Tampilkan postingan dengan label Opini Islami. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Opini Islami. Tampilkan semua postingan

Pentingnya Maulid Dan Shalawat Atas Nabi

Pentingnya Maulid Dan Shalawat Atas Nabi

Pentingnya Maulid Nabi SAW, sebagai sarana mengingat Baginda Nabi SAW, yang senantiasa di ingat oleh pencipta-Nya. Dengan firman-Nya yang diperintahkan oleh Allah SWT dalam Surat al-Ahzab ayat 56:
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikatNya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu sekalian untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. (Al-Ahzab: 56)
Ibnu Katsir dalam tafsirnya menerangkan makna ayat tersebut bahwa Allah swt menunjukkan kepada manusia derajat tingginya Rasulullah saw sehingga Allah swt membacakan shalawat kepadanya. Dan memerintahkan semua manusia dan juga para malaikat untuk bershalawat juga.
Rasulallah saw.bersabda:
قَالَ رَسُوْلُ الله: لَمَّا اقْتَرَفَ آدَمُ الخَطِيْئَةَ قَالَ: يَا رَبِّ أسْأَلُكَ بِحَقِّ مُحَمَّدٍ لِمَا غَفَرْتَ لِي فَقالَ اللهُ يَا آدَمُ, وَكَيْفَ عَرَفْتَ مُحَمَّدًا وَلَمْ أخْلَقُهُ ؟ قَالَ: يَا رَبِّ لأنَّـكَ لَمَّا خَلَقْتَنِي بِيدِكَ وَنَفَخْتَ فِيَّ مِنْ رُوْحِكَ رَفَعْتُ رَأسِي فَرَأيـْتُ عَلَى القَوَائِمِ العَرْشِ مَكْتُـوْبًا:لإاِلَهِ إلاالله مُحَمَّدُ رَسُـولُ اللهِ, فَعَلِمْتُ أنَّكَ لَمْ تُضِفْ إلَى إسْمِكَ إلا أحَبَّ الخَلْقِ إلَيْكَ, فَقَالَ اللهُ صَدَقْتَ يَا آدَمُ إنَّهُ لاَحَبَّ الخَلْقِ إلَيَّ اُدْعُنِي بِحَقِّهِ فَقـَدْ غَفَرْتُ لَكَ, وَلَوْ لاَمُحَمَّدٌ مَا خَلَقْتُكَ
“Setelah Adam berbuat kesalahan ia berkata kepada Tuhannya: ‘Ya Tuhanku, demi kebenaran Muhammad aku mohon ampunan-Mu’. Allah bertanya (sebenarnya Allah itu maha mengetahui semua lubuk hati manusia, Allah bertanya ini agar Malaikat dan makhluk lainnya yang belum tahu bisa mendengar jawaban Nabi Adam as.):
‘Bagaimana engkau mengenal Muhammad, padahal ia belum kuciptakan?!’ Adam menjawab: ‘Ya Tuhanku, setelah Engkau menciptakan aku dan meniupkan ruh kedalam jasadku, aku angkat kepalaku. Kulihat pada tiang-tiang ‘Arsy termaktub tulisan Laa ilaaha illaLLah Muhammad RasuluLLah. Sejak saat itu aku mengetahui bahwa di samping nama-Mu, selalu terdapat nama makhluk yang paling Engkau cintai’.
Allah menegaskan: ‘Hai Adam, engkau benar, ia memang makhluk yang paling Kucintai. Berdo’alah kepada-Ku bi haqqihi (dengan berkah kebenarannya), engkau pasti Aku ampuni. Kalau bukan karena Muhammad engkau tidak Aku ciptakan’. (HR. al-Hakim, at-Thabrani dan al-Baihaqi).
Di samping itu disampaikan pula hadits yang diriwayatkan oleh Umar dan Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa hakikat Muhammad (Nur Muhammad) adalah sebagai penyebab penciptaan alam, Rasulullah saw bersabda:
يَا عُمَر اَتَدْرِى مَنْ اَنَا، اَنَا الَّذِى خَلَقَ الله عَزَّوَجَلَّ نُوْرِى اَوَّل كُلِ شَيْءٍ فَسَجَدَ لله وَ بَقِى فِي سُجُوْدِهِ سَبْعَمِاَئَة عَام وَلاَ فَخْرَ. يَا عُمَر اَتَدْرِى مَنْ اَنَا، اَنَا الَّذِى خَلَقَ الله القَلَمَ وَ اللَوْحَ وَ العَرْشَ وَالكُرْسِى وَالعَقْلَ الأَوَّلَ وَ نُوْرَ الإِيْمَانِ مِنْ نُوْرِى
"Wahai Umar, apakah engkau ingin tahu siapa saya? Saya adalah yang Allah pertama kali ciptakan cahayaku sebelum segala sesuatu, maka sujudlah cahayaku itu kepada Allah hingga tujuh ratus tahun dan tidak sombong. Wahai Umar, apakah engkau ingin tahu siapa saya? Saya adalah yang dari cahayaku Allah telah ciptakan qolam, lauh, arsy, kursi, akal pertama dan cahaya iman".
Allah berfirman,
قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ
Katakanlah wahai Muhammad, ‘aku adalah manusia seperti kalian, tetapi aku mendapatkan wahyu dari Allah’. (QS. Al-Kahfi: 110).
Beliau manusia, tetapi bukan manusia biasa, karena menerima ayat Allah SWT dan Allah SWT pun bershalawat kepada Baginda Nabi SAW. Maka sepantasnyalah kita melaksanakan Maulid Nabi SAW, sebagai sarana mengingat kembali Baginda Nabi SAW dan sarana membaca Shalawat kepada Baginda Nabi SAW.
عَنْ عَبْدِاللهِ بْنِ عَمْرٍو بْنِ الْعَاصِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا اَنَّهُ سَمِعَ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا رواه مسلم
“Sesungguhnya Amr bin al Ash RA mendengar Rasulullah SAW bersabda “Barang siapa yang membaca shalawat sekali saja, Allah SWT akan memberi rahmat padanya sebanyak sepuluh kali” Allah SWT memerintahkan malaikat untuk selalu memohonkan doa kebaikan dan memintakan ampun bagi orang tersebut. Hal itu, terlebih jika ia membaca dengan hati hadir (hati yang fokus dan khusu’), tentunya mempunyai nilai tersendiri di mata-Nya. Semua hari baik, namun, ketika hari Jumat sebagai Sayyid al Ayyam (rajanya hari), umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak membaca shalawat, seperti sabda Nabi Muhammad SAW:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم إِنَّ مِنْ اَفْضَلِ اَيَّامِكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فَاَكْثِرُوْا عَلَيَّ مِنَ الصَّلاَةِ فِيْهِ فَاِنَّ صَلاَتَكُمْ مَعْرُوْضَةٌ عَلَيَّ رواه ابو داود
Sabda Rasulullah SAW “Hari yang paling mulia adalah hari Jum’at, maka perbanyaklah shalawat di hari itu, karena shalawat kalian dihaturkan kepangkuanku”. Macam-macam Shalawat dan Faidahnya Banyak macam shalawat yang berkembang dan dikenal di masyarakat. Shalawat tersebut memiliki ciri khas dan faidah tersendiri. Namun, perlu diketahui, shalawat terbagi menjadi dua jenis, yaitu Shalawat Ma’tsurah dan Ghairu Ma’tsurah. Shalawat Ma’tsurah adalah shalawat yang secara redaksi terdapat tuntunan langsung dari Rasulullah SAW dalam hadis, sedangkan shalawat Ghairu Ma’tsurah adalah yang disusun dan dikarang oleh para ulama melalui berbagai kejadian dan latar belakang. Para ulama menyusun shalawat tersebut dengan riyadhah dan tirakat, meminta petunjuk kepada Allah. Di bawah ini kami ulaskan beberapa macam shalawat yang semuanya Ghairu Ma’tsurah, kecuali Shalawat Ibahimiyah yang diajarkan langsung oleh Rasulullah, beserta cara mengamalkannya dan apa faidahnya:
(صَلَوةُ الْفَاتِحِ)
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ وَ بَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَ مَوْلَانَا مُحَمَّدٍ الْفَاتِحِ لِمَا أُغْلِقَ، وَ الْخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ، نَاصِرِ الْحَقِّ بِالْحَقِّ وَ الْهَادِيْ إِلِى صِرَاطِكَ الْمُسْتَقِيْمِ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ عَلَى آلِهِ وَ أَصْحَابِهِ حَقَّ قَدْرِهِ وَ مِقْدَارِهِ الْعَظِيْمِ
Untuk shalawat ini, sebaiknya diamalkan setelah malakukan puasa Daud 41 hari dengan nyirih atau تَركُ الرُّوْحِ (menghindari semua yang bernyawa, semisal ikan, telur, daging). Doa dan shalawat tersebut dibaca ba’da shalat fardu dan shalat hajat 1x. Faidah shalawat ini sesuai dengan maknanya, yaitu membukakan segala sesuatu yang tertutup atas izin Allah. Sesuatu yang sebelumnya tertutup, dan belum mendapatkan solusinya, shalawat ini berisi permohonan kepada Allah agar membukannya.
(صَلَوةُ طِبِّ الْقُلُوْبِ)
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ طِبِّ الْقُلُوْبِ وَ دَوَائِهَا وَعَافِيَةِ الْأَبْدَانِ وَ شِفَائِهَا وَ نُوْرِ الْأَبْصَارِ وَ ضِيَائِهَا وَقُوْتِ الْأَرْوَاحِ وَ غِذَائِهَا وَ عَلَى آلِهِ وَ صَحْبِهِ وَ سَلِّمْ
Shalawat ini dibaca 3, 7, atau 11 kali setelah shalat maktubah. Shalwat ini bisa digunakan untuk mengobati orang sakit dengan membacanya 3 kali, kemudian ditiupkan ke air, lalu diminumkan kepada orang yang sakit itu.
(صَلَوةُ نُوْرِ الْأَنْوَارِ)
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى نُوْرِ الْأَنْوَارِ وَ سِرِّ الْأَسْرَارِ وَ تِرْيَاقِ الْأَغْيَارِ وَ مِفْتَاحِ بَابِ الْيَسَارِ سَيِّدِنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ الْمُخْتَارِ وَ آلِهِ الْأَطْهَارِ وَ أَصْحَابِهِ الْأَخْيَارِ عَدَدَ نِعَمِ اللَّهِ وَ إِفْضَالِهِ
Shalawat ini dibaca 3 kali setelah shalat fardlu. Faidahnya ada di bagian مِفْتَاحِ بَابِ الْيَسَارِ (kunci pembuka kemudahan), sehingga dengan membaca shalawat ini, memohon kepada Allah agar dibukan pintu kemudahan dari berbagai kesulitan.
(صَلَوةُ النُّوْرِ الذَّاتِيِّ)
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ النُّوْرِ الذَّاتِيِّ وَ السِّرِّ السَّارِيِّ فِي سَائِرِ الْأَسْمَاءِ وَ الصِّفَاتِ
Shalawat ini, dibaca 7 kali ba’da shalat fardlu. Sebelumnya, melakukan puasa tiga hari dengan nyirih atau تَرْكُ الرُّوْحِ(tidak makan yang bernyawa, hanya boleh makanan nabati). Untuk mengobati anak kecil yang menangis tidak wajar, bisa dengan menuliskan shalawat ini secara sempurna. Pada huruf Mim kedua (mim yang tengah) pada lafadz مُحَمَّدٍ dibesarkan, dan di dalam huruf mim tadi ditulis nama anak yang menangis itu, kemudian dilipat dan dikalungkan pada anak tersebut. Insyaallah mujarab.
(صَلَوةُ كَمَالِيَّة)
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ وَ بَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ كَمَا لَا نِهَايَةَ لِكَمَالِكَ وَ عَدَدَ كَمَالِهِ
Shalawat ini, dibaca ba’da maktubah, sebanyak-banyaknya. Boleh juga dibaca setiap waktu tanpa ketentuan. Menurut penuturan Habib Muhammad as Segaf bahwa membaca shalawat ini satu kali sama dengan membaca shalawat biasa 1000 kali.
(صَلَوةُ الْمُنْجِيَاتِ)
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً تُنْجِيْنَا بِهَا مِنْ جَمِيْعِ الْأَهْوَالِ وَ الآفَاتِ، وَ تَقْضِيْ لَنَا بِهَا جَمِيْعَ الْحَاجَاتِ، وَ تُطَهِّرُنَا بِهَا مِنْ جَمِيْعِ السَّيِّئَآتِ، وَ تَرْفَعُنَا بِهَا عِنْدَكَ أَعْلَى الدَّرَجَاتِ، وَتُبَلِّغُنَا بِهَا أَقْصَى الْغَايَاتِ مِنْ جَمِيْعِ الْخَيْرَاتِ فِي الْحَيَاتِ وَ بَعْدَ الْمَمَاتِ
Shalawat ini dibaca 7 kali ba’da Maktubah. Shalawat ini untuk meminta kepada Allah, agar dengan rahmat-Nya dapat menyelamatkan dari semua keadaan yang mendebarkan dan semua cobaan. Selain itu juga dapat meminta dikabulkan segala hajat, membersihkan diri dari semua keburukan/kesalahan, mengangkat derajat dan meminta disampaikan kepada maksud yang baik, baik ketika hidup maupun ketika sudah meninggal.
(صَلَوةُ النَّارِيَّةِ)
اَللَّهُمَّ صَلِّ صَلَاةً كَامِلَةً وَ سَلِّمْ سَلَامًا تَآمًّا عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الَّذِيْ تَنْحَلُّ بِهِ الْعُقَدُ, وَ تَنْفَرِجُ بِهِ الْكُرَبُ، وَ تُقْضَى بِهِ الْحَوَائِجُ, وَ تُنَالُ بِهِ الرَّغَائِبُ، وَ حُسْنُ الْخَوَاتِمِ، وَ يُسْتَسْقَى الْغَمَامُ بِوَجْهِهِ الْكَرِيْمِ، وَ عَلَى آلِهِ وَ صَحْبِهِ فِي كُلِّ لَمْحَةٍ وَ نَفَسٍ بِعَدَدِ كُلِّ مَعْلْوْمٍ لَكَ
Untuk mengamalkan puasa ini, dengan melakukan puasa 7 hari mutih (hanya makan nasi putih dan air ketika berbuka dan sahur). Selama dalam puasa, shalawat tersebut, setelah shalat fardlu, dibaca 33 kali. Kemudian, ba’da qiyamullail (shalat malam) dibaca 133 kali. Setelah selesai puasa, dibaca 1 kali setiap ba’da shalat. Bisa juga dibaca 7, 11, atau 21 kali ba’da maktubah. Shalawat ini untuk memohon kepada Allah agar dikabulkan hajatnya. Untuk hajat yang besar bisa dibaca 4444 kali sendirian atau berjamaah dan waktunya bebas, kapanpun dapat dilakukan.
(صَلَوةُ الْهَيْبَةِ)
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً تُلْقِي بِهَا الرُّعْبَ وَ الْهَيْبَةَ وَ الْفَشَلَ وَ الْمَوْتَ فِي قُلُوْبِ الْكَافِرِيْنَ وَ الظَّلِمِيْنَ وَ الْحَاسِدِيْنَ وَ الطَّاغِيْنَ وَ الْمُنَافِقِيْنَ وَ الْمُتَجَبِّرِيْنَ وَ عَلَى آلِهِ وَ صَحْبِهِ وَ بَارِكْ وَ سَلِّمْ
Shalawat ini, dibaca 5 kali ba’da maktubah, kecuali setelah Maghrib dibaca 25 kali. Shalawat ini dipergunakan untuk menggetarkan dan membuat ketakutan di hati orang-orang kafir, orang dzalim, hasud, para penindas, orang munafik, dan orang yang angkuh.
(صَلَوةُ جَلْبِ الرِّزْقِ)
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ وَ بَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ بِعَدَدِ أَنْوَاعِ الرِّزْقِ وَ الْفُتُوْحَاتِ، يَا بَاسِطُ الَّذِيْ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَآءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ، اُبْسُطْ عَلَيْنَا رِزْقًا وَاسِعًا مِنْ كُلِّ جِهَةٍ مِنْ خَزَآئِنِ غَيْبِكَ بِغَيْرِمِنَةِ مَخْلُوْقٍ مَحْضِ فَضْلِكَ وَ كَرَمِكَ يَارَحْمَنُ
Shalawat ini dibaca 3 atau 7 kali ba’da maktubah dengan faidah menarik rezeki dari segala arah.
(صَلَوةُ تَوَسُّعِ الْأَرْزَاقِ)
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً تُوَسِّعُ بِهَا عَلَيْنَا الْأَرْزَاقَ وَتُحَسِّنُ بِهَا لَنَا الْأَخْلَاقَ وَ عَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَ سَلِّمْ
Shalawat ini dibaca 3 atau 7 kali ba’da maktubah. Shalawat ini secara khusus untuk memohon kepada Allah agar diluaskan rezekinya dan dikaruniai akhlak yang baik.
(صَلَوةُ الْفَرَجِ)
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ وَ بَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَ صَحْبِهِ صَلَاةَ عَبْدٍ قَلَّتْ حِيْلَتُهُ, وَ رَسُوْلُ اللهِ وَسِيْلَتُهُ, وَ أَنْتَ يَا إِلَهِيْ وَ لِكُلِّ كَرْبٍ عَظِيْمٍ فَفَرِّجْ عَنَّا مَا نَحْنُ فِيْهِ بِسِرِّ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Shalawat ini dibaca kapanpun dan tidak terbatasi oleh jumlah. Kegunaannya untuk meminta kepada Allah agar diberi kekuatan dan daya untuk menghadapi kesulitan yang melanda dengan mengandalkan kesaktian, kekuatan rahasia, dan kemujaraban basmalah. Shalawat ini sebaiknya digabung dengan Hizb Nawaw atau bisa juga digabung dengan doa surat al Fatihah sebanyak tiga kali. Berikut bacaan doa al Fatihah:
اَلْحَمْدُ اللهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ حَمْدًا يُوَافِي نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ، يَارَبَّنَالَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِي لِجَلاَلِ وَجْهِكَ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ ، اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ بِحَقِّ الْفاَتِحَةِ الْمُعَظَّمَةِ وَالسَّبْعِ الْمَثَانِيْ وَالْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ ، أَنْ تَفْتَحَ لَنَا بِكُلِّ خَيْرٍ، وَأَنْ تَتَفَضَّلَ عَلَيْنَا بِكُلِّ خَيْرٍ، وَأَنْ تَجْعَلَنَا مِنْ أَهْلِ الْخَيْرِ، وَأَنْ تُعَامِلَنَا يَا مَوْلاَنَا مُعَامَلَتَكَ لِأَهْلِ الْخَيْرِ، وَأَنْ تَحْفَظَنَا فِي أَدْيَانِنَا وَأَنْفُسِنَا وَأَوْلاَدِنَا وَأَهْلِيْنَا وَأَصْحَابِنَا وَأَحْبَابِنَا مِنْ كُلِّ مِحْنَةٍ وَفِتْنَةٍ وَبُؤْسٍ وَضَيْرٍ، إِنَّكَ وَلِيُّ كُلِّ خَيْرٍ وَمُتَفَضَّلٌ بِكُلِّ خَيْرٍ وَمُعْطٍ لِكُلِّ خَيْرٍ * يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
(صَلَوةُ الْحَجِّيَّاتِ)
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً وَسَلَامًا تُبَلِّغُنَا بِهِمَا حَجَّ بَيْتِكَ الْحَرَامِ، وَتَرْزُقُنَا بِهِمَا زِيَارَةَ قَبْرِ نَبِيِّكَ عَلَيْهِ أفْضَلُ الصَّلَاةِ وَأَزْكَى السَّلَامِ فِى لُطْفٍ وَعَافِيَةٍ وَبَرَكَةٍ وَبُلُوْغِ الْمَرَامِ عَدَدَ خَلْقِكَ وَرِضَا نَفْسِكَ وَزِنَةَ عَرْشِكَ وَمِدَادَ كَلِمَتِكَ
Shalawat ini dibaca di waktu kapanpun dan dalam jumlah berapapun asal rutin dan istikamah. Tujuannya meminta kepada Allah agar segera diberangkatkan menuju tanah suci untuk beribadah haji.
(صَلَوةُ الْبَدَوِي الكُبْرَى)
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَباَرِكْ عَلىَ سَيِّدِناَ وَمَوْلَاناَ مُحَمَّدٍ شَجَرَةِ اْلأَصْلِ النُّوْرَانِيَّةِ، وَلَمْعَةِ الْقَبْضَةِ الرَّحْمَانِيَّةِ، وَأَفْضَلِ الْخَلِيْقَةِ اْلإِنْسَانِيَّةِ، وَ أَشْرَفِ الصُّوْرَةِ الْجِسْمَانِيَّةِ، وَمَعْدِنِ اْلأَسْرَارِ الرَّبَّانِيَّةِ، وَخَزَائِنِ الْعُلُوْمِ اْلإِصْطِفَآئِيَّةِ، صَاحِبِ الْقَبْضَةِ اْلأَصْلِيَّةِ، وَالْبَهْجَةِ السَّنِيَّةِ، وَالرُّتْبَةِ الْعَلِيَّةِ، مَنِ انْدَرَجَتِ النَّبِيُّوْنَ تَحْتَ لِوَآئِهِ، فَهُمْ مِنْهُ وَ إِلَيْهِ، وَصَلِّ وَسَلِّمْ وَباَرِكْ عَلَيْهِ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ عَدَدَ مَاخَلَقْتَ، وَرَزَقْتَ وَأَمَتَّ وَأَحْيَيْتَ اِلَى يَوْمِ تَبْعَثُ مَنْ أَفْنَيْتَ، وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًاكَثِيْرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Shalawat ini mempunyai faidah untuk meminta kepada Allah agar dikaruniai kewibawaan dan dikabulkan segala hajatnya. Shalawat ini dibaca 100 kali di waktu yang tidak ditentukan, namun alangkah baiknya dibaca ketika malam hari.
(صَلَوةُ المُخَاطَبِ)
اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ قَدْ ضَاقَتْ حِيْلَتىِ أَدْرِكْنِى يَارَسُوْلَ اللهِ
Shalawat ini bisa dibaca kapan saja dan berapa saja, sebaiknya dibaca dengan istikamah. Faidah membaca shalawat ini adalah untuk meminta pertolongan kepada Allah dengan wasilah Rasulullah SAW untuk menyelesaikan masalah-masalah yang berat, susah, dan sangat memperihatinkan yang tidak bisa dijangkau oleh pikiran dan tenaga manusia dalam artian sedang kepepet oleh sebuah masalah. Menurut cerita, pengarang shalawat mukhatab, Syaikh Hamid Affandi al ‘Imadi, ketika menyusun shalawat ini, dalam kondisi terjepit karena penguasa waktu itu dzalim. Banyak ulama dibunuh termasuk shahibu shalawat mukhatab yang dikejar-kejar dan akan dibunuh. Akhirnya beliau bertawassul kepada Rasulullah dengan shalawat itu ادركني يارسول الله, yaitu meminta dijemput ole Rasulullah agar selamat. Benar saja, ketika beliau terjepit, Rasul datang dan menjemput beliau, lalu akhirnya selamat.
(صَلَوةُ الإبراهيمية)
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سيدنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سيدنا إِبْرَاهِيْمَ و بَارِكْ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سيدنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سيدنا إِبْرَاهِيْمَ فِي الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدُ مَجِيْدٌ
Shalawat ini bisa dibaca secara istikamah 3 atau 7 kali setelah shalat Isya. Shalawat ini adalah shalawat yang ma’tsur dari Rasulullah SAW, karena banyak Muhadis dan perawi meriwayatkan hadis yang secara redaksional terdapat shalawat ini. Beberapa ahlul hadis yang meriwayatkannya adalah Imam al Bukhary dan Muslim dalam Shahih mereka. At Tirmidzi, an Nasa’i, Abu Daud dalam sunan mereka juga meriwayatkanya. Begitu juga Imam malik dalam al Muwatha’-nya juga meriwatkannya. Imam al-Hafidz al ‘Iraqy dan as Sakhawy menyebut hadis itu adalah Muttafaq Alaih. Dalam redaksi hadis yang diriwayatkan oleh al Bukhari dalam Shahih-nya, Rasulullah bersabda:
مَنْ قَالَ هَذِهِ الصَّلاَةَ شَهِدْتُ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِالشَّهَادَةِ وَشَفَعْتُ لَهُ
“Barang siapa membaca shalawat ini, maka aku bersaksi untuknya di hari kiamat dengan sebuah persaksian dan memberinya syafaat”.
(صَلَوةُ البَدْرِ)
صَـلاَةُ اللهِ سَـلاَمُ اللهِ *** عَـلَى طـهَ رَسُـوْلِ اللهِ
صَـلاَةُ اللهِ سَـلاَمُ اللهِ *** عَـلَى يـَس حَبِيْـبِ اللهِ
تَوَ سَـلْنَا بِـبِـسْـمِ اللّهِ *** وَبِالْـهَادِى رَسُـوْلِ اللهِ
وَ كُــلِّ مُجَـا هِـدِ لِلّهِ *** بِاَهْـلِ الْبَـدْرِ يـَا اَللهُ
اِلهِـى سَـلِّـمِ اْلاُمـَّة *** مِـنَ اْلافـَاتِ وَالنِّـقْـمَةَ
وَمِنْ هَـمٍ وَمِنْ غُـمَّـةٍ *** بِاَ هْـلِ الْبَـدْرِ يـَا اَللهُ
اِلهِى نَجِّـنَا وَاكْـشِـفْ *** جَـمِيْعَ اَذِ يـَّةٍ وَاصْرِفْ
مَـكَائـدَ الْعِـدَا وَالْطُـفْ *** بِاَ هْـلِ الْبَـدْرِ يـَا اَللهُ
اِلهِـى نَـفِّـسِ الْـكُـرَبَا *** مِنَ الْعَـاصِيْـنَ وَالْعَطْـبَا
وَ كُـلِّ بـَلِـيَّـةٍ وَوَبـَا *** بِاَهْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
فَكَــمْ مِنْ رَحْمَةٍ حَصَلَتْ *** وَكَــمْ مِنْ ذِلَّـةٍ فَصَلَتْ
وَكَـمْ مِنْ نِعْمـَةٍ وَصَلَـتْ *** بِاَهْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
وَ كَـمْ اَغْـنَيْتَ ذَالْعُـمْرِ *** وَكَـمْ اَوْلَيْـتَ ذَاالْفَـقْـرِ
وَكَـمْ عَافَـيـْتَ ذِاالْـوِذْرِ *** بِاَ هْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
لَـقَدْ ضَاقَتْ عَلَى الْقَـلْـبِ *** جَمِـيْعُ اْلاَرْضِ مَعْ رَحْبِ
فَانْـجِ مِنَ الْبَلاَ الصَّعْـبِ *** بِاَهْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
ا َتَيـْنَا طَـالِـبِى الرِّفْـقِ *** وَجُـلِّ الْخَـيْرِ وَالسَّـعْدِ
فَوَ سِّـعْ مِنْحَـةَ اْلاَيـْدِىْ *** بِاَ هْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
فَـلاَ تَرْدُدْ مَـعَ الْخَـيـْبَةْ *** بَلِ اجْعَلْـنَاعَلَى الطَّيْبـَةْ
اَيـَا ذَاالْعِـزِّ وَالْهَـيـْبَةْ *** بِاَ هْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
وَ اِنْ تَرْدُدْ فَـمَنْ نَأْتـِىْ *** بِـنَيـْلِ جَمِيـْعِ حَاجَا تِى
اَيـَا جَـالِى الْمُـلِـمـَّاتِ *** بِاَ هْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
اِلهِـى اغْفِـرِ وَاَ كْرِ مْنَـا *** بِـنَيـْلِ مـَطَا لِبٍ مِنَّا
وَ دَفْـعِ مَسَـاءَةٍ عَـنَّا *** بِاَ هْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
اِلهِـى أَنْـْتَ ذُوْ لُطْـفٍ *** وَذُوْ فَـضْلٍ وَذُوْ عَطْـفٍ
وَكَـمْ مِنْ كُـرْبـَةٍ تَنـْفِىْ *** بِاَ هْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
وَصَلِّ عَـلَى النـَّبِىِّ الْبَـرِّ *** بـِلاَ عَـدٍّ وَلاَ حَـصْـرِ
وَالِ سَـادَةٍ غُــــرِّ *** بِاَ هْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
Shalawat ini disusun oleh seorang kiai asli Indonesia pada tahun 1960-a, bernama KH. Ali Manshur, seorang cucu dari KH Muhammad Siddiq dari Jember dan keponakan KH. Ahamad Qushairi, pengarang kitab Tanwir al Hija. Tersusunnya shalawat ini lantaran keresahaan beliau memikirkan pergolakan politik yang ada di Indonesia dengan semakin menguatnya PKI di daerah pedesaan. Warga NU (Nahdliyin) mulai terdesak oleh segala intervensi yang dilakukan PKI. Dominasi kekuasaan PKI di Indonesia pun mulai terlihat. Bahkan mereka sudah mulai berani membunuh Kiai-Kiai yang ada di desa yang senantiasa menjaga, mengayomi dan membimbing masyarakat di pedesaan. Shalawat Badriyah sejak lama kerap dilantunkan oleh kaum muslimin jika hendak memulai pengajian atau acara keagamaan lainnya. Dinamakan Shalawat Badriyah karena mengacu kepada bait pengharapan berkah dari para sahabat Nabi yang berperang di perang Badar. Shalawat Badriyah memiliki 28 bait dan mengandung beragam fadilah (manfaat) yang besar bagi siapa saja yang mengamalkannya. Di antaranya Shalawat ini untuk memohon keselamatan dan menghilangkan segala kesusahan, kesempitan dan segala yang menyakitkan. Selain itu, Shalawat Badriyah juga untuk memohon selamat dari bahaya musuh, untuk menangkis orang-orang yang berbuat kemaksiatan dan kerusakan, juga agar dihindarkan dari segala marabahaya dan bencana. Shalawat ini juga untuk memohon keuntungan, meluaskan rizki serta mendapatkan keberkahan untuk mendapatkan pahala yang besar. Demikian beberapa macam shalawat dan faidahnya masing-masing. Pada dasarnya, shalawat-shalawat di atas, faidahnya sesuai dengan kandungan maknanya masing-masing. Namun, soal waktu dan jumlah ada semacam trik-trik khusus yang diijazahkan oleh para ulama dan kiai melalui proses riyadhah atau tirakat. Semoga bermanfaat, selamat mencoba.

5 Hukum Bi'ah Lughowi Di Dalam Menterjemahkan Al-Qur'an

الحمد لله رب العالمين ، والصلاة والسلام على سيدنا محمد وعلى آل بيته الطيبين الطاهرين ، وعلى صحابته الغر الميامين ، أمناء دعوته ، وقادة ألويته ، وارضَ عنا وعنهم يا رب العالمين ، اللهم أخرجنا من ظلمات الجهل و الوهم إلى أنوار المعرفة والعلم ، ومن وحول الشهوات إلى جنات القربات

Shonzum shakiri : jumhur ulama membagi bid'ah lughowi ( sesuatu yg baru yg tidak ada di zaman raasul ) menjadi 5 hukum : ada bid'ah wajib contohnya ( pembukuan al quran di masa pemerintahan abu bakar" yg semula dilarang oleh rasul karna khawatir tercampurnya al qur an dan al hadist, tapi karna banyaknya penghafal yg wafat pada suatu peperangan sehingga Al-quran di kumpulkan kemudian dijadikan mushap pada pemerintahan khalifah ustman," ada yg hukumnya sunnah seperti ( membuat harkat pada setiap hurup dalam al quran yang kita baca sekarang ini ) karna dulu al quran ter cecer dan di tulis tanpa baris, kalau tidak ada bid'ah hasanah kita tdak bisa mudah baca alqur an seperti sekarang ini", pambangunan gedung2, kantor, sekolah pada masa pemerintahan khulafa urrosyidin dll ada yg, mubah, dan haram...
2. hadist yg berbunyi

  مَن سَنَّ في الإِسلام سُنَّة حَسَنَة فله أجرُها وأجرُ من عمل بها من بعده ، من غير أن يَنْقُصَ من أجورهم شيء ، ومن سَنَّ في الإِسلام سُنَّة سيِّئة كان عليه وِزْرُها وَوِزْرُ مَنْ عمل بها من بعده ، من غير أن ينقُصَ من أوزارهم شيء
مسلم والنسائي عن جرير بن عبد الله البجلي

 yg artinya barang siapa yang memulai sesuatu yg baru yg baik ( yang belum ada pada masa rasul Alloh dan bisa di kembalikan kepada al qur an dan hadist ) maka ia akan mendapatkan pahala dari orang yg mengikutinya,,""dst..
berdasarkan hadist ini, juga jumhur ulama membagi bid'ah menjadi 2 bagian,,
yakni hasanah dan dholalah""
pertaanyaan "?
dapat dalil dari mana bahwa ada pembagian bid'ah menjadi bid'ah duniawi dan bid'ah dalam ibadah saja"???

وَلِكُلٍّ دَرَ‌جَاتٌ مِّمَّا عَمِلُوا ۚ وَمَا رَ‌بُّكَ بِغَافِلٍ عَمَّا يَعْمَلُونَ
Dan masing-masing orang memperoleh derajat-derajat (seimbang) dengan apa yang dikerjakannya. Dan Tuhanmu tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan

Sekarang mari kita telaah perkataan Sayyidina Umar, dimana akan kita dapati suatu sebab munculnya perlawanan Sunnah dalam arti tutur kata dan prilaku Kanjeng Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم.

ذات يوم حدث نفسه؛ فأرسل إلى ابن عباس- رضي الله عنه – فقال: ” كيف تختلف هذه الأمة ونبيها واحد، وكتابها واحد، وقبلتها واحدة؟
فقال ابن عباس : ” يا أمير المؤمنين إنا أنزل علينا القرآن فقرأناه وعلمنا فيم أنزل، وإنه سيكون بعدنا أقوام يقرأون القرآن ولا يعرفون فيم نزل، فيكون لكل قوم فيه رأي، فإذا كان لكل قوم فيه رأي اختلفوا، فإذا اختلفوا اقتتلوا، فزبره عمر وانتهره، فانصرف ابن عباس، ثم دعاه بعد فعرف الذي قال، ثم قال: إيه أعد علي” سنن سعيد بن منصور 1/176
“Suatu hari beliau menceritakan dirinya (Umar), maka beliau kirimkan pada Sayyidina Ibni Abbas: Bagaimana bisa Ummat ini berselisih, padahal Nabinya, kitabnya dan qiblatnya satu?  
Ibnu Abbas berkata: Wahai Amirul Mukminin sesungguhnya kita dituruni Al Quran, kemudian kami membaca dan mengetahuinya, sesungguhnya akan ada suatu kaum setelah kita, mereka membaca Al Quran dan tidak memahami apa yang diturunkan, maka bagi tiap tiap kaum itu suatu pandangan/pendapat yang berbeda beda, maka ketika mereka saling berbeda, mereka saling memerangi, maka Sayyidina umur memotong bicaranya (Ibnu Abbas) dan membentaknya, 
Ibnu Abbas kemudian berlalu, kemudian Sayyidina Umar memanggilnya kembali sehingha Ibnu Abbas tahu apa yang dikatakan Sayyidina Umar, beliau berkata: Heh!!!  Kembali kepadaku”

Pertama adalah ketidak fahaman Al Quran, dimana sebab inilah muncul pendapat pendapat yang bertentangan dengan konteks sebuah ayat.
Kita tahu bahwa dalam rangka memahami Al Quran dibutuhkan seperangkat ilmu yang sangat banyak, mulai dari ilmu bahasa, gaya rangkaian bahasa atau balaghoh, gaya percakapan atau mantiq, riwayat, dll.
================
Apalagi sebuah pendapat yang mengatakan bahwa Al Quran harus diartikan apa adanya, sedangkan apa adanya sendiri itu juga tidak jelas tolak ukurnya, nah mengartikan Al Quran dengan apa adanya inilah yang ternyata kemudian memunculkan pendapat pendapat baru yang terkadang antara satu kelompok dengan kelompok yang lainnya saling bertentangan. Bahkan pertentangan itu bisa terjadi dalam satu kelompok saja.
——————————————
Kemudian seperti yang ada di Sunan Dar Quthni, Sayyidina Umar berkata:
: ” إياكم وأصحاب الرأي فإنهم أعداء السنن، أعيتهم الأحاديث أن يحفظوها فقالوا بالرأي، ضلوا أضلوا ”
“Takutlah kalian akan pemakai logika, mereka mengkonsumsi hadits hadits untuk dihafalnya, maka mereka berkata dengan pendapatnya, mereka sesat dan menyesatkan”
————————
Disini semakin jelas, munculnya pendapat pendapat baru akibat keberanian mengartikan Al Quran berdasarkan akan ketidakfahaman itulah yang sebenarnya melahirkan musuh musuh sunnah.
Kemudian kerusakan itu semakin diperparah oleh sifat pede mereka bahwa sebenarnya mereka kembali kepada Al Quran dan Hadits, semakin rusak lagi mereka dengan pedenya mengaku sebagai golongan yang paling faham akan  jalan yang ditempuh oleh para Salaf dalam memahami Al Quran dan Hadits.


Apa Itu SYARI'AT THORIQAH HAQIQAH MA'RIFAT? (Status : Ustadz Badru Zaman)


Dalam kehidupan sehari-hari sering kita dengar istilah-istilah agama yang kadang-kadang pengertian masyarakat masih rancu, istilah tersebut antara lain :Syariat Thariqah Haqiqah Ma’rifah

1. SYARIAT 

Adalah hukum Islam yaitu Al qur’an dan sunnah Nabawiyah / Al Hadist yang merupakan sumber acuan utama dalam semua produk hukum dalam Islam, yang selanjutnya menjadi Madzhab-madzhab ilmu Fiqih, Aqidah dan berbagai disiplin ilmu dalam Islam yang dikembangkan oleh para ulama dengan memperhatikan atsar para shahabat ijma’ dan kiyas. 

Dalam hasanah ilmu keislaman terdapat 62 madzhab fiqh yang dinyatakanmu’tabar (Shahih dan bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya) oleh para ulama. Sedangkan dalam hasanah ilmu Tuhid (keimanan), juga dikenal dengan ilmu kalam. 
Ahirnya ummat Islam terpecah menjadi 73 golongan / firqah dalam konsep keyakinan. 

Perbedaan ini terdiri dari perbedaan tentang konsep konsep, baik menyangkut keyakinan tentang Allah SWT, para malaikat, kitab kitab Allah, para Nabi dan Rasul, Hari Qiamat dan Taqdir.
Namun dalam masalah keimanan berbeda dengan Fiqih. 
Dalam Fiqh masih ada toleransi atas perbedaan selama perbedaan tersebut tetap merujuk pada Al Qur’an dan Sunnah, dan sudah teruji kebenarannya serta diakui kemu’tabarannya oleh para ulama yang kompeten. 
Akan tetapi dalam konsep keimanan, dari 73 golongan yang ada, hanya satu golongan yang benar dan menjadi calon penghuni surga, yaitu golongan yang konsisten / istiqamah berada dibawah panji Tauhidnya Rasulullah SWA dan Khulafa Ar Rasyidiin Al Mahdiyyin yang selanjutnya dikenal dengan Ahlu As Sunnah wal Jamaah. 
Sedangkan firqah / golongan lainnya dinyatakan sesat dan kafir. Jika tidak bertaubat maka mereka terancam masuk dalam neraka. Na’udzubillah.

2. THARIQAH

Adalah jalan / cara / metode implementasi syariat. Yaitu cara / metode yang ditempuh oleh seseorang dalam menjalankan Syariat Islam, sebagai upaya pendekatannya kepada Allah Swt. Jadi orang yang berthariqah adalah orang yang melaksanakan hukum Syariat, lebih jelasnya Syariah itu hukum dan Thariqah itu prakteknya / pelaksanaan dari hukum itu sendiri.

THARIQAH ADA 2 (DUA) MACAM :

Thariqah ‘Aam : adalah melaksanakan hukum Islam sebagaimana masyarakat pada umumnya, yaitu melaksanakan semua perintah, menjauhi semua larangan agama Islam dan anjuran anjuran sunnah serta berbagai ketentuan hukum lainnya sebatas pengetahuan dan kemampuannya tanpa ada bimbingan khusus dari guru / mursyid / muqaddam.

Thariqah Khas : Yaitu melaksanakan hukum Syariat Islam melalui bimbingan lahir dan batin dari seorang guru / Syeikh / Mursyid / Muqaddam. 
Bimbingan lahir dengan menjelaskan secara intensif tentang hukum-hukum Islam dan cara pelaksanaan yang benar. Sedangkan bimbingan batin adalah tarbiyah rohani dari sang guru / Syeikh / Mursyid / Muqaddam dengan izin bai’at khusus yang sanadnya sambung sampai pada Baginda Nabi, Rasulullah Saw. 
Thariqah Khas ini lebih dikenal dengan nama Thariqah as Sufiyah / Thariqah al Auliya’.
Thariqah Sufiyah yang mempunyai izin dan sanad langsung dan sampai pada Rasulullah itu berjumlah 360 Thariqah. 
Dalam riwayat lain mengatakan 313 thariqah. Sedang yang masuk ke Indonesia dan direkomendasikan oleh Nahdlatul Ulama’ berjumlah 44 Thariqah, dikenal dengan Thariqah Al Mu’tabaroh An Nahdliyah dengan wadah organisasi yang bernama Jam’iyah Ahlu Al Thariqah Al Mu’tabarah Al Nahdliyah.

Dalam kitab Mizan Al Qubra yang dikarang oleh Imam Asy Sya’rany ada sebuah hadits yang menyatakan :
ان شريعتي جا ئت على ثلاثما ئة وستين طريقة ما سلك احد طريقة منها الا نجا .(ميزان الكبرى للامام الشعرني

Sesungguhnya syariatku datang dengan membawa 360 thariqah (metoda pendekatan pada Allah), siapapun yang menempuh salah satunya pasti selamat”. 
(Mizan Al Qubra: 1 / 30 )

Dalam riwayat hadits yang lain dinyakan bahwa :

ان شريعتي جائت على ثلاثمائة وثلاث عشرة طريقة لا تلقى العبد بها ربنا الا دخل الجنة ( رواه الطبرني
Sesungguhnya syariatku datang membawa 313 thariqah (metode pendekatan pada Allah), tiap hamba yang menemui (mendekatkan diri pada) Tuhan dengan salah satunya pasti masuk surga”. 
(HR. Thabrani)

Terlepas dari perbedaan redaksi dan jumlah thariqah pada kedua riwayat hadits diatas, mau tidak mau, suka atau tidak suka, kita harus percaya akan adanya thariqah sebagaimana direkomendasi oleh hadits tersebut. 
Kalau tidak percaya berarti tidak percaya dengan salah satu hadits Nabi SAW yang Al Amiin (terpercaya dan tidak pernah bohong). 
Lalu bagaimana hukumnya tidak percaya pada Hadits Nabi yang shahiih?

Dari semua thariqah sufiyah yang ada dalam Islam, pada perinsip pengamalannya terbagi menjadi dua macam. Yaitu thariqah mujahadah dan Thariqah Mahabbah. 
Thariqah mujahadah adalah thariqah / metode pendekatan kepada Allah SWT dengan mengandalkan kesungguhan dalam beribadah, sehingga melalui kesungguhan beribadah tersebut diharapkan secara bertahap seorang hamba akan mampu menapaki jenjang demi jenjang martabah (maqamat) untuk mencapai derajat kedekatan disisi Allah SWT dengan sedekat dekatnya. Sebagian besar thariqah yang ada adalah thariqah mujahadah.

Sedangkan thariqah mahabbah adalah thariqah yang mengandalkan rasa syukur dan cinta, bukan banyaknya amalan yang menjadi kewajiban utama. 
Dalam perjalanannya menuju hadirat Allah SWT seorang hamba memperbanyak ibadah atas dasar cinta dan syukur akan limpahan rahmat dan nikmat Allah SWT, tidak ada target maqamat dalam mengamalkan kewajiban dan berbagai amalan sunnah dalam hal ini. Tapi dengan melaksanakan ibadah secara ikhlash tanpa memikirkan pahala, baik pahala dunia maupun pahala ahirat , kerinduan si hamba yang penuh cinta pada Al Khaliq akan terobati. Yang terpenting dalam thariqah mahabbah bukan kedudukan / jabatan disisi Allah. tapi menjadi kekasih yang cinta dan dicintai oleh Allah SWT. Habibullah adalah kedudukan Nabi kita Muhammad SAW. (Adam shafiyullah, Ibrahim Khalilullah, Musa Kalimullah, Isa Ruhullah sedangkan Nabi Muhammad SAW Habibullah). Satu satunya thariqah yang menggunakan mitode mahabbah adalah Thariqah At Tijany.

Nama-nama thariqah yang masuk ke Indonesia dan telah diteliti oleh para Ulama NU yang tergabung dalam Jam’iyyah Ahluth Thariqah Al Mu’tabarah Al Nahdliyah dan dinyatakan Mu’ tabar (benar – sanadnya sambung sampai pada Baginda Rasulullah SAW), bisa dilihat di sini: NAMA-NAMA TAREKAT (THARIQAH) MU'THABAROH.

3. HAQIQAH

Yaitu sampainya seseorang yang mendekatkan diri kepada Allah Swt. di depan pintu gerbang kota tujuan, yaitu tersingkapnya hijab-hijab pada pandangan hati seorang salik (hamba yang mengadakan pengembaraan batin) sehigga dia mengerti dan menyadari sepenuhnya Hakekat dirinya selaku seorang hamba didepan TuhanNya selaku Al Kholiq Swt. bertolak dari kesadaran inilah, ibadah seorang hamba pada level ini menjadi berbeda dengan ibadah orang kebanyakan.

Kebanyakan manusia beribadah bukan karena Allah SWT, tapi justru karena adanya target-target hajat duniawi yang ingin mereka dapatkan, ada juga yang lebih baik sedikit niatnya, yaitu mereka yang mempunyai target hajat-hajat ukhrawi (pahala akhirat) dengan kesenangan surgawi yang kekal.
Sedangkan golongan Muhaqqiqqiin tidak seperti itu, mereka beribadah dengan niat semata-mata karena Allah SWT, sebagai hamba yang baik mereka senantiasa menservis majikan / tuannya dengan sepenuh hati dan kemampuan, tanpa ada harapan akan gaji / pahala. Yang terpenting baginya adalah ampunan dan keridhaan Tuhannya semata. 
Jadi tujuan mereka adalah Allah SWT bukan benda-benda dunia termasuk surga sebagaimana tujuan ibadah orang kebanyakan tersebut diatas.

4. MA'RIFAT

Adalah tujuan akhir seorang hamba yang mendekatkan diri kepada Allah Swt. (salik) Yaitu masuknya seorang salik kedalam istana suci kerajaan Allah Swt. ( wusul ilallah Swt). sehingga dia benar benar mengetahui dengan pengetahuan langsung dari Allah SWT. baik tentang Tuhannya dengan segala keagungan Asma’Nya, Sifat sifat, Af’al serta DzatNya. Juga segala rahasia penciptaan mahluk diseantero jagad raya ini. 
Para ‘Arifiin ini tujuan dan cita-cita ibadahnya jauh lebih tinggi lagi, Mereka bukan hanya ingin Allah SWT dengan Ampunan dan keridhaanNYa, tapi lebih jauh mereka menginginkan kedudukan yang terdekat dengan Al Khaliq, yaitu sebagai hamba hamba yang cinta dan dicintai oleh Allah SWT.

(syariah dan Thariqah) kita bisa mempelajari teori dan praktek secara langsung, baik melalui membaca kitab-kitab / buku-buku maupun melalui pelajaran-pelajaran (ta’lim) dan pendidikan (Tarbiyah) bagi ilmu Thariqah. 
Sedangkan Haqiqah dan ma’rifah pada prinsipnya tidak bisa dipelajari sebagai mana Syariah dan Thariqah karena sudah menyangkut Dzauqiyah.

Haqiqah dan ma’rifah lebih tepatnya merupakan buah / hasil dari perjuangan panjang seorang hamba yang dengan konsisten (istiqamah) mempelajari dan menggali kandungan syariah dan mengamalkanya dengan ikhlash semata mata karena ingin mendapatkan ridha dan ampunan serta cinta Allah SWT.
Perumpamaan yang agak dekat dengan masalah ini adalah : ibarat satu jenis makanan atau minuman (misalnya nasi rawon). 
Resep masakan nasi rawon yang menjelaskan bahan-bahan dan cara membuat nasi rawon itu sama dengan Syariah. Bimbingan praktek memasak nasi rawon itu sama dengan Thariqah. 
Resep dan praktek masak nasi rawon ini bisa melalui buku dan mempraktekkan sendiri (ini thariqah ‘am) sedangkan resep dan praktek serta bimbingan masak nasi rawon dengan cara kursus pada juru masak yang ahli (itu namanya Thariqah khusus). 
Makan nasi rawon dan menjelaskan rasa / enaknya ini sudah haqiqah dan tidak ada buku panduannya, demikian juga makan nasi rawon dan mengetahui secara detail rasa, aroma, kelebihan dan kekurangannya itu namanya ma’rifah.

Dokumen No.401 di Facebook Pemuda TQN Suryalaya, dari berbagai sumber

Read more: http://www.dokumenpemudatqn.com/2012/12/syariatthoriqahhaqiqahmarifat-status.html#ixzz3thRpzzlw

Rumus Ibadah Mahdhah dan Ghaira Mahdhah

Jenis ‘Ibadah 
Ditinjau dari jenisnya, ibadah dalam Islam terbagi menjadi dua jenis, dengan bentuk dan sifat yang berbeda antara satu dengan lainnya;

1. ‘Ibadah Mahdhah,  artinya  penghambaan yang murni hanya merupakan hubung an antara hamba dengan Allah secara langsung. ‘Ibadah bentuk ini  memiliki 4 prinsip:

a. Keberadaannya harus berdasarkan adanya dalil perintah, baik dari al-Quran maupun al- Sunnah, jadi merupakan otoritas wahyu, tidak boleh ditetapkan oleh akal atau logika keberadaannya.
b. Tatacaranya harus berpola kepada contoh Rasul saw. Salah satu tujuan diutus rasul oleh Allah adalah untuk memberi contoh:

وماارسلنا من رسول الا ليطاع باذن الله … النسآء 64
Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul kecuali untuk ditaati dengan izin Allah…(QS. 4: 64)
وما آتاكم الرسول فخذوه وما نهاكم عنه فانتهوا…الحشر 7
Dan apa saja yang dibawakan Rasul kepada kamu maka ambillah, dan apa yang dilarang, maka tinggalkanlah…( QS. 59: 7).


Shalat dan haji adalah ibadah mahdhah, maka tatacaranya, Nabi bersabda:

صلوا كما رايتمونى اصلى .رواه البخاري   . خذوا عنى مناسككم
.
Shalatlah kamu seperti kamu melihat aku shalat. Ambillah dari padaku tatacara haji kamu


Jika melakukan ibadah bentuk ini tanpa dalil perintah atau tidak sesuai dengan praktek Rasul saw., maka dikategorikan “Muhdatsatul umur” perkara meng-ada-ada, yang populer disebut bid’ah:  Sabda Nabi saw.:

من احدث فى امرنا هذا ما ليس منه فهو رد . متفق عليه .  عليكم بسنتى وسنة الخلفآء الراشدين المهديين من بعدى ، تمسكوا بها وعضوا بها بالنواجذ ، واياكم ومحدثات الامور، فان كل محدثة بدعة، وكل بدعة ضلالة  . رواه احمد وابوداود والترمذي وابن ماجه ،  اما بعد، فان خير الحديث كتاب الله ، وخير الهدي هدي محمد  ص. وشر الامور محدثاتها وكل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة . رواه مسلم

Salah satu penyebab hancurnya agama-agama yang dibawa sebelum Muhammad saw. adalah karena kebanyakan kaumnya bertanya dan menyalahi perintah Rasul-rasul mereka:

ذرونى ما تركتكم، فانما هلك من كان قبلكم بكثرة سؤالهم واختلافهم على انبيآئهم، فاذا امرتكم بشيئ فأتوا منه ماستطعتم واذا نهيتكم عن شيئ فدعوه . اخرجه مسلم
c. Bersifat supra rasional (di atas jangkauan akal) artinya ibadah bentuk ini bukan ukuran logika, karena bukan wilayah akal, melainkan wilayah wahyu, akal hanya berfungsi memahami rahasia di baliknya yang disebut hikmah tasyri’. Shalat, adzan, tilawatul Quran, dan ibadah mahdhah lainnya, keabsahannnya bukan ditentukan oleh mengerti atau tidak, melainkan ditentukan apakah sesuai dengan ketentuan syari’at, atau tidak. Atas dasar ini, maka ditetapkan oleh syarat dan rukun yang ketat.

d. Azasnya “taat”, yang dituntut dari hamba dalam melaksanakan ibadah ini adalah kepatuhan atau ketaatan. 

Hamba wajib meyakini bahwa apa yang diperintahkan Allah kepadanya, semata-mata untuk kepentingan dan kebahagiaan hamba, bukan untuk Allah, dan salah satu misi utama diutus Rasul adalah untuk dipatuhi:
Jenis ibadah yang termasuk mahdhah, adalah :
1. Wudhu,
2. Tayammum
3. Mandi hadats
4. Adzan
5. Iqamat
6. Shalat
7. Membaca al-Quran
8. I’tikaf
9. Shiyam ( Puasa )
10. Haji
11. Umrah
12. Tajhiz al- Janazah

Rumusan Ibadah Mahdhah adalah

“KA + SS”
(Karena Allah + Sesuai Syari’at)

2. Ibadah Ghairu Mahdhah, (tidak murni semata hubungan dengan Allah)  yaitu ibadah yang di samping sebagai hubungan  hamba dengan Allah juga merupakan hubungan atau interaksi antara hamba dengan makhluk lainnya .  

Prinsip-prinsip dalam ibadah ini, ada 4:

a. Keberadaannya didasarkan atas tidak adanya dalil yang melarang. Selama Allah dan Rasul-Nya tidak melarang maka ibadah bentuk ini boleh diseleng garakan.

b. Tatalaksananya tidak perlu berpola kepada contoh Rasul, karenanya dalam ibadah bentuk ini tidak dikenal istilah “bid’ah” , atau jika ada yang menyebut nya, segala hal yang tidak dikerjakan rasul bid’ah, maka bid’ahnya disebut bid’ah hasanah, sedangkan dalam ibadah mahdhah disebut bid’ah dhalalah.

c. Bersifat rasional,  ibadah bentuk ini baik-buruknya, atau untung-ruginya, manfaat atau madharatnya, dapat ditentukan oleh akal atau logika.  Sehingga jika menurut logika sehat, buruk, merugikan, dan madharat, maka tidak boleh dilaksanakan.

d. Azasnya “Manfaat”, selama itu bermanfaat, maka selama itu boleh dilakukan.

Rumusan Ibadah Ghairu Mahdhah
“BB + KA”
(Berbuat Baik +  Karena Allah)

Menepis Anggapan Syirik Tentang Shalawat

 Menepis Anggapan Syirik Bacaan Shalawat A. Khoirul, NU Online | Rabu, 07 Januari 2015 12:00 Oleh Zulfan Syahansyah --
Apa betul Nabi SAW yang mempermudah perkara sulit? 
Apa benar Muhammad yang menghilangkan kesusahan? 
Apa betul Beliau yang memenuhi segala kebutuhan? 
Dan apa karena Nabi juga semua keinginan bisa tercapai?
 Bukankah semua itu kuasa Allah SWT semata! 
Hanya Allah yang berkuasa atas apa yang tersebut di atas. Bukan Muhammad. Jadi, kenapa ada bacaan shalawat yang maknanya seperti itu?! 
Tidakkah itu mengandung unsur syirik?  

Demikian kiranya unsur syirik yang mereka maksud dalam redaksi kalimat shalawat. 
Sebagai umat nabi Muhammad, sepatutnya kita menjadikan beliau sebagai panutan serta suri tauladan dalam kehidupan ini. Nabi muhammad SAW sangat layak, bahkan mungkin wajib kita cintai. 

Hal ini setidaknya karena dua hal. Karena kecintaan nabi kepada kita umatnya yang bahkan masih terus beliau dengungkan hingga menjelang ajal. Maka wajar jika kita juga mencintai beliau. Kita sambut kecintaan beliau dengan kecintaan tulus pula. 
Orang bilang ini adalah cinta bersambut. Sedangkan alasan lain kenapa kita wajib mencintai nabi adalah karena kecintaan kita kepada beliau merupakan kunci keberhasilan dalam menjalankan hidup, baik di Dunia maupun di Akhirat kelak. Karena dengan kecintaan kita kepada nabi –dengan makna cinta yang positif- secara tidak langsung kita akan bisa mengikuti ajaran atau risalah yang beliau emban. 
Ajaran atau risalah nabi yang merupakan wahyu ilahi inilah yang selanjutnya menjadi petunjuk bagi kita dalam meniti jalan yang luru, atau shirat al-mustaqim. Untuk alasan ini, tidak sedikit ulama terdahulu meluapkan kecintaan mereka pada nabi, bahkan dengan desahan nafas mereka. Tidak jarang dalam kesendirian, mereka merasakan kehadiran nabi. 
Dalam kediaman mereka, tidak jarang bibir spontan melafatkan kalimat pujian akan nabi muhammad. Maka tidak heran dari ulama-ulam seperti ini, tercipta sebuah lantunan shalawat yang maknanya sangat mendalam. Kalimat-kalimat yang tercipta dari luapan kecintaan hati kepada baginda nabi Muhammad SAW. 
Kalimat-kalimat tersebut lantas kita sebut dengan shalawat. Ada shalawat al-Fatih, Nariyyah dan shalawat-shalawat lainnya. 

 Iya, shalawat seperti al-Fatih, Nariyyah dan sejenisnya ini lantas menjadi satu simbul bacaan bagi kaum muslim yang berusaha menunjukkan kecintaan mereka kepada nabi. 
Bacaan shalawat-shalawat tersebut bahkan menjadi semacam "amalan wajib" bagi sebagian aliran thariqah. Ada Qadiriyyah-Naksabandiyyah, ada Tijaniyyah, ada Sadziliyyah dan banyak lagi tariqah lainnya. 
Para pengikut tariqah tersebut begitu lancar dan fashih melafatkan bacaan shalawat yang menjadi amalan harian mereka. Hanya saja, dan ini yang mungkin perlu difahami bersama, kalimat-kalimat shalawat tersebut tercipta melalui bahasa hati. Terangkum dengan luapan kecintaan pera ulama yang mengarangnya terhadap rasul. Jadi ia bukan kalimat pujian berbahasa Arab biasa. 
Untuk bisa memahaminya, perlu menghadirkan hati. Kalimat-kalimat tersebut tidak cukup hanya diterjemahkan dengan bahasa lisan, dengan pemaknaan kata perkatanya semata. Karena jika hal ini terjadi, yang terkesan justru kalimat-kalimat tersebut mengandung unsur syirik. 
 Karena memaknai kalimat shalawat dengan terjemahan leterleg inilah, para pengamal bacaan shalawat mendapat kritikan tajam dari kelompok muslim yang terang-terangan menolak bacaan-bacaan shalawat tadi. 
Alasannya itu tadi, para pengkritik ini tidak atau belum bisa memaknai kalimat shalawat dengan hati. 
Mereka menterjemahkan shalawat dari terjemahan sempit. Sebagai contoh, berikut sebagian redaksi kalimat shalawat Nariyyah:

 اللهم صل صلاة كاملة وسلم سلاما تاما على سيدنا محمد الذي تنحل به العقد وتنفرج به القرب وتقضى به الحوائج وتنال به الرغائب 

"Ya Allah, limpahkan shalawat dan salam atas nabi Muhammad yang karenanya (nabi Muhammad) terurai segala ikatan, semua kesusahan jadi hilang, segala kebutuhan bisa terpenuhi, semua keinginan bisa tercapai...."   
 Perhatikan redaksi kalimat yang di-bold. Bagi pengkritik shalawat Nariyyah, makna bacaan tersebut dianggap mengandung unsur syirik. 
Apa betul nabi yang mempermudah perkara sulit? 
Apa benar Muhammad yang menghilangkan kesusahan? 
Apa betul Beliau yang memenuhi segala kebutuhan? Dan apa karena nabi juga semua keinginan bisa tercapai? 
Bukankah semua itu kuasa Allah semata! Hanya Allah yang berkuasa atas apa yang tersebut di atas. Bukan Muhammad. Jadi, kenapa bacaan shalawat seperti itu?! 
Demikian kiranya unsur syirik yang mereka maksud, setidaknya sebagaimana terkutip dalam akun facebook yang menamakan akunnya: PECINTA SUNNAH PEMBENCI BID'AH MENITI JEJAK SHALAFUS SHALIH. 
 Serupa dengan redaksi shalawat Nariyyah, dalam shalawat al-Fatih juga tidak luput dari kecaman kelompok ini. 
Apa betul Muhammad yang membuka segala hal yang terkunci (الفاتح لما أغلق)?, penutup dari apa yang telah lalu (الخاثم لما سبق)? 
Penolong kebenaran dengan kebenaran (ناصر الحق بالحق)? 
Dan apa Muhammad juga yang memberi hidayah/ petunjuk kejalan yang lurus (الهادي إلى صراطك المستقيم)? 
Bukankah semua itu juga kuasa Allah semata?! 
 Kalimat-kalimat tersebut, jika diterjemahkan secara kasat mata, sepintas memang nampak unsur syirik. Bahkan penulis pun pernah beranggapan demikian. Tapi setelah sekian lamanya berusaha memahami maknanya, sambil lalu tetap berkeyakinan bahwa tidak mungkin ulama-ulama yang karena kecintaan mereka kepada nabi akan menghasilkan ajaran syirik, penulis lantas menemukan jawaban realistis. 

 Mula-mula, mari kita cermati satu hadis qudsi yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah. 
Bagi muslim Sunni (Ahlussunnah waljama'ah), tidak mungkin meragukan keabsahan hadis dari Abu Hurairah. redaksi hadis kurang lebih demikian:
 قال رسول الله: إن الله تعالى قال: من عاد لي وليا فقد أذنته بالحرب، وما تقرب عبدي بشيئ أحب إليّ مما افترضته عليه، وما يزال عبدي يتقرب إليّ بالنوافل حتى أحبه، فإذا أحببته كنت سمعه الذي يسمع به، وبصره الذي يبصر به، ويده التى يبطش بها، ورجله التى يمشي بها، وإن سألنى لأعطينه، ولئن استعاذني لأعيذنه 
 "Rasul bersabda: Allah SWT berfirman: Barang siapa yang memusuhi wali (kekasih)Ku, maka Aku mengizinkannya untuk diperangi. Tidaklah hamba-Ku mendekati-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai dari apa-apa yang telah Aku wajibkan kepadanya. Dan tetap saja hamba-Ku (berusaha) lebih mendekati Aku dengan ibadah-ibadah sunnah, hingga Aku mencintainya. Dan jika sampai Aku telah mencintai hamba-Ku, maka Aku akan menjadi pendengarannya, yang bisa digunakan hambaku untuk mendengar; Aku menjadi penglihatannya untuk digunakannya melihat; menjadi tangannya untuk memegang; menjadi kakinya untuk berjalan; dan jika dia meminta, pasti akan Aku beri; dan ketika dia memohon perlindungan, pasti akan Aku lindungi" 

 Kesimpulan hadis di atas, seorang hamba yang sudah menjadi kekasih Allah, segala urusannya menjadi urusan Allah. Jika pengelihatan seseorang sudah menjadi pengelihatan Allah, adakah sesuatu yang tidak nampak baginya? 
Jika tangan seseorang telah dianggap "tangan Tuhan", adakah perkara yang tidakk bisa ditanganinya? 
Adakah keinginan kekasih Allah yang tidak bisa tercapai? 
Semuanya akan dibantu langsung oleh Allah. 
Demikian makna hadis di atas. 
 Sampai disini, mungkin masih tersisa pertanyaan: Apa hubungan antara hadis ini dengan bacaan shalawat tadi? 
Di mana korelasi kalimat yang bernada syirik dalam shalawat tadi dengan jaminan Allah bagi hambanya yang telah menjadi kekasih (wali) Allah? 
Bukankah segala kesulitan jadi mudah, kesusahan jadi hilang, kebutuhan terpenuhi, terbuka segala sesuatu yang terkunci, semuanya bisa teratasi jika seorang hamba menjadi kekasih Allah. 
 Aha, pada titik inilah peran nabi Muhammad nampak. Peran beliau ini bukan bualan para ulama. Bukan ocehan para perawi hadis, tapi justru Allah sendiri yang menampakkan peran rasul untuk jalan menjadi kekasih Allah. 
Hal ini ditegaskan langsung dalam Al-Qur'an, di surah Ali Imran:
 31: قل إن كنتم تحبون الله فاتبعوني يحييكم الله ويغفر لكم ذنوبكم والله غفور رحيم 
 "Katakan (hai Muhammad kepada manusia), jika kalian mencintai Allah, maka ikutilah aku (nabi Muhammad), niscaya Allah akan mencintai kalian, dan mengampunkan segala dosa-dosa kalian, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" 
 Sampai di sini jelas sudah, bahwa kunci menjadi kekasih Allah yang keistimewaannya telah dijelaskan di atas, adalah dengan cara mengikuti jejak rasul, dan mengamalkan sunnah-sunnahnya. 
Dan tidaklah mungkin kita bisa mengikuti jalan rasul jika kita tidak mencintai beliau. Artinya, kita bisa menjadi kekasih Allah setelah kita mampu menjadi kekasih rasul. Mustahil bisa langsung menjadi kekasih Allah tanpa menyandang kekasih rasul. 
Nabi Musa saja yang hanya ingin melihat Allah tidak kuasa, apa lagi kita! Bukankah sepasang kekasih saling bermesraan?! Lantas, jika melihat saja tidak bisa, bagaimana mau bermesraan?! 
 Maka, ungkapan-ungkapan "mesra" dalam shalawat tadi adalah wujud kemesraan hati para ulama terdahulu kepada rasul. Ujung-ujungnya, sebenarnya mereka juga "bermesraan" dengan Allah. Karenanya, hakekat yang "pembuka segala yang terkunci", "penghilang kesusahan", "pemudah segala hal yang sulit", semua itu hakekatnya kembali kepada Allah. Allah lah yang berkuasa melakukan segala urusan tadi. Tapi, dengan perantaraan kita mencintai Rasulullah. 
Wallahu A'lam bissawab... 

 Dengan alasan ini, masihkah kita akan menyalahkan mereka pencipta kalimat-kalimat mesra (shalawat) sebagai pembuat ajaran yang mengandung unsur syirik???   
 Zulfan Syahansyah,  aktifis pesantren dan pengamal bacaan shalawat, pengurus di Pondok Pesantren Al-Munawwariyyah Malang

Pentingnya Nenurunkan Berat Badan

Mengapa Menurunkan Berat Badan Berlebih itu Penting dan Bagaimana? Banyak dari kita terus menikmati bahkan menambah porsi  makanan lezat yang tengah kita santap tanpa kita sadari bahwa jumlah makanan yang kita konsumsi melebihi dari yang sebenarnya kita butuhkan, dan itu terjadi tidak hanya satu kali, berkali kali dan bahkan mungkin setiap hari. Hal lain yang menjadi kombinasi buruk dari kebiasaan di atas adalah banyak dari kita tidak rutin berolahraga karena karbohidrat yang masuk ke dalam tubuh seharusnya diubah menjadi energi dengan melakukan berbagai aktifitas termasuk diantaranya rutin berolahraga.  Apa yang terjadi ketika kebiasaan makan berlebih dan jarang berolahraga berpadu? Lambat laun anda akan mengalami kelebihan berat badan atau lebih dikenal dengan istilah kegemukan. Kegemukan atau  obesitas adalah terdapatnya penumpukan lemak berlebih dalam tubuh.  Tubuh yang memiliki lemak berlebih tentu mempengaruhi penampilan seseorang namun hal penting lainnya yang harus disadari adalah bahwa kegemukan dapat memperbesar risiko datangnya sejumlah penyakit serius seperti darah tinggi, diabetes dan penyakit jantung. Dengan demikian sudah sepantasnya motivasi untuk menurunkan berat badan lebih dari hanya sekedar ingin agar tubuh terlihat lebih menarik yaitu ingin menjalani hidup sehat.  Solusi sehat bagi masalah kegemukan adalah dengan mengurangi berat badan. Namun mengurangi berat badan juga bisa mendatangkan masalah bila tidak dilakukan dengan benar.

Salah Satu Tanda Kiamat: Orang Bodoh Dijadikan Pemimpin

Kamis, 25 Safar 1439 H / 16 November 2017 11:00 WIB

Eramuslim.com -Baik buruknya masyarakat ditentukan oleh para pemimpinnya.
Jika pemimpinnya baik, maka masyarakat pun akan menjadi baik.
Namun, bila pemimpinnya rusak, maka masyarakat pun akan rusak.
Rasulullah s.a.w. sudah mewartakan, bahwa diantara tanda-tanda Kiamat adalah diserahkannya tampuk kepemimpinan kepada orang-orang bodoh, yang tidak mau mengambil petunjuk dari al-Qur’an dan Sunnah, serta tidak mau menerima nasihat.

Jabir ibn Abdillah r.a.a meriwayatkan, bahwa Rasulullah s.a.w. berkata kepada Ka’ab ibn ‘Ajrah, “ Semoga Allah melindunginya dari kepemimpinan orang bodoh, wahai Ka’ab. ”
Ka’ab lantas bertanya, “ Apakah yang dimaksud kepemimpinan orang-orang bodoh, wahai Rasulullah ? “
Nabi menjawab, “ Sepeninggalku nanti, akan muncul para pemimpin yang tidak mengikuti petunjukku dan tidak pula mengambil sunnah-sunnahku. Barangsiapa membenarkan kedustaan mereka serta mendukung kezaliman mereka, maka mereka itu bukan termasuk golonganku dan aku pun bukan bagian dari mereka. Mereka tidak akan dapat mendekati telagaku.
Barangsiapa tidak membenarkan kedustaan mereka dan tidak emndukung kezaliman mereka, maka mereka termasuk golonganku dan aku pun merupakan bagian dari mereka, dan mereka akan mendapatkan bagian dari telagaku.
Wahai Ka’ab ibn ‘Ajrah, puasa adalah perisai, sedekah dapat menghapus kesalahan, dan shalat merupakan kedekatan atau petunjuk.
Wahai Ka’ab ibn ‘Ajrah, daging yang tumbuh dari barang haram tidak akan masuk surga, dan neraka lebih utama untuknya.
Wahai Ka’ab ibn ‘Ajrah, manusia ada dua, ada yang menyerahkan jiwanya (kepada Allah) dan ada yang membiarkannya atau membinasakannya. “
(HR. Ahmad dan Bazzar)

Yang dimaksud dengan orang-orang bodoh disini adalah orang yang kemampuan berpikirnya lemah, dan tak bisa memimpin. Jangankan mengatur orang lain, mengatur dirinya sendiri saja ia tak bisa.

Dalam hadits lain, Nabi bersabda, “ Hari Kiamat belum akan terjadi sampai nanti kabilah-kabilah dikuasai oleh orang munafk dari kalangan mereka. “
(HR. Thabrani)

Apabila para penguasa, pemimpin, dan pejabat publik seperti ini, maka masyarakatpun akan rusalk. Pembohong dianggap benar, orang jujur dianggap pendusta, pengkhianat dipercaya, orang yang bisa dipercaya malah dianggap pengkhianat, orang bodoh akan berbicara, dan orang pintar diam saja.

Asy-Sya’bi berkata, “ Hari Kiamat belum akan terjadi sampai ilmu dianggap kebodohan dan kebodohan dianggap sebagai ilmu. “
Semua ini adalah kenyataan yang akan terjadi pada Akhir Zaman.

Abdullah ibn Amr r.a. meriwayatkan, bahwa Nabi s.a.w. bersabda, “ tanda-tanda Hari Kiamat adalah disingkirkannya orang-orang baik dan diangkatnya orang-orang jahat. “
(HR. Hakim dalam al-Mutadrak)
Disarikan dari buku ” Kiamat Sudah Dekat? “ (kl/gr)

Hukum Membuat Shalawat


Sebagian kaum berpandangan bahwa setiap shalawat yang tidak diajarkan dan dibaca oleh Rasululloh SAW harus dibuang dan tidak boleh membacanya lagi, maka sesungguhnya pendapat itu malah bertentangan dengan sunnah Rasululloh SAW dan amaliah para shahabat  sendiri. Mengapa demikian ?,karena ia telah melarang apa yang diperbolehkan oleh Rasululloh SAW dan menyalahkan amaliah para shahabat.
Pandangan tersebut bertentangan dengan sunnah Rasululloh SAW, sebab Rasululloh SAW tidak pernah melarangnya. 
Selain itu, pada saat Rasululloh SAW masih hidup ada beberapa shahabat yang mengamalkan shalawat yang tidak pernah diajarkan Nabi, mereka membuat shalawat sendiri. Diantaranya adalah Khalifah Ali bin Abi Thalib r.a, salah seorang Shahabat Rasululloh yang dijamin masuk surga, mendapat julukan pintu ilmu dan tidak pernah tersentuh kekufuran.
Dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir, disebutkan  bahwa Khalifah Ali bin Abi Thalib r.a mengajarkan kepada sahabat, cara shalawat kepada Rasululloh SAW. Sebagaimana diceritakan oleh:

عَنْ سَلاَمَةَ الْكِنْدِيِّ قَالَ: كَانَ عَلِيٌّ  رَضِِيَ اللهُ عَنْهُ يُعَلّمُ النَّاسَ الصَّلاَةَ عَلَى النَّبِّيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  يَقُوْلُ : اَللَّهُمَّ دَاحِىَ الْمَدْحُوَّاتِ, وَبَارِئَ الْمَسْمُوْكَاتِ, وَجَبَّارَ الْقُلُوْبِ عَلَى فِطْرَتِهَا شَقِيِّهَا وَسَعِيْدِ هَا,اجْعَلْ شَرَائِفَ صَلَوَاتِكَ  وَنَوَاميَ بَرَكَاتِكَ وَرَأْفَةَ تَحَنُّنِكَ , عَلَى مُحَمَّدٍ عَبْدِ كَ وَرَسُوْلِكَ, الْفَاتِحِ لِمَا أُغْلِقَ وَالْخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ وَالْمُعْلِنِ الْحَقَّ  بِالْحَقِّ وَالدَّامِغِ لِجَيْشْاتِ اْلاَبَاطيِْ كَمَا حُمِّلَ ,فَاضْطَلَعَ بِأَمْرِكَ بِطَاعَتِكَ ,مُسْتَوْفِزًا فِى مَرْضَاتِكَ,بَغَيْرِ نَكْلٍ فِى قَدَمٍ وَلاَوَهْيٍ فِى عَزْمٍ ,وَاعِيًا لِوَحْيِكَ ,حَافِظًا لِعَهْدِ كَ ,مَاضِيًّا عَلَى نَفَاذِ  أَمْرِكَ ,حَتَّى أَوْرَ ى قَبَسًا لِقَابِسٍ , آلا ءَ اللهِ تَصِلُ بِهِ أَسْبَابَهُ ,بِهِ هُدِيَتِ اْلقُلُوْبُ بَعْدَ حَوْضاتِ الْفِتَنِ وَاْلاِثْمِ ,وَأَبْهَجَ مُوْ ضِحَاتِ اْلاَعْلاَمِ وَنَائِرَاتِ اْلاَحْكاَمِ وَمُنِيْرَاتِ اْلاِسْلاَمِ,فَهُوَ أَمِيْنُكَ الْمَأْمُوْنُ وَخَازِنُ عِلْمِكَ الْمَخْزُوْنِ وَشَهِيْدُكَ يَوْمَ الدِّيْنِ وَبَعِيْثُكَ نِعْمَةً وَرَسُوْلُكَ بِالْحَقِّ رَحْمَةً.َ اَللَّهُمَّ افْسَحْ لَهُ فِى عَدْنِكَ وَاجْزِهِ مُضَا عَفَاتِ الْخَيْرِ مِنْ فَضْلِكَ لَهُ مُهَنّئَاتٍ غَيْرَ مُكَدَّرَاتٍ مِنْ فَوْزِ ثَوَابِكَ الْمَحْلٌوْلِ وَجَزِيْلِ عَطَائِكَ الْمَعْلُوْلِ .اَللَّهُمَّ أَعْلِ عَلَى بِنَاءِ النَّاسِّ  بِنَاءَهُ وَأَكْرِمْ  مَثْوَاهُ لَدَيْكَ وَنُزُلَهُ وَأَتْمِمْ لَهُ نُوْرَهُ وَاجْزِهِ مِنِ ابْتِعَاثِكَ لَهُ مَقْبُوْلَ الشَّهَادَةِ وَمَرْضِيَّ اْلمَقَالةِ ذَا مَنْطِقٍ عَدْلٍ وَخُطَّةٍ فَصْلٍ وَبُرْهَانٍ عَظِيْمٍ   

“ Salamah al Kindi berkata,” Ali bin Abi Thalib r.a mengajarkan kami cara bershalawat kepada Nabi SAW  dengan berkata:” Ya Alloh, pencipta bumi yang menghampar, pencipta langit yang tingi, dan penuntun hati yang celaka dan yang bahagia pada ketetapanya, jadikanlah shalawat –Mu yang mulia, berkah-Mu yang tidak terbatas dan kasih saying-Mu yang lebut pada Muhammad hamba dan utusan-Mu, pembuka segala hal yang tertutup, pamungkas yang terdahulu, penolong agama yang benar dengan kebenaran,dan penkluk bala tentara kebatilan seperti yang dibebankan padanya, sehingga ia bangkit membawa perintah-Mu dengan tunduk kepada-Mu, siap menjalankan ridha-Mu, tanpa gentar dalam semangat dan tanpa kelemahan dalam kemauan, sang penjaga wahyu-Mu, pemelihara janji-Mu, dan pelaksana perintah-Mu sehingga ia nyalakan cahaya kebenaran pada yang mencarinya, jalan – jalan nikmat Alloh terus mengalir pada ahlinya dengan Muhammad hati yang tersesat memperoleh petunjuk setelah menyelami kekufuran dan kemaksiatan,  ia ( Muhammad ) telah memperindah rambu – rambu yang terang, hukum – hukum yang bercahaya, dan cahaya – cahaya  Islam yang menerangi, dialah ( Muhammad )orng yang jujur yang dipercayai oleh-Mu dan penyimpan ilmu-Mu yang tersembunyi, saksi-Mu di hari kiamat, utusan-Mu yang membawa nikmat, rasul-Mu yang membawa rahmat dengan kebenaran. Ya Alloh, luaskanlah surga-Mu baginya, balaslah dengan kebaikan yang berlipat ganda dari anugerah-Mu baginya, yaitu kelipatan yang mudah dan bersih, dari pahala-Mu yang dpat diraih dan anugerah-Mu yang agung dan tidak pernah terputus . Ya Alloh, berilah ia derajat tertinggi diantara manusia, muliakanlah tempat
http://library.islamweb.net/hadith/display_hbook.php?bk_no=96&pid=56401&hid=28942
         
Mengenai dalil tentang bolehnya seorang membuat susunan shalawat terhadap Rasululloh SAW juga dikuatkan dengan hadits Nabi yang diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud r.a:

وَعَنِ أَبِنِ مَسْعُوْدٍ رَضِِيَ اللهُ عَنْهُ قاَلَ: اِذَا صَلَّيْتُمْ عَلَى رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاَحْسِنُوْا الصَّلاَةَ عَلَيْهِ فَاِنَّكُمْ لاَتَدْرُوْنَ  لَعَلَّ ذَلِكَ يُعْرَضُ عَلَيْهِ فَقَالُوْا لَهُ : فَعَلِّمْنَا, قَالَ: اَللَّهُمَّ اجْعَلْ صَلَوَاتِكَ وَرَحْمَتَكَ وَبَرَكَاتكَ عَلَى سَيِّدِ الْمُرْسَلِيْنَ وَاِمَامِ الْمُتَّقِيْنَ وَخَاتَمِ النَّبِيِّيْنَ مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ اِمَامِ الْخَيْرِ وَقَائِدِ الْخَيْرِ وَرَسُوْلِ الرَّحْمَةِ , الَّهُمَّ ابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا يَغْبِطُهُ بِهِ اْلاَوَّلُوْنَ وَاْلاَخِرُوْنَ.رواه ابن ماجه.

“ Abdullah bin Mas’ud r.a. berkata,” Apabilah kalian bershalawat kepada Rasululloh SAW maka buatlah redaksi shalawat yang bagus kepada beliau, siapa tahu barangkali shalawat kalian itu diberitahukan kepada beliau” , Mereka bertanya,” Ajari kami cara bershalawat yang bagus kepada beliau” Beliau menjawab,” Katakanlah, ya Alloh jadikanlah segala shalawat, rahmat, dan berkah-Mu kepada Sayyid para rasul, pemimpin orang – orang yang bertaqwa, pamungkas para Nabi, yaitu Muhammad hamba dan rasul-Mu, pemimpin dan pengarah kebaikan dan rasul yang membawa rahmat. Ya Alloh anugerahkanlah beliau maqam terpuji yang menjadi harapan orang – orang terdahulu dan orang – orang yang kemudian” ( H.R.Ibnu Majah )

Berdasarkan hadits – hadits diatas, tampak jelas bahwa  tidak ada larangan bagi semua umat Islam untuk mengamalkan shalawat yang tidak pernah diajarkan dan dibaca oleh Nabi dan para shahabatanya.
Lebih  dari itu, ada beberapa shahabat yang membuat shalawat tersendiri untuk Rasululloh SAW. Diantaranya adalah shahabat Abdullah bin Abbas seperti yang disebutkan pada hadits berikut ini:

وَعَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِِيَ اللهُ عَنْهُ اَنَّهُ كَانَ اِذَا صَلَّى عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قاَلَ : اَللَّهُمَّ تَقَبَّلْ شَفَاعَةَ مُحَمَّدٍ الْكُبْرَى وَارْفَعْ دَرَجَتَهُ الْعُلْيَا وَأَعْطِهِ سُؤَلَهُ  فِى اْلاَخِرَةِ  وَاْلاُوْلَى كَمَا اَتَيْتَ اِبْرَاهَيْمَ وَمُوْسَى

“ Ibn Abas r.a apabila membaca shalawat kepada Nabi SAW beliau berkata,” Ya Alloh kabulkanlah syafaat Muhammad yang agung, tinggikanlah derajatnya yang luhur, dan berilah permohonanya di dunia dan akhirat sebagaimana Engkau kabulkan permohonan Ibrahim dan Musa”

Melihat apa yang diceritakan oleh para shahabat Rasululloh SAW  dalam hadits – hadits ini maka tidak ada dasar yang kuat untuk melarang pengamalan shalawat yang tidak pernah diajarkan oleh Rasululloh SAW. Seandainya Rasululloh SAW melarang membuat shalawat sendiri tentu belia akan melarangnya agar tidak membuat shalawat selain yang beliau ajarkan. Dan kalau sesuatu perbuatan itu jelas – jelas dilarang Rasululloh sudah tentu para shahabat seperti Sayyidina Ali bin Abi Thalib,Sayyidina Ibnu Mas’ud dan Sayyidina Ibnu Abbas, yang sudah tidak diragukan lagi kecintaan dan ketaatanya pada Rasululloh SAW akan berani melanggarnya. Oleh sebab itu ,kita tidak perlu bimbang dan ragu dalam mengamalkan shalawat yang tidak disusun dan tidak pernah diamalkan oleh Nabi.  Karena , disamping tidak menyebabkan syirik juga belum ditemukan larangan tegas bershalawat dan berdo’a yang tidak diajarkan Nabi Muhammad SAW.
Karena itu, sekali lagi, pandangan kaum Wahabi yang melarang pengamalan shalawat  yang tidak diajarkan oleh Rasululloh SAW tidak beralasan. Bahkan, kita  malah perlu balik bertanya kepada mereka, mana dalil yang menunjukkan larangan bershalawat dengan mengamalkan shalawat dan do’a yang tidak diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW.
                                                                         Dikutip dari Buku : HUJJAH ASWAJA
                                                                         Pengarang   : Drs. Moh. Syaifulloh Al Azizi

Adab Utang Piutang

Jangan pernah menganggap sepele masalah Utang Piutang. Bagi Kaum Muslimin, masalah utang piutang adalah masalah yang sangat besar, dan tidak boleh diabaikan berapapun nilainya.
Terkadang sebagian orang menganggap remeh untuk masalah utang yang nilainya sedikit.

1. Jangan pernah tidak mencatat utang piutang. 

 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا تَدَايَنتُم بِدَيْنٍ إِلَىٰ أَجَلٍ مُّسَمًّى فَاكْتُبُوهُ ۚ... سورة البقرة 282

"Wahai orang-orang yang beriman, apabila kalian melakukan utang piutang untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kalian menuliskannya."
(QS Al-Baqarah: 282)

2. Jangan pernah berniat tidak melunasi utang.

عَنْ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ قَالَ أَيُّمَا رَجُلٍ يَدَيَّنُ دَيْنًا وَهُوَ مُجْمِعٌ أَنْ لاَ يُوَفِّيَهُ إِيَّاهُ لَقِيَ اللَّهَ سَارِقًا . رواه ابن ماجة 2410
"Siapa saja yang berutang, sedang ia berniat tidak melunasi utangnya, maka ia akan bertemu Allah sebagai seorang PENCURI."
(HR Ibnu Majah ~ hasan shahih)

3. Punya rasa takut jika tidak bayar utang, karena alasan dosa yang tidak diampuni dan tidak masuk surga.

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ قَالَ  " يُغْفَرُ لِلشَّهِيدِ كُلُّ ذَنْبٍ إِلاَّ الدَّيْنَ " . رواه مسلم 1886
"Semua dosa orang yang mati syahid diampuni KECUALI utang".
(HR Muslim)

4. Jangan merasa tenang kalau masih punya utang. 

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ " مَنْ مَاتَ وَعَلَيْهِ دِينَارٌ أَوْ دِرْهَمٌ قُضِيَ مِنْ حَسَنَاتِهِ لَيْسَ ثَمَّ دِينَارٌ وَلاَ دِرْهَمٌ " . رواه ابن ماجة 2414
"Barangsiapa mati dan masih berutang satu dinar atau dirham, maka utang tersebut akan dilunasi dengan (diambil) amal kebaikannya, karena di sana (akhirat) tidak ada lagi dinar dan dirham."
(HR Ibnu Majah ~ shahih)

5. Jangan pernah menunda membayar utang.

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ قَالَ  " مَطْلُ الْغَنِيِّ ظُلْمٌ، فَإِذَا أُتْبِعَ أَحَدُكُمْ عَلَى مَلِيٍّ فَلْيَتْبَعْ ". رواه البخاري 2287 ، مسلم 1564 ، النسائي 4688 ، ابو داود 3345 ، الترمذي 1308
"Menunda-nunda (bayar utang) bagi orang yang mampu (bayar) adalah kezaliman."
(HR Bukhari, Muslim, Nasai, Abu Dawud, Tirmidzi)

6. Jangan pernah menunggu ditagih dulu baru membayar utang.

فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ " أَعْطُوهُ فَإِنَّ مِنْ خِيَارِ النَّاسِ أَحْسَنَهُمْ قَضَاءً ". رواه البخاري 2392 ، مسلم 1600 ، النسائي 4617 ، ابو داود 3346 ، الترمذي 1318
"Sebaik-baik orang adalah yang paling baik dalam pembayaran utang."
(HR Bukhari, Muslim, Nasai, Abu Dawud, Tirmidzi)

7. Jangan pernah mempersulit dan banyak alasan dalam pembayaran utang.

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ " أَدْخَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ رَجُلاً كَانَ سَهْلاً مُشْتَرِيًا وَبَائِعًا وَقَاضِيًا وَمُقْتَضِيًا الْجَنَّةَ " . رواه ابن ماجة 2202 ، النسائي 4696
"Allah 'Azza wa jalla akan memasukkan ke dalam surga orang yang mudah ketika membeli, menjual, dan melunasi utang."
(HR An-Nasa'i, dan Ibnu Majah)

8. Jangan pernah meremehkan utang meskipun sedikit.

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ " نَفْسُ الْمُؤْمِنِ مُعَلَّقَةٌ بِدَيْنِهِ حَتَّى يُقْضَى عَنْهُ ". رواه الترمذي 1078 ، ابن ماجة 2506
"Ruh seorang mukmin itu tergantung kepada utangnya sampai utangnya dibayarkan."
(HR at-Tirmidzi dan Ibnu Majah)

9. Jangan pernah berbohong kepada pihak yang memberi utang.

قَالَ " إِنَّ الرَّجُلَ إِذَا غَرِمَ حَدَّثَ فَكَذَبَ وَوَعَدَ فَأَخْلَفَ ". البخاري 2397 ، 833 ، مسلم 589 ، ابو داود 880 ، النسائي 5472 ، 5454
"Sesungguhnya, ketika seseorang berutang, maka bila berbicara ia akan dusta dan bila berjanji ia akan ingkar."
(HR Bukhari dan Muslim)

10. Jangan pernah berjanji jika tidak mampu memenuhinya.

...وَأَوْفُوا بِالْعَهْدِ ۖ إِنَّ الْعَهْدَ كَانَ مَسْئُولًا... سورة الإسراء 34
"... Dan penuhilah janji karena janji itu pasti dimintai pertanggungjawaban .."
(QS Al-Israa': 34)

11. Jangan pernah lupa doakan orang yang telah memberi utang.

وَمَنْ آتَى إِلَيْكُمْ مَعْرُوفًا فَكَافِئُوهُ فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا فَادْعُوا لَهُ حَتَّى تَعْلَمُوا أَنْ قَدْ كَافَأْتُمُوهُ " . رواه النسائي 2567 ، ابو داود 5109
"Barang siapa telah berbuat kebaikan kepadamu, balaslah kebaikannya itu."


Semoga Bermanfaat.





Bagaimana Keimanan Ayah Dan Bunda Nabi

Ada banyak Para Ulama yang berbeda pendapat mengenai keadaan atau status keimanan Ayah dan Bunda Rasulullah SAW, yang masing-masing bersandar pada keterangan Hadits dan Al-Qur'an.
Ada sebagian yang mengatakan Bahwa kedua orang tua Rasullullah SAW adalah Ahli fatrah yang artinya hidup didalam masa kekosongan, dan tidak akan disiksa didalam neraka, sebagaimana Firman Allah didalam Al-Qur'an

مَّنِ اهْتَدَىٰ فَإِنَّمَا يَهْتَدِي لِنَفْسِهِ ۖ وَمَن ضَلَّ فَإِنَّمَا يَضِلُّ عَلَيْهَا ۚ وَلَا تَزِرُ‌ وَازِرَ‌ةٌ وِزْرَ‌ أُخْرَ‌ىٰ ۗ وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّىٰ نَبْعَثَ رَ‌سُولًا

Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul.
(Al-Isra 17:15)

Ada juga pendapat lain yang mengatakan bahwa kedua orang tua Rasul adalah kafir dan akan masuk neraka, yaitu pendapat yang banyak dijadikan hujjah oleh sebagian orang Muslim jaman sekarang adalah pendapatnya Syaikh Nashiruddin Al-Albani
yang mengatakan bahwa "Kedua Orang Tua nabi SAW adalah orang Musyrik dan masuk neraka" dengan mengacu kepada Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim yang berbunyi:

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا عَفَّانُ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ عَنْ ثَابِتٍ عَنْ أَنَسٍ
أَنَّ رَجُلًا قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيْنَ أَبِي قَالَ فِي النَّارِ فَلَمَّا قَفَّى دَعَاهُ فَقَالَ إِنَّ أَبِي وَأَبَاكَ فِي النَّارِ

Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Affan telah menceritakan kepada kami Hammad bin Salamah
dari Tsabit dari Anas bahwa seorang laki-laki bertanya,"Wahai Rasulullah, di manakah bapakku?"
Beliau menjawab, "Dia di dalam neraka."
Ketika laki-laki tersebut berlalu pergi, maka beliau memanggilnya seraya berkata: "Sesungguhnya bapakku dan bapakmu di dalam neraka."
(HR. Muslim: 302)



Hadits Lainnya
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ وَمُحَمَّدُ بْنُ عَبَّادٍ وَاللَّفْظُ لِيَحْيَى قَالَا حَدَّثَنَا مَرْوَانُ بْنُ مُعَاوِيَةَ عَنْ يَزِيدَ يَعْنِي ابْنَ كَيْسَانَ عَنْ أَبِي حَازِمٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَأْذَنْتُ رَبِّي أَنْ أَسْتَغْفِرَ لِأُمِّي فَلَمْ يَأْذَنْ لِي وَاسْتَأْذَنْتُهُ أَنْ أَزُورَ قَبْرَهَا فَأَذِنَ لِي

Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ayyub dan Muhammad bin Abbad -lafazhnya milik Yahya- keduanya berkata, telah menceritakan kepada kami Marwan bin Mu'awiyah dari Yazid yaitu Ibnu Kaisan dari Abu Hazim dari Abu Hurairah ia berkata;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Aku mohon izin kepada Rabb-ku untuk memohonkan ampun bagi ibuku, tetapi tidak diperkenankan. Kemudian aku meminta izin untuk menziarahi kuburnya, maka diperkenankan."
(HR. Muslim: 1621)



Hadits tersebut diatas adalah Hadits shahih yang dikeluarkan oleh Imam Muslim, seorang Imam dan Perawi Hadits yang sudah diakui keshaihannya oleh Para Ulama dan Ahli Hadits lainnya.

Namun kita juga harus menela'ah secara mendalam agar bisa menyimpulkan secara benar dari keterangan hadits tersebut (yang banyak diperselisihkan), dengan mencari keterangan lain sebagai dukungan, baik dari hadits lainnya maupun dari Al-qur'an.

Kita mencintai dan mengikuti Rasulullah SAW, dan semua ajarannya kita terima dengan sepenuhnya dan kita amalkan dengan segenap kemampuan kita.
Kita takut akan ancaman Allah bagi orang menyakiti Rasul SAW.

Ibnu Munzir dan yang lainnya telah meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa seseorang berkata kepada Su'aibah Binti Abu Lahab: “Engkau anak dari kayu bakar api neraka’, maka berdirilah Rasulullah Shollallaahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan marah, kemudian berkata:

مَا بَالَ أَقْوَامٍ يُؤْذُوننِي فِي نَسَبِي وَذَوِي رَحمِي؟ أَلَا وَمَنْ آذَى نَسَبِي وَذَوِي رَحمِي فَقَدْ آذَانِي، وَمَنْ آذَانِي فَقَد آذَى اللهَ

Bagaimana keadaan kaum yang menyakiti aku dalam hal nasabku, ketahuilah barangsiapa yang menyakiti nasabku sesungguhnya dia telah menyakiti aku, dan barangsiapa menyakiti aku maka sesungguhnya dia telah menyakiti Allah

Ancaman Allah didalam Al-Qur'an:

إِنَّ الَّذِينَ يُؤْذُونَ اللَّـهَ وَرَ‌سُولَهُ لَعَنَهُمُ اللَّـهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَ‌ةِ وَأَعَدَّ لَهُمْ عَذَابًا مُّهِينًا

Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya. Allah akan melaknatinya di dunia dan di akhirat, dan menyediakan baginya siksa yang menghinakan.
(QS.Al-Ahzab, Ayat;57)

Mengatakan "Ayah dan Bunda Rasul adalah musyrik dan akan masuk Neraka", adalah perkataan yang sangat menyakitkan bagi orang Mukmin, apalagi bagi Rasulullah SAW sebagai anaknya yang diutus sebagai Rasul dan Rahmatan Lil 'Alamin.
Dalam Al-Qur'an
وَالَّذِينَ يُؤْذُونَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ بِغَيْرِ‌ مَا اكْتَسَبُوا فَقَدِ احْتَمَلُوا بُهْتَانًا وَإِثْمًا مُّبِينًا

Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.
(QS.Al-Ahzab, Ayat;57)

Jika Ayahanda dan Ibunda Rasul SAW adalah orang kafir, lalu bagaimana dengan pernyataan yang diungkapkan oleh Rasulullah dalam salah satu hadits:
Beliau bersabda;

فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّهَا النَّاسُ مَنْ أَنَا قَالُوا أَنْتَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ قَالَ فَمَا سَمِعْنَاهُ قَطُّ يَنْتَمِي قَبْلَهَا أَلَا إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ خَلَقَ خَلْقَهُ فَجَعَلَنِي مِنْ خَيْرِ خَلْقِهِ ثُمَّ فَرَّقَهُمْ فِرْقَتَيْنِ فَجَعَلَنِي مِنْ خَيْرِ الْفِرْقَتَيْنِ ثُمَّ جَعَلَهُمْ قَبَائِلَ فَجَعَلَنِي مِنْ خَيْرِهِمْ قَبِيلَةً ثُمَّ جَعَلَهُمْ بُيُوتًا فَجَعَلَنِي مِنْ خَيْرِهِمْ بَيْتًا وَأَنَا خَيْرُكُمْ بَيْتًا وَخَيْرُكُمْ نَفْسًا صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
"Sesungguhnya Allah 'azza wajalla telah menciptakan makhluk-Nya, lalu Dia menjadikan aku sebaik-baik makhluk-Nya. Kemudian Dia memisahkan mereka menjadi dua kelompok, dan Dia menjadikan aku sebaik-baik orang dari kedua kelompok itu. Setelah itu Allah menjadikan mereka beberapa kabilah, dan Dia menjadikan aku sebaik-baik kabilah dari kabilah-kabilah tersebut. Kemudian Allah menjadikan untuk mereka rumah-rumah, dan Dia menjadikan untukku sebaik-baik rumah di antara rumah-rumah mereka. Maka aku adalah orang yang rumah dan jiwanya paling baik di antara kalian, shallallahu 'alaihi wasallam."
Read More...


Sedangkan Rasulullah SAW adalah manusia yang paling dimuliakan dan lebih utama dari Orang-orang Mukmin, (apalagi dari orang-orang kafir)

النَّبِيُّ أَوْلَىٰ بِالْمُؤْمِنِينَ مِنْ أَنفُسِهِمْ ۖ وَأَزْوَاجُهُ أُمَّهَاتُهُمْ ۗ وَأُولُو الْأَرْحَامِ بَعْضُهُمْ أَوْلَىٰ بِبَعْضٍ فِي كِتَابِ اللَّـهِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُهَاجِرِينَ إِلَّا أَن تَفْعَلُوا إِلَىٰ أَوْلِيَائِكُم مَّعْرُوفًا ۚ كَانَ ذَٰلِكَ فِي الْكِتَابِ مَسْطُورًا

Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri dan isteri-isterinya adalah ibu-ibu mereka. Dan orang-orang yang mempunyai hubungan darah satu sama lain lebih berhak (waris-mewarisi) di dalam Kitab Allah daripada orang-orang mukmim dan orang-orang Muhajirin, kecuali kalau kamu berbuat baik kepada saudara-saudaramu (seagama). Adalah yang demikian itu telah tertulis di dalam Kitab (Allah).
[QS. Al-Ahzab 33:6]

Rasulullah semestinya lebih dicintai oleh kita yang mengaku Iman Islam
لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Tidaklah beriman seorang dari kalian hingga aku lebih dicintainya daripada orang tuanya, anaknya dan dari manusia seluruhnya".
(HR. Bukhari: 14)



Bahkan Allah dan para Malaikatnya senantiasa bershalawat kepadanya.
إِنَّ اللَّـهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. 
(QS.Al-Ahzab, Ayat;56)

Qadi Abu Bakar Ibn al-Arabi pernah ditanya soal topik serupa. Tokoh bermazhab Maliki ini pun menjawab, bila soal itu direspons dengan jawaban bahwa keduanya masuk neraka maka terlaknatlah orang yang menjawab demikian.
Menganggap keduanya ahli neraka adalah bentuk melukai perasaan Rasul. “Tak ada penganiayaan lebih besar ketimbang menyebut kedua orang tua Muhammad SAW penghuni neraka,” kata Ibn al-Arabi.

Reaksi keras juga ditunjukkan oleh Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Ketika itu, ia menginstruksikan pegawainya agar mengutamakan para pegawai yang kedua orang tuanya Muslim dan berasal dari etnis Arab.

Dengan spontan, sang pegawai menjawab instruksi tersebut dan mengatakan, “Memang masalah? Bukankah kedua orang tua Rasulullah non-Muslim?”
Sang Khalifah marah besar. Ia pun langsung memberhentikan pegawainya tersebut agar menjadi pelajaran bagai semua dan tidak sembarangan bicara.

مَّنِ اهْتَدَىٰ فَإِنَّمَا يَهْتَدِي لِنَفْسِهِ ۖ وَمَن ضَلَّ فَإِنَّمَا يَضِلُّ عَلَيْهَا ۚ وَلَا تَزِرُ‌ وَازِرَ‌ةٌ وِزْرَ‌ أُخْرَ‌ىٰ ۗ وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّىٰ نَبْعَثَ رَ‌سُولًا

Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul.
(Al-Isra 17:15)

Artikel mengenai Keimanan Ayah dan Bunda Nabi pada posting ini belum selesai dan masih dalam proses pencarian.
Insya Allah...

Menyikapi perbedaan pendapat dalam Islam

ADAB
Fatwa Ulama

"Bilakah Diakuinya Perbedaan Pendapat?

Pertanyaan:

Kapan diakuinya perbedaan pendapat dalam masalah agama? Apakah perbedaan pendapat terjadi pada setiap masalah atau hanya pada masalah-masalah tertentu? Kami mohon penjelasan.

Jawaban:

Pertama-tama perlu diketahui, bahwa perbedaan pendapat di kalangan ulama umat Islam ini adalah yang terlahir dari ijtihad, karena itu, tidak membahayakan bagi yang tidak mencapai kebenaran. Nabi صلی الله عليه وسلم telah bersabda,

إِذَا حَكَمَ اْلحَاكِمُ فَاجْتَهَدَ ثُمَّ أَصَابَ فَلَهُ أَجْرَانِ وَإِذَا حَكَمَ فَاجْتَهَدَ ثُمَّ أَخْطَأَ فَلَهُ أَجْرٌ

"Jika seorang hakim memutuskan lalu berijtihad, kemudian ia benar, maka ia mendapat dua pahala. Dan jika ia memutuskan lalu berijtihad kemudian salah, maka ia mendapat satu pahala."[1]

Maka, bagi yang telah jelas baginya yang benar, maka ia wajib mengikutinya.

Perbedaan pendapat yang terjadi di antara para ulama umat Islam tidak boleh menyebabkan perbedaan hati, karena perbedaan hati bisa menimbulkan kerusakan besar, sebagaimana firman Allah,

"Dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar." (Al-Anfal: 46).

Perbedaan pendapat yang diakui oleh para ulama, yang kadang dinukil (dikutip) dan diungkapkan, adalah perbedaan pendapat yang kredibel dalam pandangan. Adapun perbedaan pendapat di kalangan orang-orang awam yang tidak mengerti dan tidak memahami, tidak diakui. Karena itu, hendaknya orang awam merujuk kepada ahlul ilmi, sebagaimana ditunjukkan oleh firman Allah سبحانه و تعالى,

"Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui." (An-Nahl: 43).

Kemudian pertanyaan penanya, apakah perbedaan ini terjadi dalam setiap masalah? Jawabnya: Tidak demikian. Perbedaan ini hanya pada sebagian masalah. Sebagian masalah disepakati, tidak ada perbedaan, alhamdulillah, tapi sebagian lainnya ada perbedaan pendapat karena hasil ijtihad, atau sebagian orang lebih tahu dari yang lainnya dalam menganalisa nash-nash Al-Kitab dan As-Sunnah. Di sinilah terjadinya perbedaan pendapat. Adapun dalam masalah-masalah pokok, sedikit sekali terjadi perbedaan pendapat.


Bolehkah Bersalaman Dengan Orang Kafir?

Syaikh Shalih Al-Fauzan

Pertanyaan:

Semoga Allah membalas kebaikan anda, jika orang-orang kafir menjulurkan tangannya untuk bersalaman, apakah kita harus menolak (untuk bersalaman)?

Jawaban:

Jika mereka memberi salam kepadamu dan mengulurkan tangannya untuk bersalaman, maka diperbolehkan untuk bersalaman dengan mereka. Tetapi jika kamu (orang muslim) yang memulai memberikan salam dan mengulurkan tangan kepada mereka, hal ini tidak diperbolehkan.



_______
Footnote:
[1] HR. Al-Bukhari dalam Al-I'tisham (7325).
© all rights reserved
made with by templateszoo