبِ وَأَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَدْعُوَ عَلَى أَحَدٍ أَوْ يَدْعُوَ لِأَحَدٍ قَنَتَ بَعْدَ الرُّكُوعِ فَرُبَّمَا قَالَ إِذَا قَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ اللَّهُمَّ أَنْجِ الْوَلِيدَ بْنَ الْوَلِيدِ وَسَلَمَةَ بْنَ هِشَامٍ وَعَيَّاشَ بْنَ أَبِي رَبِيعَةَ وَالْمُسْتَضْعَفِينَ مِنْ الْمُؤْمِنِينَ اللَّهُمَّ اشْدُدْ وَطْأَتَكَ عَلَى مُضَرَ وَاجْعَلْهَا سِنِينَ كَسِنِي يُوسُفَ وَيَجْهَرُ بِذَلِكَ يَقُولُ فِي بَعْضِ صَلَاتِهِ فِي صَلَاةِ الْفَجْرِ اللَّهُمَّ الْعَنْ فُلَانًا وَفُلَانًا لِحَيَّيْنِ مِنْ أَحْيَاءِ الْعَرَبِ فَأَنْزَلَ اللَّهُ تَعَالَى { لَيْسَ لَكَ مِنْ الْأَمْرِ شَيْءٌ أَوْ يَتُوبَ عَلَيْهِمْ أَوْ يُعَذِّبَهُمْ فَإِنَّهُمْ ظَالِمُونَ }
"Ya Allah, selamatkan Al Walid bin Al Walid, Salamah bin Hisyam, 'Ayyasy bin Abu Rabi'ah dan orang-orang Mukmin yang lemah. Ya Allah, keraskan siksa-Mu atas Mudlar, timpakahlah kepada mereka masa paceklik sebagaimana paceklik pada masa Yusuf." Beliau mengeraskan doa tersebut. Dan beliau mengucapkan pada sebagian shalatnya; shalat subuh: "Ya Allah, laknatlah Fulan dan Fulan." Beliau menyebutkan dua kampung dari kampung-kampung Arab. Kemudian Allah Ta'ala menurunkan ayat: '(Tak ada sedikitpun campur tanganmu dalam urusan mereka itu atau Allah menerima taubat mereka, atau mengazab mereka karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang zalim) ' (Qs. Ali Imran: 128).
(HR. Darimi: 1547)
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ عَبْدِ اللَّهِ السُّلَمِيُّ أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ عَنْ الزُّهْرِيِّ حَدَّثَنِي سَالِمٌ عَنْ أَبِيهِ
أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ الرُّكُوعِ مِنْ الرَّكْعَةِ الْآخِرَةِ مِنْ الْفَجْرِ يَقُولُ اللَّهُمَّ الْعَنْ فُلَانًا وَفُلَانًا وَفُلَانًا بَعْدَ مَا يَقُولُ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ فَأَنْزَلَ اللَّهُ
{ لَيْسَ لَكَ مِنْ الْأَمْرِ شَيْءٌ إِلَى قَوْلِهِ فَإِنَّهُمْ ظَالِمُونَ }
وَعَنْ حَنْظَلَةَ بْنِ أَبِي سُفْيَانَ سَمِعْتُ سَالِمَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ يَقُولُ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدْعُو عَلَى صَفْوَانَ بْنِ أُمَيَّةَ وَسُهَيْلِ بْنِ عَمْرٍو وَالْحَارِثِ بْنِ هِشَامٍ فَنَزَلَتْ
{ لَيْسَ لَكَ مِنْ الْأَمْرِ شَيْءٌ إِلَى قَوْلِهِ فَإِنَّهُمْ ظَالِمُونَ }
"Ya Allah, laknatlah fulan, fulan dan fulan, " yaitu setelah beliau  mengucapkan: "Sami'allahu liman hamidah, rabbanaa walakalhamdu." Setelah itu Allah menurunkan ayat: '(Tak ada sedikitpun campur tanganmu dalam urusan mereka itu -hingga firmanNya- Sesungguhnya mereka itu orang-orang yang zalim) '
(Qs. Ali Imran: 128).
Dan dari Hanzhalah bin Abu Sufyan aku mendengar Salim bin Abdullah berkata,
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah mendo'akan (kejelekkan) kepada Shofwan bin Umayyah, Suhail bin 'Amru dan Harits bin Hisyam, lalu turunlah ayat: '(Tak ada sedikitpun campur tanganmu dalam urusan mereka itu -hingga firmanNya- Sesungguhnya mereka itu orang-orang yang zalim) ' (Qs. Ali Imran: 128).
(HR.; Bukhari: 3762)
حَدَّثَنَا مُؤَمَّلُ بْنُ الْفَضْلِ الْحَرَّانِيُّ حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ ح و حَدَّثَنَا مَحْمُودُ بْنُ خَالِدٍ حَدَّثَنَا أَبُو مُسْهِرٍ ح و حَدَّثَنَا ابْنُ السَّرْحِ حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ بَكْرٍ ح و حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ مُصْعَبٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ كُلُّهُمْ عَنْ سَعِيدِ بْنِ عَبْدِ الْعَزِيزِ عَنْ عَطِيَّةَ بْنِ قَيْسٍ عَنْ قَزَعَةَ بْنِ يَحْيَى عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ حِينَ يَقُولُ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ اللَّهُمَّ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ مِلْءَ السَّمَاءِ قَالَ مُؤَمَّلٌ مِلْءَ السَّمَوَاتِ وَمِلْءَ الْأَرْضِ وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ أَهْلَ الثَّنَاءِ وَالْمَجْدِ أَحَقُّ مَا قَالَ الْعَبْدُ وَكُلُّنَا لَكَ عَبْدٌ لَا مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ زَادَ مَحْمُودٌ وَلَا مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ ثُمَّ اتَّفَقُوا وَلَا يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ وَقَالَ بِشْرٌ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ لَمْ يَقُلْ اللَّهُمَّ لَمْ يَقُلْ مَحْمُودٌ اللَّهُمَّ قَالَ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ
"Sami'allaahu liman hamidah" maka beliau melanjutkan dengan "RABBANAA LAKAL HAMDU MIL`US SAMAA`I -Mu`ammil mengatakan; MIL`US SAMAAWATI- WAMIL`UL ARDLI WAMIL`U MAASYI`TA MIN SYAI`IN BA'DU AHLUTS TSANAA`I WAL MAJDI AHAQQU MAA QAALAL 'ABDU WA KULLANAA MAA QAALAL 'ABDU WA KULLANAA LAKAL 'ABDU LAA MAANI'A LIMAA A'THAITA (Ya Allah Rabb kami, hanya untuk Engkau lah segala pujian sepenuh langit dan bumi dan sepenuh apa saja yang Engkau kehendaki, wahai Allah yang berhak menerima sanjungan dan kehormatan, Ucapan yang paling pantas di ucapkan oleh seorang hamba, dan kami semua adalah hamba-Mu, tak seorang pun yang dapat melarang apa yang telah Engkau berikan)." -Mahmud menambahkan- WALAA MU'THIYA LIMAA MANA'TA (begitu pula tak seorang pun yang dapat memberikan apa yang Engkau cegah)." -kemudian riwayat mereka bersambung lagi- WALAA YANFA'U DZAL JADDI MINKAL JADDU (dan sekali-kali tidak bermanfa'at bagi orang yang mempunyai kebesaran, dari Engkau lah kebesaran itu)." Bisyr mengatakan; "RABBANAA LAKAL HAMDU (Wahai Rabb kami, bagi-Mu lah segala pujian) " tidak menyebutkan; "ALLAHUMMA." Begitu juga dalam riwayatnya Mahmud, dia tidak mengatakan; "ALLAHUMMA" namun hanya mengatakan; "RABBANAA WA LAKAL HAMDU."
(HR. Abu Daud: 721)

Anjuran Memacakan Surat Yasin Kepada Orang Yang Meninggal

Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: "Bacakanlah Surat Yaasiin kepada orang yang akan meninggal diantara kalian." Dan ini adalah lafazh Ibnu Al Ala.

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ وَمُحَمَّدُ بْنُ مَكِّيٍّ الْمَرْوَزِيُّ الْمَعْنَى قَالَا حَدَّثَنَا ابْنُ الْمُبَارَكِ عَنْ سُلَيْمَانَ التَّيْمِيِّ عَنْ أَبِي عُثْمَانَ وَلَيْسَ بِالنَّهْدِيِّ عَنْ أَبِيهِ عَنْ مَعْقِلِ بْنِ يَسَارٍ قَالَ
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اقْرَءُوا يس عَلَى مَوْتَاكُمْ
وَهَذَا لَفْظُ ابْنِ الْعَلَاءِ

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al 'Ala`, dan Muhammad bin Makki Al Marwazi, secara makna, mereka berkata; telah menceritakan kepada kami Ibnu Al Mubarak dari Sulaiman At Taimi dari Abu Utsman bukan An Nahdi, dari ayahnya, dari Ma'qil bin Yasar, ia berkata;
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Bacakanlah Surat Yaasiin kepada orang yang akan meninggal diantara kalian." Dan ini adalah lafazh Ibnu Al 'Ala`.
(HR. Abu Daud: 2714)

Keutamaan-keutamaan Bulan Dzulqa’dah


Pertama


Bulan Dzulqa’dah termasuk bulan haram, sebagaimana telah disebutkan. Bulan haram atau disebut juga bulan yang disucikansebagaimana yang disebutkan oleh At-Thabari dalam kitab tafsirnyaialah bulan yang dijadikan oleh Allah sebagai bulan yang suci lagi diagungkan kehormatannya.

Di mana di dalamnya amalan-amalan yang baik akan dilipatgandakan pahalanya, sedangkan amalan-amalan yang buruk akan dilipatgandakan dosanya. Dzulqa’dah mempunyai keistimewaan karena di dalamnya Allah melarang manusia untuk berperang.

Di dalam Dzulhijjah manusia mempersiapkan diri untuk melaksanakan manasik haji. Pada bulan Muharram mereka kembali ke negeri mereka masing-masing. Sedangkan pada bulan Rajab, orang-orang dari berbagai pelosok negeri yang datang ke Baitullah kembali ke negeri mereka dalam keadaan aman.

Kedua


Di antara keutamaannya, Bulan Dzulqa’dah juga merupakan salah satu dari bulan-bulan haji (asyhrul hajj) yang dijelaskan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam firman-Nya: “(Musim) haji adalah beberapa bulan yang telah diketahui…” (Qs. al-Baqarah: 197).

Dalam Tafsir Ibni Katsir (II/5, 356) dikemukakan bahwa asyhur ma’lumaat (bulan-bulan yang telah diketahui) merupakan bulan yang tidak sah ihram untuk menunaikan haji kecuali pada bulan-bulan ini. Dan ini pendapat yang benar (sahih).

Ketiga


Di antara keistimewaan bulan Dzulqa’dah, bahwasannya pada bulan ini Rasulullah menunaikan ibadah umrah hingga empat kali, dan ini termasuk umrah beliau yang diiringi ibadah haji.

Meskipun ketika itu beliau berihram pada bulan Dzulqa’dah dan menunaikan umrah tersebut di bulan Dzulhijjah bersamaan dengan haji (Lathaa-iful Ma’aarif, karya Ibnu Rajab).

Dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, beliau mengatakan: Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan umrah sebanyak empat kali, semuanya di bulan Dzulqa’dah, kecuali umrah yang dilakukan bersama hajinya. Empat umrah itu adalah umrah Hudaibiyah di bulan Dzulqa’dah, umrah tahun berikutnya di bulan Dzulqa’dah, …(HR. Al Bukhari).

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan bahwasannya menunaikan umrah di bulan-bulan haji sama halnya dengan menunaikan haji di bulan-bulan haji. Bulan-bulan haji ini dikhususkan oleh Allah SWT dengan ibadah haji, dan Allah mengkhususkan bulan-bulan ini sebagai waktu pelaksanaannya.

Sementara umrah merupakan haji kecil (hajjun ashghar). Maka, waktu yang paling utama untuk umrah adalah pada bulan-bulan haji. Sedangkan Dzulqa’dah berada di tengah-tengah bulan haji tersebut (Zaadul Ma’aad II/96).

Karena itu, terdapat riwayat dari beberapa ulama Salaf bahwa mereka suka menunaikan umrah pada bulan Dzulqa’dah (Lathaa-iful Ma’aarif hal. 456). Akan tetapi, ini tidak menunjukkan bahwa umrah di bulan Dzulqa’dah lebih utama dari pada umrah di bulan Ramadan. Karena telah jelas dalil-dalil tentang besarnya keutamaan umrah di bulan Ramadan sebagaimana yang telah dijelaskan (lihat juga Zaadul Ma’aad II/95-96).

Keempat


Di antara keistimewaan lain dari bulan Dzulqa’dah, bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala berjanji kepada Nabi Musa ‘alaihis salam untuk berbicara dengannya selama tiga puluh malam di bulan Dzulqa’dah, ditambah sepuluh malam di awal bulan Dzul Hijjah berdasarkan pendapat mayoritas para ahli tafsir (Tafsir Ibni Katsir II/244), sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

“Dan telah Kami janjikan kepada Musa (untuk memberikan Taurat) sesudah berlalu waktu tiga puluh malam, dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh (malam lagi)…” (Qs. al-A’raaf: 142).


REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Dr Muhammad Hariyadi MA

Dzulqadah merupakan salah satu dari empat bulan yang dimuliakan Allah SWT melebihi bulan-bulan lainnya di luar Ramadhan. Kemuliaan empat bulan tersebut (Dzulqaah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab) merupakan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT sejak zaman ajali.

Allah SWT berfirman: "Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram (yang dimuliakan). Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semua. Dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang takwa." (QS. At-Taubah: 36).

Disebabkan oleh kenyataan bahwa alam semesta dan bahkan jiwa manusia adalah milik Allah SWT, maka Allah lah yang berhak menetapkan segala sesuatu sesuai dengan kehendaknya, tanpa harus mempertimbangkan reaksi dari para makhluknya. Allah misalnya berkehendak merubah kiblat kaum muslimin dari Bait Al-Maqdis ke Ka'bah dan menegaskan ketaatan atasnya merupakan bentuk ketundukan pada hukum Allah, kendati reaksi besar muncul dari orang-orang Yahudi dan Nasrani. (QS. Al-Baqarah: 144).

Allah juga berhak memindahkan medan kenabian utama dari daerah Yerussalem ke Makkah dan mengutus Rasul terakhir di tempat yang semula tidak ada tanda-tanda kehidupan di dalamnya, yang dalam perkembangannya daerah tersebut menjadi pusat peradaban dan perhatian semua manusia di bumi. (QS. Al-Baqarah: 151). Demikian pula dengan penetapan empat bulan sebagai bulan haram (mulia), yang tidak lain merupakan ketentuan yang telah ditetapkan Allah, baik manusia mampu mengungkap atau tidak mengetahui akan hikmah yang terkandung di dalamnya. (QS. At-taubah: 36).

Imam Al-Qurtubi mengaitkan kemuliaan tiga bulan haram yang berturut-turut (Dzulqadah, Dzulhijjah dan Muharram) dengan eksistensi Ka'bah sebagai tempat yang aman dan jaminan penciptaan keamanan bagi semua orang terhadap sesamanya yang terdapat di dalamnya atau di sekitarnya.


Sehingga kemuliaan tiga bulan berturut-turut sesungguhnya terletak pada payung keamanan yang diberikan oleh Allah SWT (dengan diharamkannya kaum muslimin berperang kecuali untuk mempertahankan diri) guna mendukung keamanan internal yang terdapat di dalam Majidil Haram.

Lebih jelasnya Ibnu Katsir menegaskan bahwa pemuliaan tiga bulan berturut-turut itu berkaitan dengan jaminan keamanan yang diberikan Allah SWT agar manusia aman dan nyaman dalam menjalankan ibadah haji dan umrah sejak berangkat hingga kembali ke negaranya masing-masing.

Yaitu pertama: dengan mengharamkan peperangan satu bulan sebelum bulan haji (Dzulqadah) agar mereka yang berada di luar kota Makkah terjamin keamanan perjalanannya hingga tiba di Makkah dengan selamat. Kedua, pengharaman peperangan di bulan Dzulhijjah yang merupakan bulan pelaksanaan ibadah haji. Dan ketiga, pengharaman peperangan satu bulan sesudah pelaksanaan ibadah haji (Muharram) agar mereka yang selesai menunaikan ibadah haji dapat kembali ke negaranya dengan aman dan selamat.

Pihak yang merancang dan mensyariatkan rancangan besar itu adalah Allah SWT, sehingga mereka yang tidak menaati apalagi menciptakan kondisi instabilitas pada bulan-bulan tersebut adalah orang-orang zalim, yaitu orang-orang yang telah melampaui batas dari ketetapan yang digariskan oleh Allah SWT.

Mereka sekilas bebas berbuat kezaliman kepada pihak lain, namun pada hakekatnya mereka berbuat kezaliman pada diri sendiri sebab kebebasan mereka di dunia hanyalah kebebasan semu sebatas mur manusia. Sementara akibat perbuatan tersebut, akan mereka pertanggung jawabkan dalam kehidupan akhirat yang sifatnya abadi dan selama-lamanya.

Wallahu A'lam.

Penduduk Neraka Yang Paling Ringan Siksanya Adalah

Ada seorang penduduk neraka yang paling ringan siksanya. Siapakah dia?

Sebagaimana Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Penduduk neraka yang paling ringan siksanya adalah Abu Thalib, dia memakai kedua sandal sementara otaknya mendidih karena panasnya."

و حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا عَفَّانُ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ حَدَّثَنَا ثَابِتٌ عَنْ أَبِي عُثْمَانَ النَّهْدِيِّ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَهْوَنُ أَهْلِ النَّارِ عَذَابًا أَبُو طَالِبٍ وَهُوَ مُنْتَعِلٌ بِنَعْلَيْنِ يَغْلِي مِنْهُمَا دِمَاغُهُ

Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Affan telah menceritakan kepada kami Hammad bin Salamah telah menceritakan kepada kami Tsabit dari Abu Utsman an-Nahdi dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Penduduk neraka yang paling ringan siksanya adalah Abu Thalib, dia memakai kedua sandal sementara otaknya mendidih karena panasnya."
(HR. Muslim: 312)

Rasulullah Membaca Surat Qaf Setiap Kali Khutbah Jumat

حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ خُبَيْبٍ عَنْ عَبدِ اللَّهِ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ مَعْنٍ عَنْ بِنْتٍ لِحَارِثَةَ بْنِ النُّعْمَانِ قَالَتْ
مَا حَفِظْتُ ق إِلَّا مِنْ فِي رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْطُبُ بِهَا كُلَّ جُمُعَةٍ قَالَتْ وَكَانَ تَنُّورُنَا وَتَنُّورُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَاحِدًا
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyar telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja'far telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Khubaib dari Abdullah bin Muhammad dari salah seorang putri Ma'n binti Haritsah bin Nu'man ia berkata; "Tidaklah saya menghafal surat Qaaf kecuali dari mulut Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, beliau membacanya pada setiap kali khutbah Jum'at. Dan tempat pembuatan roti kami dengan pembuatan roti Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah satu. 
(HR. Muslim: 1441)

14 Kemuliaan Wanita Muslimah Yang Sedang Hamil



1. Apabila seorang perempuan mengandung dalam rahimnya, maka beristighfarlah para malaikat untuknya. Allah SWT mencatatkan baginya setiap hari dengan 1,000 kebaikan dan menghapuskan darinya 1,000 kejahatan.

2. Apabila seorang perempuan mulai sakit hendak bersalin atau melahirkan, maka Allah SWT mencatatkan baginya pahala orang berjihad di jalan Allah SWT.

3. Apabila seorang perempuan melahirkan anak, hilanglah dosa²nya seperti keadaan ia baru dilahirkan.

4. Apabila telah lahir anaknya lalu disusuinya, maka bagi ibu itu setiap setegukan dari pada susunya diberi 1 kebajikan.

5. Apabila semalaman si ibu tidak tidur dan memelihara anaknya yang sakit, maka Allah SWT memberinya pahala seperti memerdekakan 70 orang hamba dengan ikhlas untuk membela agama Allah SWT.

6. Rakaat shalat wanita yang sedang

hamil adalah lebih baik dari pada 80

rakaat shalat wanita yang tidak

hamil.

7. Wanita yang memberi minum air susu (ASI) kepada anaknya dari dirinya sendiri akan mendapat 1 pahala pada tiap² tetes susu yang diberikannya.

8. Wanita yang tidak cukup tidur pada malam hari karena menjaga anaknya yang sakit akan diampunkan oleh Allah SWT seluruh dosanya dan bila ia menghibur hati anaknya Allah memberi 12 tahun pahala ibadah.

9. Wanita yang hamil akan dapat pahala terus berpuasa pada siang hari.

10. Wanita yang hamil akan dapat pahala terus beribadah pada malam hari.

11. Wanita yang bersalin akan mendapat pahala 70 tahun shalat dan puasa, serta setiap kesakitan pada 1 uratnya Allah SWT mengkurniakan 1 pahala haji.

12. Sekiranya wanita meninggal di masa 40 hari selepas bersalin, dia akan dianggap sebagai mati syahid.

13. Jika wanita menyusui anaknya sampai cukup tempo (2,5 tahun), maka malaikat² dilangit akan kabarkan berita bahwa syurga wajib baginya.

14. Jika wanita memberi ASI pada anaknya yang menangis, Allah SWT akan memberi pahala 1 tahun shalat dan berpuasa.

Subhaanallaah...

Doa-doa Ziarah di Madinah

Masjid Nabawi, Madinah Al munawwaroh 
Ziarah dan berkunjung ke maqam Nabi dan para Sahabat Syuhada atau ke beberapa tempat bersejarah di Madinah adalah suatu keharusan bagi yang melaksanakan Haji atau Umroh.
Meskipun hal tersebut bukanlah termasuk pada rukun Haji ataupun Umroh, namun tentu saja kita tidak mau melewatkan kesempatan untuk mengunjungi (Napak Tilas) tempat-tempat bersejarah Perjuangan Islam selama Nabi SAW (Nabi Muhammad SAW Bin Abdullah bin Abdul Muththalib bin Hasyim, bin Abdu Manaf, bin Qushay, bin Kilab, bin Murrah, bin Ka'ab, bin Lu'ay, bin Ghalib, bin Fihr, bin Malik, bin An-Nadhr, bin Kinanah, bin Khuzaimah, bin Mudrikah, bin Ilyas, bin Mudhar, bin Nizar, bin Ma'ad, bin Adnan, bin Ismail, bin Ibrahim) hidup bersama para sahabat mujahidin  (Shahabat-sahabat Nabi SAW)  dalam menegakkan Agama Allah.
Betapa tidak, Kita mengeluarkan uang hingga puluhan juta rupiah untuk melaksanakan Ibadah Haji ataupun Umroh akan merasa rugi jika tidak mengunjungi tempat-tempat bersejarah tersebut, dan ketika kita pulang ke kampung halaman, tidak ada yang bisa diceritakan kepada sanak dan keluarga.

Ada baiknya jika do'a-do'a ini hapal diluar kepala agar lebih khusyuk ketika kita memanjatkannya, namun karena do'a-do'a ini cukup banyak sehingga kita membutuhkan waktu yang lama untuk menghapalnya, maka do'a-do'a ini boleh dibaca langsung dengan di print dan dibawa-bawa ketika kita hendak berziarah.

Adapun kumpulan do'a-do'a ini biasanya sudah disediakan oleh pihak agen travel berupa buku Panduan dan tata cara Umroh dan Haji lengkap (Panduan dan tata cara Umroh dan Haji lengkap)  yang dicetak oleh pemerintah RI yang disediakan bagi Calon Jemaah Haji maupun Umroh satu paket dengan perlengkapan seperti Koper, Kain Ihram, dan juga baju seragam.
Namun saya pernah tidak mendapatkan buku tersebut ketika saya pergi Umroh, sehingga ketika saya berziarah atau ketika berthawaf, (Do'a Thawaf Putaran satu sampai Tujuh),    atau sa'i (Doa Sa'i Putaran Satu Sampai Tujuh),    dan do'a lainnya saya mendapatkan kesulitan saat ingin memanjatakan do'a-do'a karena tidak memiliki buku panduan, dan saya lebih banyak diam ketika seharusnya berdo'a secara khusyuk. Saya hanya berdoa dengan bahasa sendiri dengan do'a yang sangat sederhana dan tidak sempurna, rugi rasanya

Baiklah mari kita menuju ke kumpulan Do'a. Mungkin sebelumnya anda sudah menghapal atau meng-print do'a-do'a mulai dari keberangkatan dari rumah ?
A. Do’a Sewaktu berada di atas kendaraan.
B. Do’a sewaktu kendaraan mulai bergerak
C. Do’a ketika tiba di tempat tujuan.
D. Niat Umrah dan Haji
E. Bacaan Talbiyah,
F. Do’a memasuki kota Mekkah.
G. Do’a masuk Masjidil Haram.
H. Do’a ketika melihat Ka’bah.
I. Do’a ketika melintasi Maqam Ibrahim.
Read More ...

Di bawah ini do'a ketika memasuki Kota Madinah

Do`a Ketika Masuk Kota Madinah


اَللَّھُمَّ ھَذَا حَرَمُ رَسُوْلِكَ فَاجْعَلْه وِقَايَةً مِنَ النَّارِ وَأَمَانَةً مِنَ الْعَذَ ابِ وَسُوْءِ الْحِسَابِ
“Ya Allāh, negeri ini adalah tanah ḥaram Rasul-Mu Muḥammad `, maka jadikanlah penjaga bagiku dari neraka, aman dari siksa dan buruknya ḥisab.

Do`a Masuk Masjid Nabawi

 بِسْمِ اللهِ وَعَلَىمِلَّةِ رَسُوْلِ الله رَبِّ أَدْخِلْنِيْ مُدْخَلَ صِدْقٍ وَأَخْرِجْنِيْ مُخْرَجَ صِدْقٍ وَاجْعَلْ لِيْ مِنْ لَدُنْكَ سُلْطَانًا نَصِیْرًا اَللَّھُمَّ صَلِّ عَلَى سَیِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَیِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَاغْفِرْ لِيْ ذُنُوْبِيْ وَافْتَحْ لِي أَ بْوَابَ رَحْمَتِك وَأَدْخِلْنِيْ فِیْھَايَاأَ رْحَمَ الرَّاحِمِیْن
  
Dengan nama Allāh dan atas agama Rusulullah `. Ya Allāh, masukkanlah aku dengan cara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku dengan
cara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi-Mu kekuasaan yang dapat menolong. Ya Allāh, limpahkanlah rāḥmat kepada junjungan kami Muḥammad ` dan keluarganya. Ampunilah
dosaku, bukalah pintu raḥmat-Mu bagiku dan masukkanlah aku ke dalamnya, wahai Tuhan Yang Maha Pengasih dari segala pengasih.”

Bacaan Salam Ketika Berada di Makam Rasulullah `


اَلسَّلاَمُ عَلَیْكَ يَا رَسُوْلَ اللهِ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ اَلسَّلاَمُ عَلَیْكَ يَا نَبِيَّ اللهِ اَلسَّلاَمُ عَلَیْكَ يَا صَفْوَتَ اللهِ اَلسَّلاَمُ عَلَیْكَ يَا حَبِیْبَ اللهِ
 أَشْھَدُ أَنْ لاَ إِلَه إِلاَ اللهُ وَحْدَهُ لاَّ شَرِ يْكَ لَهُ وَأَشْھَدُأَنَّكَ عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَأَشْھَدُ أَنَّكَ بَلَّغْتَالرِّسَالَةَ وَأَدَّيْتَ اْلأمََانَةَ وَنَصَحْتَ اْلأُمَّةَ وَجَاھِدْتَ فِيْ سَبِیْلِ اللهِ فَصَلَّى اللهُ عَلَیْكَ صَلاَةً دَائِمَةً إِلَى يَوْمِ الدِّ يْنِ اَللَّھُمَّ آتِهِ الْوَسِیْلَةَ وَالْفَضِیْلَةَ وَالدَّرَجَةَ الرَّفِیْعَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا الَّذِيْ وَعَدْتَه
إِ نَّكَ لاَتُخْلِفُ الْمِیْعَادَ

“Salam sejahtera atasmu ya Rasulullah `, raḥmat Allāh dan berkah-Nya untukmu. Salam sejahtera atasmu wahai Nabi Allāh. Salam sejahtera wahai makhluk pilihan Allāh. Salam sejahtera wahai
kekasih Allāh. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allāh satu-satunya. Tiada sekutu bagi-Nya. Sesungguhnya engkau telah benar-benar menyampaikan risalah, engkau
telah menunaikan amanat, engkau telah memberi nasihat kepada umat, engkau telah berjihad di jalan Allāh, maka ṣalawat yang abadi dan salam yang sempurna untukmu sampai hari kiamat. Ya
Allāh, berikanlah padanya kemuliaan dan martabat yang tinggi, serta bangkitkan dia di tempat yang terpuji yang telah Engkau janjikan padanya, sesungguhnya Engkau tidak akan mengingkari
janji.”

Bacaan Salam kepada Ṡaḥabat Abu Bakar Aṣ-Ṣiddiq

اَلسَّلاَمُ عَلَیْكَ يَا خَلِیْفَةَ رَسُوْلِ اللهِ اَلسَّلاَمُ عَلَیْكَ يَا صَاحِبَ رَسُوْلِ اللهِ فِى الْغَارِ
. اَلسَّلاَمُ عَلَیْكَ يَا مَنْ أَنْفَقَ مَا لَهُ كُلَّهُ فِيْ حُبِّ اللهِ وَحُبِّ رَسُوْلِهِ جَزَاكَ الله
عَن أُمَّةِ رَسُوْلِ اللهِ خَیْرَالْجَزَآءِ . وَلَقَدْ خَلَفْتَ رَسُوْل اللهِ أ حْسَنَ الْخَلَفِ وَسَلَكْتَ طَرِيْقَهُ وَمِنْھَاجَهُ خَیْرَ سُلُوْكٍ وَنَصَرْتَ اْلإِسْلاَمَ وَوَصَلْتَ اْلأرَْحَامَ وَلَمْ تَزَلْ قَائِماً بِالْحَقِّ حَتَّى أَتَاكَ الْیَقِیْنُ فَالسَّلاَمُ عَلَیْكَ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

“Salam sejahtera padamu wahai khalifah Rasulullah `, salam sejahtera padamu wahai teman Rasulullah ` dalam gua, salam sejahtera wahai orang yang mendermakan semua hartanya karena
cinta kepada Allāh dan Rasul-Nya. Semoga Allāh membalas dengan sebaik-baiknya balasan dari umat Rasulullah ` dan sesungguhnya Engkau telah menggantikan Rasulullah ` sebagai khalifah
yang baik dan engkau telah menempuh jalan dan jejaknya dengan sebaik-baiknya, engkau telah membela Islam, engkau telah menghubungkan silaturahmi dan engkau senantiasa menegakkan
kebenaran sampai akhir ḥayat. Selamat sejahtera padamu dan raḥmat serta berkat Allāh juga untukmu.”

Bacaan Salam kepada Ṡaḥabat Umar bin Khaṭṭab

اَلسَّلاَمُ عَلَیْكَ يَا مُظْھِرَ اْلإِ سْلاَ مِ . اَلسَّلاَمُ عَلَیْكَ يَا فَارُوْقُ اَلسَّلاَمُ عَلَیْكَ يَا مَنْ نَطَقَتْ بِالصَّوَابِ وَكَفَلْتَ اْلأيَْتَامَ وَوَصَلْتَ اْلأرَْحَامَ وَقَوِيَ بِكَ اْلإِسْلاَمُ اَلسَّلاَمُ عَلَیْكَ وَرَحْمَةُ اللهِ.

“Salam sejahtera padamu wahai penyebar Islam. Salam sejahtera padamu wahai orang yang tegas memisahkan yang benar dan yang salah. Salam sejahtera wahai orang yang senantiasa berkata
dengan benar, engkau telah menjamin anak yatim, engkau telah menghubungkan silaturahmi dan denganmu-lah Islam telah teguh dan kuat. Salam sejahtera dan raḥmat Allāh juga padamu.”

Do`a Ketika di Rauḍah

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِیْمِ . اَلْحَمْدُ لِله رَبِّ الْعَالَمِیْنَ، حَمْدًا يُوَافِيْ نِعَمَهُ وَيُكَافِيْ مَزِيْدَهُ يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلاَلِ وَجْھِك وَعَظِیْمِ سُلْطَانِكَ . وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَیِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِیْنَ . اَللَّھُمَّ اغْفِرْلِيْ ذُنُوْبِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَأَجْدَادِيْ وَجَدَّتِيْ وَأَقَارِبِيْ وَإِخْوَانِيْ وَمَشَايِخِيْ وَلِجَمِیْعِ الْمُؤْمِنِیْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِیْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اْلأَحْیَآءِ مِنْھُم وَاْلأَ مْوَاتِ بِرَحْمَتِك يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِیْنَ
اَللَّھُم إِ نَّكَ قُلْتَ وَقَوْلُكَ الْحَقُّ " وَلَوْ أَنَّھُم إِ ذْظَلَمُوْاأَنْفُسَھُمْ جَآءُوْكَ فَاسْتَغْفَرُوا اللهَ وَاسْتَغْفَرَ لَھُمُ الرَّسُوْلُ لَوَجَدُ اللهَ تَوَّابًا رَحِیْمًا "  اَللَّھُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ أَنْ تُشَفِّعَ فِي نَبِیِّكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَیْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ لاَ يَنْفَعُ مَالٌ وَلاَبَنُوْن إِلاَّ مَنْ أَتَى اللهُ بٍقَلْبِ سَلِیْم وَأَنْ تُوْجِبَ لِيَ الْمَغْفِرَةَ كَمَا أَ وْجَبْتَھَا لِمَنْ جَآءَهُ فِيْ حَیَاتِهِ . اَللَّھُمَّ اجْعَلْهُ أَوَّلَ الشَّافِعِیْنَ وَأَنْجَحَ السَّآئِلِیْنَ وَأَكْرَمَ اْلأوََّلِیْنَ وَاْلآخِرِيْن بِمَنِّكَ وَكَرَمِكَ يَا أَكْرَم اْلأَكْرَمِیْنَ . اَللَّھُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ إِيْمَانًا كَامِلاَّ
وَيَقِیْنًا صَادِقًا حَتَّى أَعْلَمَ أَنَّهُ لاَيُصِیْبُنِي إِلاًمَا كَتَبْتَ لِيْ وَعِلْمًا نَافِعًا وَقَلْبًا خَاشِعًا وَلِسَانًا ذَاكِرًا وَرِزْقًا وَاسِعًا وَحَلاَلاً طَیِّبًا وَعَمَلاً صَالِحًا مَقْبُوْلاًوَتِجَارَةً لَنْ تَبُوْرَ

اَللَّھُمَّ اشْرَحْ صُدُوْرَنَا وَاسْتُرْ عُیُوْبَنَا وَاغْفِرْ ذُنُوْبَنَا وَآمِنْ خَوْفَنَا وَاخْتِمْ بِالصَّالِحَاتِ أَعْمَالَنَا وَتَقَبَّلْ زِيَارَتَنَا وَرُدَّنَا مِنْ غُرْبَتِنَا إِلَى أَھْلِنَا وَأَوْلَادِنَا سَالِمِیْنَ غَانِمِیْنَ غَیْرَ خَزَايَا وَلاَمَفْتُوْنِیْنَ وَاجْعَلْنَا مِنْ عِبَادِكَ الصَّالِحِیْنَ مِنَ الَّذِيْنَ لَاخَوْفٌ عَلَیْھِمْ وَلاَ ھُمْ يَحْزَنُوْنَ . رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدإِ ذْھَدَيْتَنَا وَھَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَھَّابُ . رَبِّ اغْفِرْلِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِیْنَ يَوْمَ يَقُوْمُ الْحِسَابُ . سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِیْنَ وَالْحَمْدُ لِله رَبِّ الْعَالَمِیْنَ

“Dengan nama Allāh Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji hanya bagi Allāh yang memelihara sekalian alam. Pujian yang memadai nikmat-Nya mengimbangi tambahan
kenikmatan-Nya wahai Tuhan kami, bagi-Mu segala puji yang layak bagi keagungan Zat-Mu dan kebesaran kekuasaan-Mu. Ṣalawat dan salam semoga tetap dilimpahkan kepada junjungan Nabi
Besar Muḥammad `, keluarga dan ṣaḥabat-ṣaḥabatnya semua. Ya Allāh Ya Tuhanku, ampunilah dosa-dosaku, dosa kedua orangtuaku, kakek nenekku dan semua kaum kerabatku, saudarasaudaraku
dan guru-guruku, mukmini dan mukminat, muslimin dan muslimat, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal dengan limpahan raḥmat-Mu wahai Tuhan Yang Maha
Pengasih. Ya Allāh, sesungguhnya Engkau telah berfirman dan firman-Mu adalah benar. "Jika sekiranya mereka sungguh telah menzalimi diri mereka sendiri, lantas mereka datang kepadamu
(wahai Muḥammad), lalu memohon ampun kepada Allāh, Rasulullah `, memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allāh Maha Penerima Ampun lagi Maha Penyayang". Ya Allāh, aku mohon kepada-Mu, Engkau berikan syafaat kepada Nabi dan Rasul-Mu untukku pada hari di mana harta benda dan anak-anak tidak dapat memberikan pertolongan, kecuali orang yang
datang kepada Allāh dengan hati yang selamat (bebas dari syirik dan penyakit nifak). Berilah kepastian ampunan untukku sebagaimana Engkau telah memastikan memberi ampunan bagi orang
yang datang kepada Rasul di waktu hidupnya. Ya Allāh ya Tuhanku, jadikanlah Nabi Muḥammad `, orang yang pertama memberi syafaat, yang paling berhasil di antara orang-orang yang
memohon dan paling mulia dari golongan mereka yang terdahulu dan terakhir dengan anugerah dan kemurahan-Mu wahai Tuhan Yang Maha Mulia lagi Maha Pemurah. Ya Allāh ya Tuhanku, aku
mohon kepada-Mu keimanan yang sempurna, keyakinan yang benar, sehingga aku dapat meyakini bahwa tiada sesuatu bencana yang akan menimpa padaku kecuali apa yang telah Engkau
tetapkan kepadaku. Aku memohon ilmu yang bermanfaat, hati yang khusyuk, lidah yang berzikir, rezeki yang melimpah, halal dan baik, amal ṣaleḥ yang diterima, serta perdagangan yang tidak
rugi. Ya Allāh ya Tuhan kami, lapangkanlah dada kami, tutupilah keburukan kami, ampunilah dosa kami, tenteramkanlah hati kami dari ketakutan, sudahilah amalan kami dengan kabajikan,
terimalah ziarah kami ini, kembalikanlah kepada kami dari keterasingan kami kepada ahli dan keluarga kami di dalam keadaan selamat dan sejahtera berhasil tanpa mendapat kenistaan dan
bencana dan jadikanlah kami hamba-Mu yang ṣaleḥ yaitu dari golongan mereka yang tidak merasa takut dan tidak pula bersedih hati. Ya Allāh ya Tuhan kami, janganlah Engkau palingkan hati
kami sesudah Engkau memberi petunjuk kepada kami, limpahkanlah kepada kami raḥmat dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi. Ya Tuhanku, ampunilah dosaku dan dosa kedua
orangtuku, serta dosa seluruh mukminin dan mukminat pada hari perhitungan segala amal. Maha Suci Tuhanku, Tuhan yang Maha Mulia dari apa yang mereka sifatkan dan salam sejahtera
kepada para Rasul serta segenap puji hanya bagi Allāh Tuhan semesta alam.”

Bacaan Salam Ketika Berziarah ke Makam Bāqi`

اَلسَّلاَمُ عَلَیْكُمْ دَارَقَوْم مُّؤْمِنِیْنَ وَآتَاكُمْ مَا تُوْعَدُوْنَ غَدًا مُؤَجِّلِیْنَ وَإِنَّآ إِنْ شَآءَ اللهُ بِكُمْ لاَحِقُوْنَ اَللَّھُمَّ اغْفِرْلِأھَْلِ الْبَقِیْعِ الْغَرْقَ

“Keselamatan atas kalian (hai penghuni) tempat kaum yang beriman! Apa yang dijanjikan kepadamu yang masih ditangguhkan besok itu, pasti akan datang kepadamu dan kami insya Allāh akan menyusulmu. Ya Tuhan, ampunilah ahli Baqi`al-Garqad.”

Bacaan Salam kepada Ṣaḥabat `Uṡman bin `Affan

اَلسَّلاَمُ عَلَیْك يَا ذَا النُّوْرَيْنِ عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ . اَلسَّلاَمُ عَلَیْكَ يَا ثَالِثَ الْخُلَفَآءِ الرَّاشِدِيْنَ اَلسَّلاَمُ عَلَیْكَ يَا مُجَھِّزَجَیْشِ الْعُسْرَةِ بِالنَّقْدِ وَالْعَیْن وَجَامِع الْقُرْآنِ بَیْنَ الدَّفَتَیْن جَزَاكَ الله عَن عَمَّةِرَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَیْهِ وَسَلَّمَ خَیْرَ الْجَزَآءِ . اَللَّھُمَّ ارْضَ عَنْهُ وَارْفَعْ دَرَجَتَه وَأَ كْرِمْ مَقَامَهُ وَأَ جْزِلْ ثَوَابَهُ . آمِیْنَ 

“Salam sejahtera atasmu wahai `Uṡman bin `Affan yang memiliki dua cahaya. Salam sejahtera wahai khalifah yang ketiga. Salam sejahtera wahai orang yang telah mempersiapkan, membiaya
bala tentara di masa perang yang sulit (perang tabuk) dengan harta dan peralatan, yang telah menghimpun Al-Qur’an dalam suatu lembaran (kitab tersusun). Mudah-mudahan Allāh memberikan
balasan dengan sebaik-baik balasan kepadamu dari umat Rasulullah `. Ya Allāh, riḍai dia, tinggikan derajatnya, muliakanlah kedudukannya dan berilah imbalan pahala.”

Bacaan Salam kepada Ṣaḥabat Ḥamzah bin Abdul Muṭṭalibz dan Muṣ`ab bin Umairz di Jabal Uhud

اَلسَّلاَمُ عَلَیْكَ يَا عَمَّ النَّبِيَّ سَیِّدِنَا حَمْزَةَ بْنِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ اَلسَّلاَمُ عَلَیْكَ يَا أَسَدَ اللهِ وَأَسَدَ رَسُوْلِ اللهِ اَلسَّلاَمُ عَلَیْكَ يَا سَیِّدَ الشُّھَدَآءِ
“Salam sejahtera atasmu wahai paman Nabi Sayyidina Ḥamzah bin Abdul Muṭalib. Salam sejahtera atasmu wahai Singa Allāh dan Singa Rasulullah `. Salam sejahtera atasmu wahai penghulu
syuhada.

Bacaan Salam kepada Syuhada di Jabal Uhud

اَلسَّلاَمُ عَلَیْكُمْ يَا شُھَدَآء أُحُدٍ . اَللَّھُمَّ اجْزِھِمْ عَنِ اْلإِسْلاَمِ وَأَھْلِهِ وَأَفْضَلَ الْجَزَاءِ وَارْفَعْ دَرَجَاتِھِمْ وَأَكْرِمْ مَقَامَھُم بِفَضْلِكَ وَكَرَمِكَ يَا أَكْرَم اْلأَكْرَمِیْنَ
“Salam sejahtera atasmu wahai para syuhada Uhud. Ya Allāh, berilah mereka semua pahala karena Islam dan para pemeluknya dengan ganjaran yang paling utama, dan tinggikanlah derajat
mereka dan muliakan kedudukan mereka dengan keagungan-Mu dan kemurahan-Mu wahai Tuhan Yang Paling Pemurah.”

M. Do`a Ketika Meninggalkan Madinah

 اَللَّھُمَّ صَل عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ وَلاَ تَجْعَلْهُ آخِرَ الْعَھْد بِنَبِیِّكَ وَحُطَّ أَوْزَارِيْ بِزِيَارَتِهِ وَأَصْحِبْنِيْ فِيْ سَفَرِى السَّلاَمَةَ وَيَسِّرْ رُجُوْعِيْ إِلَى أَھْلى وَوَطَنِيْ سَالِمًا يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِیْنَ

“Ya Allāh limpahkanlah raḥmat, ṣalawat dan salam kepada Nabi Muḥammad ` dan keluarganya dan janganlah menjadikan kunjungan ini sebagai kunjungan akhir kedatanganku kepada Nabi-Mu,
hapuskanlah segala dosaku dengan menziarahinya dan sertakan keselamatan dalam perjalananku serta mudahkanlah kepulanganku ini menuju keluargaku dan tanah airku, dengan selamat,
wahai Tuhan Yang Maha Pengasih dari segala yang pengasih.”

SANDAL BAGINDA NABI MUHAMMAD SAW

GAMBAR SANDAL NABI MUHAMMAD S A W (MITSAALUNNA’ LISYARIIF)
.

Alhamdulillahilladzi kholaqol kaunaini watsaqolaini washalallahu ‘alaihi wasallam ‘ala shohibinna’laini
sayyidina Muhammadibni Abdillahi ibni Abdil mutholibni Haasyim alladzi turjaa syafaa’atuhu ila yaumiddin wa alaa alihi wa ashhaabi rasulillahi ajma’iinaa, amma ba’du.
Terjemahan ini diambil dari Mitsaalunna’li assyariifi (Gambar sandal Rasulullah SAW) yang telah disusun oleh Syekh Yusuf Ismail Annabhani.
Berikut isinya secara singkat,
“Sungguh benar bahwa sandal Rasulullah SAW itu dari kulit yang di rangkap menggunakan 2 “tancapan” seperti batang dari kulit yang dinamakan Qibal. Yang satu dimasukkan kira – kira antara ibu jari dan jari yang didekatnya, dan yang satunya lagi dimasukkan kira – kira antara jari tengah dan jari yang ada didekatnya, 2 tancapan tadi dihubungkan dengan wadah (sebuah bingkai berbentuk yang disesuaikan dengan ukuran kaki) yang ada di atas telapak kaki. Tungkainya juga memakai wadah (sebuah bingkai berbentuk yang disesuaikan dengan ukuran kaki) yang mencakup hingga seluruh telapak kaki.
Adapun warna sandal Rasulullah SAW adalah berwarna kuning.
Gambar tersebut sudah diuji kebenarannya oleh Ibnu ‘Araby , Ibnu ‘Asaakir, Ibnu Marzuqi alfaaruqi, Assyuyuuthi, Assakhoowi, Attata’I, dan beberapa Syekh yang semuanya telah menerangkan pengambilannya. Adapun sandal tersebut berasal dari Sayyidatina ‘Aisyah lalu berpindah – pindah hingga kemudian diambil gambarnya persis dan sama seperti ukuran aslinya.
Al ‘Alamah Syekh Al muqorri di kitab Fathul Muta’aal “fi mat hinni’al” memberikan keterangan:
“waqod sallama lima dzakarohu rohimahullohu ta’aala Assyekhul imam Al hafidz al ’alqomiyyi fi hasiyaatihi ‘alaa jamii’I shoghir fi ahaaditsil basyiir annadzir idz qoola waroda annathuula na’lihi SAW syibrun wa usbu’aanii wa ardluhaa mimma yalil ka’baini sab’uu asshhoobi’ wa bathnal qodami khomsun wa fauqohaa sittun waro’suha muhaddadun wa ardloma bainal qibalaini, ushbu’aani wa naqoltuhu ana ma’a jamii’il fawaaidi allati haulahu min fathil muta’aali, qola al manawi wal qooriiy fi syarhil syamaawiili.
qolal Ibnu Arobi wanna’lu libaasul anbiyaai wa innama ittakhodannasu ghoiroha lima fi ardlihim min atthiini wa khotamtuhu bi qoulihi innii khodamtu mitsaala na’lil mushthofa li a ‘iisya fiddaaroin tahta dhilaaliha sa’iidabnu Mas’uudin bi khidmati na’lihaa wa ana assa’iidu bikhidmati limitsaalihaa
sandal-rasul1
—–
Faidah:
Adapun faidah Mitsaalunna’lissyariif (Gambar sandal Nabi Muhammad SAW) ini sudah diterangkan oleh Imam Qistholani dan Imam Muqorri.
Menurut keterangan para ulama yanag artinya seperti ini: “Barang siapa yang menyimpan Mitsaalunna’lissyariif (Gambar sandal Nabi Muhammad SAW) di dalam rumahnya atau tempatnya dengan niat supaya mendapatkan berkah, maka tempat orang tersebut diliputi keselamatan dari orang yang bermaksud buruk (jahat), pencuri, perampok, orang yang hasud, syetan yang menyesatkan, selamat dari penyakit ‘ain dan sihir artinya santet dan tenung,
Disamping itu juga ketika ada perempuan yang kesulitan dalam melahirkan bayi / proses persalinannya apabila si perempuan tersebut menggenggam gambar ini di tangan kanannya maka akan diberi kemudahan dalam proses persalinannya Dengan daya Allah dan Kekuatan Allah SWT.
Juga barang siapa yang mengistiqomahkan membawa Mitsaalunna’lissyariif (Gambar sandal Nabi Muhammad SAW) yang dilipat dan digunakan azimat atau diletakkan di kopyah / songkok atau sabuk maka orang tersebut terkabul maksudnya atas makhluq (apa yang menjadi tujuannya akan tercapai).
1. Bisa ziarah ke makam Rasulullah SAW, dan bisa mimpi bertemu Rasulullah SAW.
2. Jika digunakan untuk perang dalam membela agama Allah maka, akan diberikan kemenangan dan juga tidak sampai melarikan diri (dari peperangan).
3. Jika digunakan untuk berdagang maka akan selamat dari perampok.
4. Jika di letakkan pada barang dagangan maka akan aman dari pencurian dan perampokan.
5. Apabila di letakkan di dalam rumah maka akan selamat dari kebakaran.
6. Apabila dibawa di dalam kapal / perahu maka akan diberikan keselamatan dari karam/ tenggelam.
7. Apabila dibawa orang yang sedang sakit maka akan diberikan cepat sembuh.
8. Apabila orang yang hatinya kalut maka akan segera bahagia.
9. Apabila mempunyai hajat dan mau bertawasul kepada Rasulullah SAW maka orang tersebut akan segera tercapai hajatnya.
Semua ini didasari dengan keyakinan yang teguh/kuat dan cinta kepada Rasulullah Muhammad SAW seperti yang disabdakan Rasulullah SAW:
“wamaa hutu anni’aalisyaghofna qolbi wa lakin hubbu man labisa anni’aala”
yang artinya:”tidak cinta terhadap sandal ini,
juga cinta terhadap yang punya sandal yaitu Rasulullah Muhammad SAW”.
Allohumma arinaa barokata hadzihi anna’li bihaqqi man danaa fatadallaa fakaana qooba qousaini au ‘adnaa.
ﻋﻠﻰ ﺭﺃﺱ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﻜﻮﻥ ﻧﻌﻞ ﻣﺤﻤﺪ *** ﻋﻠﺖ ﻓﺠﻤﻴﻊ ﺍﻟﺨﻠﻖ ﺗﺤﺖ ﻇﻼﻟﻪ
Alas kaki Nabi Muhammad berada di atas kepala alam semesta*dan seluruh makhluq berada di bawah bayang-bayangnya.
ﻟﺪﻯ ﺍﻟﻄﻮﺭ ﻣﻮﺳﻰ ﻧﻮﺩﻱ ﺍﺧﻠﻊ ﻭﺃﺣﻤﺪ *** ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻘﺮﺏ ﻟﻢ ﻳﺆﻣﺮ ﺑﺨﻠﻊ ﻧﻌﺎﻟﻪ
Ketika di bukit Tursina, Musa as. Diperintah supaya menanggalkan (alas kakinya), tetapi Muhammad saw. biarpun berada pada jarak yang lebih dekat , tidak Diminta supaya ditanggalkan Sandalnya
ﻣﺜﺎﻝ ﺣﻜﻰ ﻧﻌﻼً ﻷﺷﺮﻑ ﻣﺮﺳﻞ *** ﺗﻤﻨﺖ ﻣﻘﺎﻡ ﺍﻟﺘﺮﺏ ﻣﻨﻪ ﺍﻟﻔﺮﺍﻗﺪ
Lambang yang meniru Sandal asli Sang Rasul saw. yang paling Mulia itu membuatkan bintang-bintang berangan-angan
menjadi tanah untuk dipijak olehnya.
ﺿﺮﺍﺋﺮﻫﺎ ﺍﻟﺴﺒﻊ ﺍﻟﺴﻤﻮﺍﺕ ﻛﻠﻬﺎ *** ﻏﻴﺎﺭﻯ ﻭﺗﻴﺠﺎﻥ ﺍﻟﻤﻠﻮﻙ ﺣﻮﺍﺳﺪ
Madu-madunya, tujuh petala langit semuanya cemburu, dan mahkota-mahkota raja semuanya merasa hasad padanya
ﻣﺜﺎﻝ ﻟﻨﻌﻞ ﺍﻟﻤﺼﻄﻔﻰ ﻣﺎ ﻟﻪ ﻣﺜﻞ *** ﻟﺮﻭﺣﻲ ﺑﻪ ﺭﺍﺡ ﻟﻌﻴﻨﻲ ﺑﻪ ﻛﺤﻞ
Lambang Sandal al-Musthafa saw. itu tiada bandingannya, ia adalah kerehatan bagi ruhku dan celak (ubat) bagi mataku
ﻓﺄﻛﺮﻡ ﺑﻪ ﺗﻤﺜﺎﻝ ﻧﻌﻞ ﻛﺮﻳﻤﺔ *** ﻟﻬﺎ ﻛﻞ ﺭﺃﺱ ﻭﺩ ﻟﻮ ﺃﻧﻪ ﺭﺟﻞ
Sangatlah Mulia lambang Sandal yang Agung ini! Kerananya, semua kepala berharap, alangkah baiknya jikalau dapat menjadi kaki (Baginda saw.)
ﻭﻟﻤﺎ ﺭﺃﻳﺖ ﺍﻟﺪﻫﺮ ﻗﺪ ﺣﺎﺭﺏ ﺍﻟﻮﺭﻯ *** ﺟﻌﻠﺖ ﻟﻨﻔﺴﻲ ﻧﻌﻞ ﺳﻴﺪﻩ ﺣﺼﻨﺎً
Apabila aku melihat ALLAH (ad-Dahr) mula Memerangi manusia (kerana maksiat mereka), aku menjadikan alas kaki tuannya sebagai perisai
ﺗﺤﺼﻨﺖ ﻣﻨﻪ ﻓﻲ ﺑﺪﻳﻊ ﻣﺜﺎﻟﻬﺎ *** ﺑﺴﻮﺭ ﻣﻨﻴﻊ ﻧﻠﺖ ﻓﻲ ﻇﻠﻪ ﺍﻷﻣﻨﺎ
Aku berlindung daripadaNYA (Kemarahan ALLAH) dengan keagungan lambang alas kaki Baginda , sebagai tembok yang kukuh
dimana aku berasa aman dibawah perlindungannya
ﺇﻧﻲ ﺧﺪﻣﺖ ﻣﺜﺎﻝ ﻧﻌﻞ ﺍﻟﻤﺼﻄﻔﻰ *** ﻷﻋﻴﺶ ﻓﻲ ﺍﻟﺪﺍﺭﻳﻦ ﺗﺤﺖ ﻇﻼﻟﻬﺎ
Aku berkhidmat pada lambang Sandal al-Mustafa saw. , supaya dapat aku hidup di
dunia dan akhirat dibawah bayang-bayangnya
ﺳﻌﺪ ﺍﺑﻦ ﻣﺴﻌﻮﺩ ﺑﺨﺪﻣﺔ ﻧﻌﻠﻪ *** ﻭﺃﻧﺎ ﺍﻟﺴﻌﻴﺪ ﺑﺨﺪﻣﺘﻲ ﻟﻤﺜﺎﻟﻬﺎ
Berbahagianya Ibn mas`ud ra. kerana khidmatnya pada sandal Baginda (yang sebenarnya), dan aku, adalah si dia yang berbahagia
kerana khidmatku pada lambangnya
ﻭﻣﺎ ﺣﺐ ﺍﻟﻨﻌﺎﻝ ﺷﻐﻒ ﻗﻠﺒﻲ *** ﻭﻟﻜﻦ ﺣﺐ ﻣﻦ ﻟﺒﺲ ﺍﻟﻨﻌﺎﻻ
Sesungguhnya, bukanlah pada lambang itu hatiku merindu, tetapi pada si Dia saw. yang memakai Sandal itu…
ﻭﻧﻌـﻞ ﺧﻀﻌﻨﺎ ﻫﻴﺒـﺔ ﻟﻮﻗﺎﺭﻫـﺎ *** ﻓﺈﻧﺎ ﻣﺘﻰ ﻧﺨﻀﻊ ﻟﻬﻴﺒﺘﻬﺎ ﻧﻌﻠـﻮ
Kita direndahkan oleh cinta kerana memuliakan Sandal ini, dan bilamana kita merendahkan diri dihadapanya, kita akan diangkat dan dimuliakan
ﻓﻀﻌﻬﺎ ﻋﻠﻰ ﺃﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤﻔﺎﺭﻕ ﺇﻧﻬـﺎ *** ﺣﻘﻴﻘﺘﻬـﺎ ﺗﺎﺝ ﻭﺻﻮﺭﺗﻬﺎ ﻧﻌـﻞ
Maka letakkanlah ia di rak-rak teratas, kerana secara zahir ia adalah Sandal, namun pada hakikatnya ia adalah Mahkota
ikatnya ia adalah Mahkota
======
Rupa bentuk lakaran ni`al yang tercatat dalam kitab “Jawahirul Bihar” karangan Syaikh Yusuf bin Ismail an-Nabhani.
Menurut Kiyai Haji Abdul Jalil Bakri, Mudir Pesantren Darut Tauhid, Brongkal, Pagelaran, Malang, Jawa Timur, sebahagian ulama menyatakan bahawa antara kelebihan timtsal / lakaran / gambaran / mitsal ni`al Junjungan s.a.w. adalah:-
Apabila timtsal ni`al ini disimpan dalam rumah, maka rumah tersebut selalu mendapat perlindungan Allah dari berbagai marabahaya seperti kebakaran, kecurian dan sebagainya, serta penghuni-penghuni rumah tersebut akan memperolehi rahmat, barakah, keamanan, selama di rumah tersebut tiada suatu apapun yang menjadi pantangan masuk malaikat rahmat ke dalamnya.
Apabila timtsal ini dibawa berpergian, maka perjalanannya diberkati dengan keamanan dan selamat serta berhasil.
Apabila timtsal ini ditaruh di badan orang sakit, maka insya-Allah cepat disembuhkan Allah dengan keberkatan Sayyidina Empunya Ni`al.
nial
Kemuliaan Junjungan tertumpah sehingga ke ni`alnya yang dibawa bersama menghadap Rabbul Jalil sehingga lakaran ni`al tersebut yang dilakar demi kecintaan kepada tuan empunyanya mengandungi keberkatan dan rahsia yang sukar diungkapkan.
Lakaran ni`al Junjungan Nabi s.a.w. mempunyai rahsia dan keistimewaan di kalangan sebahagian ulama sehingga ianya dijadikan simbol bagi Usrah Dandarawi (iaitu pengamal Thoriqat Ahmadiyyah Rasyidiyyah Dandarawiyyah) di Mesir. Antara kelebihannya ialah seperti diceritakan oleh Imam al-Qasthaalanidalam kitabnya “al-Mawaahibul Laduniyyah” juz ke-2 mukasurat 174
Dan di antara kelebihannya yang telah dicuba manfaat dan keberkatannya ialah apa yang dikisahkan oleh seorang syaikh yang sholeh, Abu Ja’far Ahmad bin Abdul Majid:- “Aku telah membuat mitsal ni`al ini untuk seorang muridku, maka dia telah berjumpa denganku pada suatu hari dan berkata:- “Kelmarin aku telah melihat keberkatan ni`al ini yang ajaib. Isteriku telah ditimpa sakit yang berat sehingga hampir-hampir binasa, maka aku letakkan mitsal ni`al tersebut pada tempat sakitnya dan berdoa “ALLAHUMMA ARINIY BARAKATA SHOHIBI HADZAN-NA’LI” ( Ya Allah, tunjukkanlah aku keberkatan tuan empunya ni`al ini, yakni Junjungan Nabi s.a.w.), lalu dia disembuhkan Allah pada waktu itu juga.
Telah berkata Abu Ishaq:-”Telah berkata Abul Qaasim bin Muhammad:-”Di antara yang telah mujarrab keberkatannya ialah sesiapa yang membawanya bersama dengan niat untuk mengambil berkat, jadilah dia selamat daripada kejahatan penjahat, memperolehi kemenangan ke atas musuh dan mendapat penjagaan daripada syaitan yang jahat serta dipelihara daripada kedengkian orang-orang yang hasad. Dan jika dibawa oleh orang perempuan hamil yang sedang sakit hendak bersalin pada sebelah kanannya, nescaya dipermudahkan urusannya tersebut dengan pertolongan dan kekuatan Allah.”
Saudara, inilah antara penyaksian ulama kita berhubung lakaran ni`al al-Musthofa s.a.w. Percaya atau tidak terpulanglah, “al-madad fil masyhad fil I’tiqaad nailul murad” (“Bantuan/ Sokongan sekadar penyaksian dan dalam pegangan teguh tercapainya tujuan”). Untuk pengetahuan, Imam al-Qasthaalani adalah seorang ulama terbilang, pemuka ilmu hadits dan fiqh mazhab Syafi`i. Antara gurunya ialah Imam Ibnu Hajar al-Asqalani, Syaikhul Islam Zakaria al-Anshari dan as-Sakhawi. Banyak mengarang kitab antara yang masyhur ialah “Irsyadus Sari fi syarhi Shohihil Bukhari” merupakan syarah Shohih Bukhari dalam 10 jilid besar dan “al-Is`aad fi talkhis al-Irsyad” merupakan furu’ feqah Syafi`i. Maka terpulanglah. Alfu Alfi Sholaatin Wa Alfu Alfi Salaamin ‘Alaika, Ya Shohibal-Mi’raaj. Alfu Alfi Sholaatin Wa Alfu Alfi Salaamin ‘Alaika, Ya Shohiban-Na’lain. (Jutaan sholawat dan salam untukmu Wahai Tuan Empunya Mi’raaj; Jutaan sholawat dan salam untukmu Wahai Tuan Empunya Dua Ni`al).
===
Lakaran Ni`al al-Mustafa s.a.w. yang dinisbahkan kepada Imam Ahmad Redha Khan Barelwi dan ditulis padanya bait-bait syair dalam bahasa Urdu yang menyanjung Junjungan al-Mustafa s.a.w. Syaikhul Hadits Maulana Zakaria al-Kandahlawi dalam catatannya untuk kitab “Syamail at-Tirmidzi” menyatakan:-“Gambar lakaran capal dan kelebihan serta keberkatannya telah diberikan dengan begitu terperinci di dalam kitab “Zadus Sa`id” karangan Maulana Asyraf ‘Ali Thanwi (rahmatullah ‘alaihi).
Khasiatnya tidak putus-putus. Alim tersebut telah mengalaminya beberapa kali. Beliau berkata dengan menyimpan sebuah gambar lakaran capal ini seseorang itu akan diberkati dengan ziarah bertemu Rasulullah, akan dilepasi daripada ancaman kuku besi penzalim, mencapai kemasyhuran dan berjaya di dalam segala cita-cita melalui tawassul capal ini. ” Moga kita juga dapat memperolehi keberkatan ini, jika belum, bersabarlah mungkin belum ada rezeki, mungkin kecintaan belum benar-benar tulus, mungkin kekotoran jiwa belum memungkinkan pertemuan dengan sebersih-bersih dan sebaik-baik makhluk. Nartaji minkas syafa`ah, Ya RasulAllah.
===
Ulama membuat lakaran atau imej sandal Junjungan s.a.w. demi kecintaan kepada Junjungan s.a.w. sehingga merasakan sandal di telapak kaki Junjungan s.a.w. lebih mulia dan lebih bertuah daripada diri mereka. Hal ini amat payah untuk difahami oleh orang – orang yang tidak mengenal cinta dan orang yang tidak pernah mengecapfana-ur-rasul. Perhatian diberikan hatta ke sandal Kekasih s.a.w. bukan kerana sandal tetapi kerana yang empunyanya. Tulusnya cinta pada Sang Kekasih telah menyebabkan keberkatan.
Berbagai ulama telah mengarang berbagai kitab mengenai lakaran sandal atau ni`al al-Mustafa s.a.w. ini. Syaikh Yusuf bin Ismail an-Nabhani memperkatakannya serta membawa nukilan berbagai ulama dalam kitabnya “Jawahirul Bihar” jilid ke-3, Maulana Asyraf Ali Thanwi dalam “Zadus Sa`id”, Imam Ibnu ‘Asakir dalam kitabnya“Timtsalu Na’l an-Nabiy“, Imam Ibnu Muqri dalam kitabnya “Qurratul Aynayn fi Tahqiq Amr an-Na’layn“, Imam Abul Abbas al-Maqqari dalam kitabnya “Fathul Muta`al fi Madhin-Ni`al”, Imam al-Qashthalani dalam kitabnya “Mawahibul Laduniyyah” dan ramai lagi. Insya-Allah, jika diizinkan Rabbul Jalil kan kucuba mengutarakan serba sedikit mengenai keberkatannya buat renung sahabat yang berhajat. (Gambar sekadar hiasan).

Wallahua'lam

Allahuma Sholii 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim ~

Ulama Ahli Hadits Berdasarkan Masa

Para Ulama Ahlul Hadits, Biografi Ahlul Hadits, Para Sahabat, Tabi’in dan Tabiut Tabi’in beserta Keluarga Rasulullah
Biografi para ulama ahlul hadits mulai dari zaman sahabat hingga sekarang yang masyhur :
1. Khalifah ar-Rasyidin :
2. Al-Abadillah :
3. Para Tabi’in :
4. Para Tabi’ut tabi’in :
5. Atba’ Tabi’it Tabi’in : Setelah para tabi’ut tabi’in:
6. Murid-Murid atba’ Tabi’it Tabi’in :
  • Ahmad bin Hambal wafat 241 H
  • Yahya bin Ma’in wafat 233 H
  • Ali bin Al-Madini wafat 234 H
  • Abu Bakar bin Abi Syaibah Wafat 235 H
  • Ibnu Rahawaih Wafat 238 H
  • Ibnu Qutaibah Wafat 236 H
7. Kemudian murid-muridnya seperti:
  • Al-Bukhari wafat 256 H 
  • Muslim wafat 271 H
  • Ibnu Majah wafat 273 H
  • Abu Hatim wafat 277 H
  • Abu Zur’ah wafat 264 H
  • Abu Dawud : wafat 275 H 
  • At-Tirmidzi wafat 279
  • An Nasa’i wafat 234 H
8. Generasi berikutnya : orang-orang generasi berikutnya yang berjalan di jalan mereka adalah:
  • Ibnu Jarir ath Thabary wafat 310 H
  • Ibnu Khuzaimah wafat 311 H
  • Muhammad Ibn Sa’ad wafat 230 H
  • Ad-Daruquthni wafat 385 H
  • Ath-Thahawi wafat 321 H
  • Al-Ajurri wafat 360 H 
  • Ibnu Mandzah wafat 395 H
  • Ibnu Hibban wafat 342 H
  • Ath Thabarany wafat 360 H
  • Al-Hakim An-Naisaburi wafat 405 H
  • Al-Lalika’i wafat 416 H
  • Al-Baihaqi wafat 458 H
  • Al-Khathib Al-Baghdadi wafat 463 H
  • Ibnu Qudamah Al Maqdisi wafat 620 H
9. Murid-Murid Mereka :
  • Ibnu Daqiq Al-led wafat 702 H
  • Ibnu Taimiyah wafat 728 H
  • Al-Mizzi wafat 742 H
  • Imam Adz-Dzahabi (wafat 748 H)
  • Imam Ibnul-Qoyyim al-Jauziyyah (wafat 751 H)
  • Ibnu Katsir wafat 774 H
  • Asy-Syathibi wafat 790 H
  • Ibnu Rajab wafat 795 H
10. Ulama Generasi Akhir :
  • Ash-Shan’ani wafat 1182 H
  • Muhammad bin Abdul Wahhab wafat 1206 H
  • Muhammad Shiddiq Hasan Khan wafat 1307 H
  • Al-Mubarakfuri wafat 1427 H
  • Abdurrahman As-Sa`di wafat 1367 H
  • Ahmad Syakir wafat 1377 H
  • Muhammad bin Ibrahim Alu Asy-Syaikh wafat 1389 H
  • Muhammad Amin Asy-Syinqithi wafat 1393 H
  • Muhammad Nashiruddin Al-Albani wafat 1420 H
  • Abdul Aziz bin Abdillah Baz wafat 1420 H
  • Hammad Al-Anshari wafat 1418 H
  • Hamud At-Tuwaijiri wafat 1413 H
  • Muhammad Al-Jami wafat 1416 H
  • Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin wafat 1423 H
  • Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i wafat 1423 H
  • Shalih bin Fauzan Al-Fauzan hafidhahullah
  • Abdul Muhsin Al-Abbad hafidhahullah
  • Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali hafidhahullah

Bagaimana Keimanan Ayah Dan Bunda Nabi

Ada banyak Para Ulama yang berbeda pendapat mengenai keadaan atau status keimanan Ayah dan Bunda Rasulullah SAW, yang masing-masing bersandar pada keterangan Hadits dan Al-Qur'an.
Ada sebagian yang mengatakan Bahwa kedua orang tua Rasullullah SAW adalah Ahli fatrah yang artinya hidup didalam masa kekosongan, dan tidak akan disiksa didalam neraka, sebagaimana Firman Allah didalam Al-Qur'an

مَّنِ اهْتَدَىٰ فَإِنَّمَا يَهْتَدِي لِنَفْسِهِ ۖ وَمَن ضَلَّ فَإِنَّمَا يَضِلُّ عَلَيْهَا ۚ وَلَا تَزِرُ‌ وَازِرَ‌ةٌ وِزْرَ‌ أُخْرَ‌ىٰ ۗ وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّىٰ نَبْعَثَ رَ‌سُولًا

Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul.
(Al-Isra 17:15)

Ada juga pendapat lain yang mengatakan bahwa kedua orang tua Rasul adalah kafir dan akan masuk neraka, yaitu pendapat yang banyak dijadikan hujjah oleh sebagian orang Muslim jaman sekarang adalah pendapatnya Syaikh Nashiruddin Al-Albani
yang mengatakan bahwa "Kedua Orang Tua nabi SAW adalah orang Musyrik dan masuk neraka" dengan mengacu kepada Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim yang berbunyi:

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا عَفَّانُ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ عَنْ ثَابِتٍ عَنْ أَنَسٍ
أَنَّ رَجُلًا قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيْنَ أَبِي قَالَ فِي النَّارِ فَلَمَّا قَفَّى دَعَاهُ فَقَالَ إِنَّ أَبِي وَأَبَاكَ فِي النَّارِ

Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Affan telah menceritakan kepada kami Hammad bin Salamah
dari Tsabit dari Anas bahwa seorang laki-laki bertanya,"Wahai Rasulullah, di manakah bapakku?"
Beliau menjawab, "Dia di dalam neraka."
Ketika laki-laki tersebut berlalu pergi, maka beliau memanggilnya seraya berkata: "Sesungguhnya bapakku dan bapakmu di dalam neraka."
(HR. Muslim: 302)



Hadits Lainnya
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ وَمُحَمَّدُ بْنُ عَبَّادٍ وَاللَّفْظُ لِيَحْيَى قَالَا حَدَّثَنَا مَرْوَانُ بْنُ مُعَاوِيَةَ عَنْ يَزِيدَ يَعْنِي ابْنَ كَيْسَانَ عَنْ أَبِي حَازِمٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَأْذَنْتُ رَبِّي أَنْ أَسْتَغْفِرَ لِأُمِّي فَلَمْ يَأْذَنْ لِي وَاسْتَأْذَنْتُهُ أَنْ أَزُورَ قَبْرَهَا فَأَذِنَ لِي

Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ayyub dan Muhammad bin Abbad -lafazhnya milik Yahya- keduanya berkata, telah menceritakan kepada kami Marwan bin Mu'awiyah dari Yazid yaitu Ibnu Kaisan dari Abu Hazim dari Abu Hurairah ia berkata;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Aku mohon izin kepada Rabb-ku untuk memohonkan ampun bagi ibuku, tetapi tidak diperkenankan. Kemudian aku meminta izin untuk menziarahi kuburnya, maka diperkenankan."
(HR. Muslim: 1621)



Hadits tersebut diatas adalah Hadits shahih yang dikeluarkan oleh Imam Muslim, seorang Imam dan Perawi Hadits yang sudah diakui keshaihannya oleh Para Ulama dan Ahli Hadits lainnya.

Namun kita juga harus menela'ah secara mendalam agar bisa menyimpulkan secara benar dari keterangan hadits tersebut (yang banyak diperselisihkan), dengan mencari keterangan lain sebagai dukungan, baik dari hadits lainnya maupun dari Al-qur'an.

Kita mencintai dan mengikuti Rasulullah SAW, dan semua ajarannya kita terima dengan sepenuhnya dan kita amalkan dengan segenap kemampuan kita.
Kita takut akan ancaman Allah bagi orang menyakiti Rasul SAW.

Ibnu Munzir dan yang lainnya telah meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa seseorang berkata kepada Su'aibah Binti Abu Lahab: “Engkau anak dari kayu bakar api neraka’, maka berdirilah Rasulullah Shollallaahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan marah, kemudian berkata:

مَا بَالَ أَقْوَامٍ يُؤْذُوننِي فِي نَسَبِي وَذَوِي رَحمِي؟ أَلَا وَمَنْ آذَى نَسَبِي وَذَوِي رَحمِي فَقَدْ آذَانِي، وَمَنْ آذَانِي فَقَد آذَى اللهَ

Bagaimana keadaan kaum yang menyakiti aku dalam hal nasabku, ketahuilah barangsiapa yang menyakiti nasabku sesungguhnya dia telah menyakiti aku, dan barangsiapa menyakiti aku maka sesungguhnya dia telah menyakiti Allah

Ancaman Allah didalam Al-Qur'an:

إِنَّ الَّذِينَ يُؤْذُونَ اللَّـهَ وَرَ‌سُولَهُ لَعَنَهُمُ اللَّـهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَ‌ةِ وَأَعَدَّ لَهُمْ عَذَابًا مُّهِينًا

Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya. Allah akan melaknatinya di dunia dan di akhirat, dan menyediakan baginya siksa yang menghinakan.
(QS.Al-Ahzab, Ayat;57)

Mengatakan "Ayah dan Bunda Rasul adalah musyrik dan akan masuk Neraka", adalah perkataan yang sangat menyakitkan bagi orang Mukmin, apalagi bagi Rasulullah SAW sebagai anaknya yang diutus sebagai Rasul dan Rahmatan Lil 'Alamin.
Dalam Al-Qur'an
وَالَّذِينَ يُؤْذُونَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ بِغَيْرِ‌ مَا اكْتَسَبُوا فَقَدِ احْتَمَلُوا بُهْتَانًا وَإِثْمًا مُّبِينًا

Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.
(QS.Al-Ahzab, Ayat;57)

Jika Ayahanda dan Ibunda Rasul SAW adalah orang kafir, lalu bagaimana dengan pernyataan yang diungkapkan oleh Rasulullah dalam salah satu hadits:
Beliau bersabda;

فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّهَا النَّاسُ مَنْ أَنَا قَالُوا أَنْتَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ قَالَ فَمَا سَمِعْنَاهُ قَطُّ يَنْتَمِي قَبْلَهَا أَلَا إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ خَلَقَ خَلْقَهُ فَجَعَلَنِي مِنْ خَيْرِ خَلْقِهِ ثُمَّ فَرَّقَهُمْ فِرْقَتَيْنِ فَجَعَلَنِي مِنْ خَيْرِ الْفِرْقَتَيْنِ ثُمَّ جَعَلَهُمْ قَبَائِلَ فَجَعَلَنِي مِنْ خَيْرِهِمْ قَبِيلَةً ثُمَّ جَعَلَهُمْ بُيُوتًا فَجَعَلَنِي مِنْ خَيْرِهِمْ بَيْتًا وَأَنَا خَيْرُكُمْ بَيْتًا وَخَيْرُكُمْ نَفْسًا صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
"Sesungguhnya Allah 'azza wajalla telah menciptakan makhluk-Nya, lalu Dia menjadikan aku sebaik-baik makhluk-Nya. Kemudian Dia memisahkan mereka menjadi dua kelompok, dan Dia menjadikan aku sebaik-baik orang dari kedua kelompok itu. Setelah itu Allah menjadikan mereka beberapa kabilah, dan Dia menjadikan aku sebaik-baik kabilah dari kabilah-kabilah tersebut. Kemudian Allah menjadikan untuk mereka rumah-rumah, dan Dia menjadikan untukku sebaik-baik rumah di antara rumah-rumah mereka. Maka aku adalah orang yang rumah dan jiwanya paling baik di antara kalian, shallallahu 'alaihi wasallam."
Read More...


Sedangkan Rasulullah SAW adalah manusia yang paling dimuliakan dan lebih utama dari Orang-orang Mukmin, (apalagi dari orang-orang kafir)

النَّبِيُّ أَوْلَىٰ بِالْمُؤْمِنِينَ مِنْ أَنفُسِهِمْ ۖ وَأَزْوَاجُهُ أُمَّهَاتُهُمْ ۗ وَأُولُو الْأَرْحَامِ بَعْضُهُمْ أَوْلَىٰ بِبَعْضٍ فِي كِتَابِ اللَّـهِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُهَاجِرِينَ إِلَّا أَن تَفْعَلُوا إِلَىٰ أَوْلِيَائِكُم مَّعْرُوفًا ۚ كَانَ ذَٰلِكَ فِي الْكِتَابِ مَسْطُورًا

Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri dan isteri-isterinya adalah ibu-ibu mereka. Dan orang-orang yang mempunyai hubungan darah satu sama lain lebih berhak (waris-mewarisi) di dalam Kitab Allah daripada orang-orang mukmim dan orang-orang Muhajirin, kecuali kalau kamu berbuat baik kepada saudara-saudaramu (seagama). Adalah yang demikian itu telah tertulis di dalam Kitab (Allah).
[QS. Al-Ahzab 33:6]

Rasulullah semestinya lebih dicintai oleh kita yang mengaku Iman Islam
لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Tidaklah beriman seorang dari kalian hingga aku lebih dicintainya daripada orang tuanya, anaknya dan dari manusia seluruhnya".
(HR. Bukhari: 14)



Bahkan Allah dan para Malaikatnya senantiasa bershalawat kepadanya.
إِنَّ اللَّـهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. 
(QS.Al-Ahzab, Ayat;56)

Qadi Abu Bakar Ibn al-Arabi pernah ditanya soal topik serupa. Tokoh bermazhab Maliki ini pun menjawab, bila soal itu direspons dengan jawaban bahwa keduanya masuk neraka maka terlaknatlah orang yang menjawab demikian.
Menganggap keduanya ahli neraka adalah bentuk melukai perasaan Rasul. “Tak ada penganiayaan lebih besar ketimbang menyebut kedua orang tua Muhammad SAW penghuni neraka,” kata Ibn al-Arabi.

Reaksi keras juga ditunjukkan oleh Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Ketika itu, ia menginstruksikan pegawainya agar mengutamakan para pegawai yang kedua orang tuanya Muslim dan berasal dari etnis Arab.

Dengan spontan, sang pegawai menjawab instruksi tersebut dan mengatakan, “Memang masalah? Bukankah kedua orang tua Rasulullah non-Muslim?”
Sang Khalifah marah besar. Ia pun langsung memberhentikan pegawainya tersebut agar menjadi pelajaran bagai semua dan tidak sembarangan bicara.

مَّنِ اهْتَدَىٰ فَإِنَّمَا يَهْتَدِي لِنَفْسِهِ ۖ وَمَن ضَلَّ فَإِنَّمَا يَضِلُّ عَلَيْهَا ۚ وَلَا تَزِرُ‌ وَازِرَ‌ةٌ وِزْرَ‌ أُخْرَ‌ىٰ ۗ وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّىٰ نَبْعَثَ رَ‌سُولًا

Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul.
(Al-Isra 17:15)

Artikel mengenai Keimanan Ayah dan Bunda Nabi pada posting ini belum selesai dan masih dalam proses pencarian.
Insya Allah...

Tata Cara Shalat Gerhana

Tata Cara Teknis Shalat Gerhana
Ada pun bagaimana bentuk teknis dari shalat gerhana, para ulama menerangkan berdasarkan nash-nash syar'i sebagai berikut :

1. Dua Rakaat
Shalat gerhana dilakukan sebanyak 2 rakaat. Masing-masing rakaat dilakukan dengan 2 kali berdiri, 2 kali membaca qiraah surat Al-Quran, 2 ruku' dan 2 sujud.
Dalil yang melandasi hal tersebut adalah :
Dari Abdullah bin Amru berkata,"Tatkala terjadi gerhana matahari pada masa Nabi SAW, orang-orang diserukan untuk shalat "As-shalatu jamiah". Nabi melakukan 2 ruku' dalam satu rakaat kemudian berdiri dan kembali melakukan 2 ruku' untuk rakaat yang kedua. Kemudian matahari kembali nampak. Aisyah ra berkata,"Belum pernah aku sujud dan ruku' yang lebih panjang dari ini. (HR. Bukhari dan Muslim)

2. Bacaan Al-Quran
Shalat gerhana termasuk jenis shalat sunnah yang panjang dan lama durasinya. Di dalam hadits shahih disebutkan tentang betapa lama dan panjang shalat yang dilakukan oleh Rasulullah SAW itu :

ابْنُ عَبَّاسٍ - رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا - قَال : كَسَفَتِ الشَّمْسُ عَلَى عَهْدِ رَسُول اللَّهِ  فَصَلَّى الرَّسُول  وَالنَّاسُ مَعَهُ فَقَامَ قِيَامًا طَوِيلاً نَحْوًا مِنْ سُورَةِ الْبَقَرَةِ ثُمَّ رَكَعَ رُكُوعًا طَوِيلاً ثُمَّ قَامَ قِيَامًا طَوِيلاً وَهُوَ دُونَ الْقِيَامِ الأْوَّل ثُمَّ رَكَعَ رُكُوعًا طَوِيلاً وَهُوَ دُونَ الرُّكُوعِ الأْوَّل
Dari Ibnu Abbas radhiyallahuanhu, dia berkata bahwa telah terjadi gerhana matahari pada masa Rasulullah SAW. Maka Rasulullah SAW melakukan shalat bersama-sama dengan orang banyak. Beliau berdiri cukup lama sekira panjang surat Al-Baqarah, kemudian beliau SAW ruku' cukup lama, kemudian bangun cukup lama, namun tidak selama berdirinya yang pertama. Kemudian beliau ruku' lagi dengan cukup lama tetapi tidak selama ruku' yang pertama. (HR. Bukhari dan Muslim)

Lebih utama bila pada rakaat pertama pada berdiri yang pertama setelah Al-Fatihah dibaca surat seperti Al-Baqarah dalam panjangnya.
Sedangkan berdiri yang kedua masih pada rakaat pertama dibaca surat dengan kadar sekitar 200-an ayat, seperti Ali Imran.
Sedangkan pada rakaat kedua pada berdiri yang pertama dibaca surat yang panjangnya sekitar 250-an ayat, seperti An-Nisa. Dan pada berdiri yang kedua dianjurkan membaca ayat yang panjangnya sekitar 150-an ayat seperti Al-Maidah.
3. Memperlama Ruku' dan Sujud
Disunnahkan untuk memanjangkan ruku' dan sujud dengan bertasbih kepada Allah SWT, baik pada 2 ruku' dan sujud rakaat pertama maupun pada 2 ruku' dan sujud pada rakaat kedua.

Yang dimaksud dengan panjang disini memang sangat panjang, sebab bila dikadarkan dengan ukuran bacaan ayat Al-Quran, bisa dibandingkan dengan membaca 100, 80, 70 dan 50 ayat surat Al-Baqarah.

Panjang ruku' dan sujud pertama pada rakaat pertama seputar 100 ayat surat Al-Baqarah, pada ruku' dan sujud kedua dari rakaat pertama seputar 80 ayat surat Al-Baqarah. Dan seputar 70 ayat untuk rukuk dan sujud pertama dari rakaat kedua. Dan sujud dan rukuk terakhir sekadar 50 ayat.
Dalilnya adalah hadits shahih yang keshahihannya telah disepakati oleh para ulama hadits.

كَسَفَتِ الشَّمْسُ عَلَى عَهْدِ رَسُول اللَّهِ  فَصَلَّى الرَّسُول  وَالنَّاسُ مَعَهُ فَقَامَ قِيَامًا طَوِيلاً نَحْوًا مِنْ سُورَةِ الْبَقَرَةِ ثُمَّ رَكَعَ رُكُوعًا طَوِيلاً ثُمَّ قَامَ قِيَامًا طَوِيلاً وَهُوَ دُونَ الْقِيَامِ الأْوَّل ثُمَّ رَكَعَ رُكُوعًا طَوِيلاً وَهُوَ دُونَ الرُّكُوعِ الأْوَّل
Dari Ibnu Abbas ra berkata,"Terjadi gerhana matahari dan Rasulullah SAW melakukan shalat gerhana. Beliau beridri sangat panjang sekira membaca surat Al-Baqarah. Kemudian beliau ruku' sangat panjang lalu berdiri lagi dengan sangat panjang namun sedikit lebih pendek dari yang pertama. Lalu ruku' lagi tapi sedikit lebih pendek dari ruku' yang pertama. Kemudian beliau sujud. Lalu beliau berdiri lagi dengan sangat panjang namun sidikit lebih pendek dari yang pertama, kemudian ruku' panjang namun sedikit lebih pendek dari sebelumnya.
(HR. Bukhari dan Muslim).

Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc., MA

Tanda-tanda Malaikat Jibril turun pada malam Lailatul Qodar

TANDA-TANDA MALAIKAT JIBRIL TURUN KEBUMI PADA MALAM LAILATUL QODAR

Tanda-tanda Malaikat Jibril turun kebumi pada malam Lailatul Qodar terhadap orang mu'min ada 3 bagian...Sebagaimana diterangkan oleh Sulthonul Aulia Syekh Abdul Qadir Al Jailani RA, dalam kitabnya : Al Ghunyah, juz 2 :

1. Iqsyi'raru Jildihi
Ia merasa merinding kulitnya.

2. Watarqiiqu Qolbihi
Ia merasa lunak hatinya/mudah menangis.

3. Watadmii'u Ainaihi
Ia menangis tanpa sebab (karena disalami oleh Malaikat Jibril saat itu).

Disisa Ramadhan dan dihari ini, mari kita optimalkan ibadah kita...Semoga Ramadhan tahun ini bukan Ramadhan terakhir untuk kita...

Kemuliaan Menuntut Ilmu Agama

Kemuliaan Menuntut Ilmu Agama

Dari Sahabat Anas رضي الله عنـه mengatakan, Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم bersabda, "Barangsiapa keluar dalam menuntut ilmu, maka ia berada di jalan اَللّهُ sampai ia kembali" (HR. Tirmidzi)

Beliau صلى الله عليه وآله وسلم juga bersabda, "Barangsiapa yg pergi ke masjid dengan keinginan hanya untuk mempelajari suatu kebaikan atau mengajarkannya, maka ia mendapatkan pahala seperti orang yg menunaikan haji dengan sempurna" (HR. Ath-Thabrani dan Hakim, dari Sahabat Abu Umamah رضي الله عنـه)

Dari Sahabat Ibnu Abbas رضي الله عنـه mengatakan bahwa Nabi صلى الله عليه وآله وسلم bersabda, "Pergi untuk mempelajari agama adalah lebih baik disisi اَللّهُ daripada berjihad di jalan-Nya" (HR. Ad-Dailaim)

Nabi صلى الله عليه وآله وسلم juga bersabda, "Barangsiapa memperdalam agama اَللّهُ, maka اَللّهُ mencukupi segala yg menjadi kepentingannya dan memberinya rezeqi yg tak di duga²" (Diriwayatkan oleh Abu Hanifah, dari Sahabat Abdullah bin Harits bin Jaza')

Di dalam Atsar disebutkan, "Sesungguhnya اَللّهُ menanggung rezeqi penuntut ilmu".

Dan Sayyidinal Imam Abdullah bin Alwi Al-Haddad رضي الله عنـه mengatakan, "Ini merupakan tanggungan khusus setelah tanggungan umum yg diberikan اَللّهُ bagi setiap mahkluk yg melata di permukaan bumi. Maka maknanya adalah diberikan tambahan kemudahan, serta dihilangkan kesukaran dan bebannya dalam mencari dan mendapatkan rezeqi"

مـاشــاءاللـــــه لاقـــــوةالابااللــــــــه

("Al-Manhaj As-Sawiy, Syarh Ushul Thariqah As-Sadah Al Ba 'Alawi", Sayyidinal Imam Al-'Allamah Sayyid Zain bin Ibrahim Bin Sumaith)

Tujuh Golongan yang Akan Allah SWT. Naungi di Hari Kiamat

TUJUH  Golongan yang Akan ALLOH SWT. Naungi di Hari Kiamat Kelak.

Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda:

سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللَّهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ: الْإِمَامُ الْعَادِلُ وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ رَبِّهِ وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللَّهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ وَرَجُلٌ طَلَبَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ أَخْفَى حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَا

“Ada TUJUH golongan manusia yang akan mendapat naungan ALLOH SWT pada hari KEBANGKITAN (Kiamat) adalah

1. Pemimpin yang adil.
2. Pemuda yang tumbuh di atas kebiasaan ‘ibadah kepada Rabbnya.
3. Lelaki yang hatinya selalu terpaut dengan masjid.
4. Dua orang yang saling mencintai karena Allah, sehingga mereka tidak bertemu dan tidak juga berpisah kecuali karena ALLOH SWT.
5. Lelaki yang diajak (berzina) oleh seorang wanita bangsawan yang mempunyai kedudukan dan cantik, lalu dia berkata, ‘Aku takut kepada ALLOH ’.
6. Orang yang bersedekah dengan sembunyi-sembunyi, hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya.
7. Orang yang berdzikir kepada Allah dalam keadaan sendiri hingga kedua matanya basah karena menangis.”
(HR. Al-Bukhari no. 620 dan Muslim no. 1712).

Keutamaan 10 hr terakhir bln Ramadhan

Keutamaan 10 hr terakhir bln Ramadhan (Lailatul Qodar).

Bagian 1

Imam Bukhari dan Imam Muslim mengeluarkan hadits dr sayyidatina Aisyah ra. berkata:
"Adalah Nabi SAW jika masuk hr ke 10 terakhir bln Ramadhan mengikat erat kainnya dan menghidup-hidupkan mlmnya dan membangunkan keluarganya (utk beribadah)."

Dlm riwayat Imam Muslim Sayyidatina Aisyah ra. berkata:
"Adlh Nabi SAW bersungguh-sungguh ibdhnya dlm 10 hr terakhir bln Ramadhan dgn ibdh yg tdk sprt pd hr2 yg lain. Beliau mengkhususkan 10 hr terakhir dlm bln Ramadhan dgn amal ibdh yg tdk sprt pd bln2 lainnya.

Imam Dailami mengeluarkan hadits dr sayyidina Anas ra., Nabi SAW bersabda, yg artinya:
"Sesungguhnya Allah SAW memberi kpd ummatku Lailatul Qodar, dan Allah tdk memberikannya kpd ummat2 sebelumnya."
Makna Nuzulul Qur'an

اِنَّاۤ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ ۚ

Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam qadar (malam kemuliaan).
[QS. Al-Qadr: Ayat 1]

Didalam kitab tafsir ibnu katsir di sebutkan disaat manafsirkan ayat ini:

قال ابن عباس وغيره : أنزل الله القرآن جملة واحدة من اللوح المحفوظ إلى بيت العزة من السماء الدنيا ، ثم نزل مفصلا بحسب الوقائع في ثلاث وعشرين سنة على رسول الله صلى الله عليه وسلم .

Ibnu Abbas dan yang lainnya mengatakan bahwa Allah ﷻ menurunkan Al-Qur'an satu kaligus dari Lauh Mahfuz ke Baitul Izzah dilangit dunia. Kemudian diturunkan secara bertahap sesuai dengan keadaan dan kejadian dalam kurun waktu dua puluh tiga tahun kepada Rasulullah ﷺ.

Priode pertama diturunkanya Al-Qur'an yaitu diturunkanya secara utuh dan sekaligus dari Lauh Mahfuz ke Baitul Izzah (langit dunia), terjadi dimalam lailatur qadar (malam kemuliaan) dibulan ramadhan.

Priode kedua yaitu diturunkanya secara berangsur-angsur seperti yang disebutkan dalam ayat:

وَقُرْاٰنًا فَرَقْنٰهُ لِتَقْرَاَهٗ عَلَى النَّاسِ عَلٰى مُكْثٍ وَّنَزَّلْنٰهُ تَنْزِيْلًا
Dan Al-Qur'an (Kami turunkan) berangsur-angsur agar engkau (Muhammad) membacakannya kepada manusia perlahan-lahan dan Kami menurunkannya secara bertahap.
[QS. Al-Isra': Ayat 106]

Priode kedua di turunkanya Al-Qur'an dari Baitul Izzah (langit dunia) kemudian malaikat Jibril turun dengan membawanya kepada Nabi ﷺ Secara bertahap.

Al-Qur'an yang pertama diturunkan secara bertahap kepada Nabi Muhammad ﷺ yaitu ayat: 1-5 Surat Al-Alaq.

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ. خَلَقَ الْإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ. اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ. الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ. عَلَّمَ الْإِنسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ

Menurut imam Ibnu Katsir didalam kitabnya Bidayah wan Nihayah dan juga pakar dan Ahli sejarah yang lain, pertama kali  diturunkan surat 1-5 Al-Alaq ini terjadi pada tanggal 17 ramadhan.

Bagian ke 4
keutamaan 10 hr terakhir bln Ramadhan.

Imam Ibnu Majah dan Imam Baihaqi dr sayyidina Ibnu Abbas ra. berkata:
"Org yg i'tikaf meredam dosa2 dan mengalir baginya pahalanya sprt pahala org yg beramal shaleh seluruhnya."

Imam Bukhari dan Imam Muslim dr sayyidatina Aisyah berkata:
"Adalah Rasulullah SAW beri'tikaf pd 10 hr terakhir bln Ramadhan sampai wafatnya. Kemudian istri2 beliau beri'tikaf sesudah Rasulullah SAW wafat."

Imam Baihaqi meriwayatkan dr sayyidina Hasan bin Ali ra.
"Brg siapa i'tikaf 10 hr dlm bln Ramadhan, adlh ia mendpt pahala sprt 2x haji dan 2x umrah."

Bagian ke 6 keutamaan 10 hr terakhir bln Ramadhan.

Dinamakan Lailatul Qadar, karena semua perkara dan hukum di tetapkan di mlm itu, pd thn tsb hingga thn yg akan dtg. Lalu dilaksanakan penyerahan buku pencatatan itu kpd masing2 Malaikat yg diberimandat, yaitu:
Buku pencatatan rahmat dan adzab diserahkan kpd Malaikat Jibril as.
Buku catatan tentang tumbuh2han dan rezeki diserahkan kpd Malaikat Mikail as.
Buku catatan tentang hujan dan angin diserahkan kpd Malaikat Israfil as.
Buku catatan tentang pencabutan nyawa dan berakhirnya ajal diserahkan kpd Malaikat Izrail as.
Karena Allah SWT berfirman, yg artinya:
"Pada mlm itu dijelaskan segala urusan yg penuh hikmah." (QS. Ad-Dukhan 4).

Atau al-Qadar berarti adh-Dhayyiq (kesempitan atau sesak). Karena pd mlm itu menjadi kesempitan (penuh sesak) oleh byknya para Malaikat yg turun ke bumi.

Walloohu A'lam.

Bersambung...

© all rights reserved
made with by templateszoo