Pujian Kepada Kekasih Allah Muhammad SAW

0
Makna Qasidah yang antum anggap kufur dan syirik, baca dengan hati yang netral

يَا مُجِيْرُ مِنَ السَّعِيْرِ فَأَغِثْنِي وَأَجِرْنِي
فِي مُلِمَّاتِ اْلأُمُوْرِ يَا غِيَاثِ يَا مَلاَذِ

“Wahai Rasulallah yang menyelamatkan dari Neraka Sa’ir, tolonglah aku dan selamatkanlah aku.Wahai penolongku, wahai tempat berlindungku di dalam segala perkara-perkara yang sulit.”

Kalimat dalam Qasidah diatas banyak sekali dianggap oleh mereka sebagai kata-kata yang menyekutukan Allah. Karena menurut mereka ketiga kata tersebut hanya layak di tujukan kepada Allah dan bukan kepada makhluk.

Allah, sang Al-Khaliq, adalah Dzat yang dapat memberi manfaat dan madharat, sementara makhluk tidak mempunyai daya apa-apa untuk memberikan manfaat atau madharat kepada orang lain kecuali kepada siapa yang dikehendaki.

Manusia, aku, kamu dan juga Rasulullah SAW diberikan sifat mujir, ghauts dan maladz (bisa memberikan pertolongan atau perlindungan) adalah dalam kapasitas sebagai makhluk (yang diciptakan) dan bukan sebagai Khaliq (Pencipta). Jadi, ada sekat jelas antara kedudukan khaliq dan kedudukan makhluq.

Sekedar contoh, jika kita minta pertolongan atau meminta perlindungan kepada seseorang karena kita sedang kesusahan, apakah berarti kita telah musyrik karena tidak meminta perlindungan langsung kepada Allah?
Atau jika kamu sakit, lantas minta pertolongan kepada dokter apakah itu musyrik ?
Tentu jawabnya tidak karena kita memahami antara kedudukan khaliq dan makhluq diatas.

Dalam Surat at-Taubah ayat 6 Allah berfirman:

وإنْ أَحَدٌ مِنَ المُشْرِكِينَ اسْتَجَارَكَ فَأَجِرْهُ حَتّى يَسْمَعَ كَلاَمَ اللهِ ثُمَّ أَبلِغهُ مَأْمَنَهُ

“Dan jika seseorang di antara orang-orang musyrik itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah dia supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ke tempat yang aman baginya.”

Ayat tersebut memberikan pengertian bahwa Allah juga memberikan sifat mujir kepada makhluknya. Artinya, kita boleh minta pertolongan kepada manusia dengan kadar kapasitasnya sebagai manusia.

Begitu juga Rasulullah diberikan izin untuk menolong umatnya sekedar kapasitas kemampuan beliau. Termasuk perlindungan Rasulullah di hari qiamat ketika umat berada dalam bencana yang dahsyat di padang mahsyar, yaitu supaya semua makhluk segera dihisab oleh Allah (syafa‘atul ‘uzhma atau maqam mahmud).

Rasulullah memintakan syafaat untuk umatnya supaya tidak disiksa oleh Allah atau syafa’at supaya mendapatkan ampunan dari Allah.

Dalam sebuah hadits shahih riwayat al-Bukhari, dalam Shahih-nya:

قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَسْأَلُ النَّاسَ حَتَّى يَأْتِيَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَيْسَ فِي وَجْهِهِ مُزْعَةُ لَحْمٍ وَقَالَ إِنَّ الشَّمْسَ تَدْنُو يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يَبْلُغَ الْعَرَقُ نِصْفَ الْأُذُنِ فَبَيْنَا هُمْ كَذَلِكَ اسْتَغَاثُوا بِآدَمَ ثُمَّ بِمُوسَى ثُمَّ بِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

“Rasulullah bersabda: ‘Sesungguhnya matahari pada Hari Kiamat telah dekat sehingga keringat manusia akan mencapai separuh telinga. Pada saat itu mereka meminta tolong (ghauts)kepada Adam, kemudian kepada Musa, dan terakhir kepada Muhammad Saw.”

Itulah makna dari Syair diatas, jika kamu menafsirkannya bertolak belakang berarti otakmu dangkal sekali.

Ucapan para penyair yang menulis qashidah mada’ih an-nabawiyyah (puji-pujian Nabi) seperti al-Barzanji, ad-Diba’i dan al-Bushiri dalam al-Burdah adalah tanda kecintaan kepada Nabi SAW tidak menyelisihi dari ajarannya.

Selain itu, mereka juga adalah ulama yang sangat dalam keilmuannya, sangat taat dan sangat berhati-hati menghindari hal-hal yang berbau syubhat dan syirik. Apakah penyair-penyair di atas sedemikian bodoh dan hina di matamu ?!
Demi Allah, mereka adalah orang soleh!

قُلْ إِن كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَآؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَاأَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ اللّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُواْ حَتَّى يَأْتِيَ اللّهُ بِأَمْرِهِ وَاللّهُ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ

Katakanlah; “Jika bapak-bapak, anak-anak,saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya,maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.
(At-Taubah 24)

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَحَتَّى يُقْذَفَ فِي النَّارِ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ بَعْدَ أَنْ نَجَّاهُ اللَّهُ مِنْهُ وَلَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَلَدِهِ وَوَالِدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ

Dari Anas Bin Malik dari Nabi shallahu’alaihi wasallam bersabda, “Tidak (sempurna) iman salah seorang kalian sehingga Allah dan rasulNya lebih dia cintai daripada selainnya, dan hingga ia dilempar ke neraka lebih disukainya dari pada kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkannya. Dan tidak (sempurna) iman salah seorang kalian sehingga saya (Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam) lebih dicintainya daripada anaknya, orang tuanya atau manusia semuanya”.
(HR. Ahmad)

Allah saja memuji rasul SAW dan memerintahkan kepada orang-orang yang beriman untuk mengucapkan salam penghormatan

إِنَّ اللَّـهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا 

Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.
(QS Al-Ahzab; 56)

لَقَدْ جَاءَكُمْ رَ‌سُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِ‌يصٌ عَلَيْكُم بِالْمُؤْمِنِينَ رَ‌ءُوفٌ رَّ‌حِيمٌ

Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. 
(QS. At-Taubah;128)

وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ ٤

Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.
(QS. Al-Qalam;4)

وَكَانَ فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكَ عَظِيمًا.(النساء:113)

“… dan adalah karunia Allah sangat besar atasmu.”

وَرَ‌فَعْنَا لَكَ ذِكْرَ‌كَ

Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu,
(QS. Asy-Syarh; 04)


إِنَّ فِي هَـٰذَا لَبَلَاغًا لِّقَوْمٍ عَابِدِينَ ﴿١٠٦﴾ وَمَا أَرْ‌سَلْنَاكَ إِلَّا رَ‌حْمَةً لِّلْعَالَمِينَ ﴿١٠٧﴾

Sesungguhnya (apa yang disebutkan) dalam (surat) ini, benar-benar menjadi peringatan bagi kaum yang menyembah (Allah) (106),
Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.(107)
(QS. Al-Anbiya)

Begitu tinggi pujian Allah kepada Beliau SAW, Maka bila ada pujian-pujian dari manusia biasa yang ditujukan pada Nabi Muhammad SAW, pujian itu tidak ada apa-apanya. Sebab Allah telah memuji dengan dahsyatnya.

Sungguh lisan ini begitu lemah untuk membicarakan keagungannya. Bagaimana kita akan membicarakan seorang makhluk yang telah dipuji oleh Allah Yang Maha Sempurna?

Syeikh al-Islam Ibrahim al-Bajuri dalam muqaddimah Hasyiah Burdahnya mengatakan,

اعْلَمْ أًنَّ مَدْحَهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلّمَ لَمْ يَتَعَاطَهُ فُحُوْلُ الشُّعَرَاءِالْمُتَقَدِّمِيْن لِأَنّ كَمَالاَتِهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلّمَ لاَ تُحْصى وَشَمَائِلَهُ لاَ تُسْتَقْصى فَالْمَادِحُوْنَ لِجَنابِهِ الْعَلِىّ وَالْوَاصِفُوْنَ لِكَمَالِهِ الْجَلِىّ مُقَصّرُوْنَ عَمَّا هُنَالِكَ قَاصِرُوْن مِن أَدَاءِ ذلِكَ

كَيْفَ وَقَدْ وَصَفَهُ اللهُ فى كُتُبِهِ بِما يَبْهَرُ الْعُقُوْل ولا َيُسْتَطَاعُ الَيْه الْوُصُوْلُ فَلَوْ بالغ الأولون والأخرون فىِ إِحْصاءِ مَنَاقِبِهِ لَعَجُزُوا من ضَبْط مَا حَبَاهُ مولاهُ مِنْ مواهبه

“ketahuilah!, bahwa sesungguhnya pujian terhadap Nabi SAW. Tidak akan mampu dilaksanakan oleh para penyair terhebat dan terkemuka sekalipun. Karena sesungguhnya segala aspek kesempurnaan beliau SAW tidak terhitung, dan segala aspek kesempurnaan akhlaqnya tidak sanggup di urai. Maka para pemuji akan kemulyaannya SAW yang tinggi dan segala orang yang mensifatkan semua aspek kesempurnaan beliau SAW yang jelas nyata, mereka akan lemah kepayahan dalam melaksanakannya.

Demikian, mengapa?, karena Allah telah mensifatkan kekasih-Nya itu dalam kitab-kitab yang diturunkan dengan penyifatan yang mencengangkan akal. Tidak akan ada seorangpun yang mampu sampai, walaupun orang-orang terdahulu maupun yang terakhir menghitung-hitung segala sifat-sifat kemulyaan dan kesempurnaan beliau SAW niscaya lemahlah mereka itu dari meneliti dan menentukan segala apa yang telah Allah berikan kepada beliau SAW.”

Kesalah pahaman tentang hadits, “Jangan puji aku secara berlebihan
Pujian bagi Rasulullah tidak ada batas, berapapun pujian yang dihaturkan manusia maka Allah ta’ala akan membalas sepuluh kali

Dari Abdurrahman Bin Auf RA berkata :

Aku telah melihat Nabi SAW bersujud sekali yang lama, kemudian beliau mengangkat kepala beliau, maka aku bertanya kepada beliau tentang hal tersebut maka beliau menjawab “Sesungguhnya jibril AS menemuiku dan berkata : Sesungguhnya barang siapa yang bersholawat atasmu Muhammad maka Allah bersholawat atasnya, dan barang siapa yang bersalam atasmu, maka Allah bersalam keatasnya, Nabi bersabda : Berapakah jumlahnya,
Jibrill menjawab : sepuluh, maka nabi melanjutkan bersabda “Maka aku bersujud kepada Allah Azza Wajalla sebagai rasa Syukur (Sujud syukur)”
(Dikeluarkan dari Ibn Abi ‘Ashim dan ismail)

Sering kita mendengar propaganda yang melarang umat Islam memuji Nabi Muhammad saw. Di antara ucapan mereka yang tidak suka dengan amalan kita adalah, “Kita umat Islam tidak boleh mengkultuskan Rasulullah, tidak boleh memuji dan menyanjungnya secara berlebihan. Karena perbuatan itu merupakan bentuk kemusyrikan."

Mereka berpendapat seperti itu karena melihat hadist hanya sekilas teks sehingga terjadi pemahaman yang salah tentang itu.

Ini adalah tuduhan keji dan fitnah yang berat bagi para pecinta Nabi Muhammad saw. Orang-orang itu tidak mengetahui makna dan tujuan hadist, sehingga pemahamannya salah.

Rasulullah bersabda:

لا تطروني كما اطرت النصارىابن مريم فانما انا عبده فقولوا عبد الله ورسوله

Jangan memujiku secara berlebihan seperti kaum Nasrani yang memuji Isa putera Maryam. Sesungguhnya aku adalah hamba-Nya, maka ucapkanlah, “Hamba Allah dan Rasul-Nya.”
(HR. Bukhari dan Ahmad).

Tidak sedikit para sahabat yang memuji-muji Nabi SAW dengan pujian indah dan tinggi. Di antaranya adalah pujian yang disampaikan sahabat Hassan bin Tsabit :

واحسن منك لم تر قط عيني # واجمل منك لم تلد النساء

خلقت مبرأ من كل عيب # كأنك قد خلقت كما تشاء

Yang lebih baik darimu, belum pernah mataku memandangnya
Yang lebih indah darimu, belum pernah pernah dilahirkan oleh para wanita
Engkau diciptakan terbebas dari segala kekurangan
Seolah engkau tercipta dengan sekehendakmu sendiri


Sahabat Sariyah pun pernah memuji Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

فما حملت من ناقة فوق ظهرها … أبر وأوفى ذمة من محمد
“ Tidak ada seeokor unta pun yang membawa seseorang di atas punggungnya, yang lebih baik dan menepati janjinya daripada Muhammad “

Dari Abdullah bin Amr bin Ashz ia mendengar Rasulullah SAW bersabda,

Apabila kamu mendengarkan muadzin maka ucapkanlah seperti apa yang ia ucapkan, kemudian bershalawatlah kepadaku karena barang siapa yang bershalawat atasku sekali saja, maka Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali. Kemudian mintakanlah untukku al-Wasilah, sesungguhnya ia adalah kedudukan di Surga yang tidak layak kecuali hanya untuk seorang hamba dari hamba-hamba Allah. Dan aku berharap agar hamba tersebut adalah aku, barang siapa yang meminta kepada Allah al-Wasilah untukku, maka berhak atasnya syafaat.
(HR. Muslim)

جاء من حديث أنس بن مالك رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم من صلى علي صلاة واحدة صلى الله عليه عشر صلوات وحطت عنه عشر خطيئات ورفعت له عشر درجات
رواه الإمام أحمد (11587) و النسائي (1297) ـ و اللفظ له ـ بإسناد حسن

Barangsiapa yang bersholawat kepadaku satu kali, maka Allah bersholawat kepadanya 10 kali shalawat, dihapuskan darinya 10 kesalahan, dan ditinggikan baginya 10 derajat.
(HR. Imam Ahmad dan an-Nasa’i, )

Tidak ada komentar

Posting Komentar

© all rights reserved
made with by templateszoo