Tampilkan postingan dengan label Catatan Harian. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Catatan Harian. Tampilkan semua postingan

Stop Jangan Potong Rambut Maupun Kuku

Sebagai pengingat bagi siapa saja yang beniat hendak berkurban pada Iedul Adha kali ini, apabila sudah masuk bulan Dzulhijjah maka janga sampai lupa untuk tidak memotong kuku maupun cukur rambut hingga hari di sembelih hewan Kurbannya pada hari raya.
Sebagaimana disebutkan dalam banyak hadits larangan mencukur rambut dan memotong kuku ini diantaranya adalah sebagai berikut:
 
حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عُمَرَ الْمَكِّيُّ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ حُمَيْدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ سَمِعَ سَعِيدَ بْنَ الْمُسَيَّبِ يُحَدِّثُ عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا دَخَلَتْ الْعَشْرُ وَأَرَادَ أَحَدُكُمْ أَنْ يُضَحِّيَ فَلَا يَمَسَّ مِنْ شَعَرِهِ وَبَشَرِهِ شَيْئًا
قِيلَ لِسُفْيَانَ فَإِنَّ بَعْضَهُمْ لَا يَرْفَعُهُ قَالَ لَكِنِّي أَرْفَعُهُ

Telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Umar Al Makki telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Abdurrahman bin Humaid bin Abdurrahman bin 'Auf bahwa dia mendengar Sa'id bin Musayyab menceritakan dari Ummu Salamah bahwa Nabi ﷺ bersabda, "Jika telah tiba sepuluh (Zulhijah) dan salah seorang dari kalian hendak berkurban, maka janganlah mencukur rambut atau memotong kuku sedikitpun." Dikatakan kepada Sufyan, "Sebagian orang tidak memarfu'kan (hadits ini)?" Sufyan menjawab, "Akan tetapi saya memarfu'kannya." 
(HR.Muslim: 3653)

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ الْحَكَمِ الْبَصْرِيُّ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ عَنْ شُعْبَةَ عَنْ مَالِكِ بْنِ أَنَسٍ عَنْ عَمْرٍو أَوْ عُمَرَ بْنِ مُسْلِمٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ رَأَى هِلَالَ ذِي الْحِجَّةِ وَأَرَادَ أَنْ يُضَحِّيَ فَلَا يَأْخُذَنَّ مِنْ شَعْرِهِ وَلَا مِنْ أَظْفَارِهِ
قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ وَالصَّحِيحُ هُوَ عَمْرُو بْنُ مُسْلِمٍ قَدْ رَوَى عَنْهُ مُحَمَّدُ بْنُ عَمْرِو بْنِ عَلْقَمَةَ وَغَيْرُ وَاحِدٍ وَقَدْ رُوِيَ هَذَا الْحَدِيثُ عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ غَيْرِ هَذَا الْوَجْهِ نَحْوَ هَذَا وَهُوَ قَوْلُ بَعْضِ أَهْلِ الْعِلْمِ وَبِهِ كَانَ يَقُولُ سَعِيدُ بْنُ الْمُسَيَّبِ وَإِلَى هَذَا الْحَدِيثِ ذَهَبَ أَحْمَدُ وَإِسْحَقُ وَرَخَّصَ بَعْضُ أَهْلِ الْعِلْمِ فِي ذَلِكَ فَقَالُوا لَا بَأْسَ أَنْ يَأْخُذَ مِنْ شَعَرِهِ وَأَظْفَارِهِ وَهُوَ قَوْلُ الشَّافِعِيِّ وَاحْتَجَّ بِحَدِيثِ عَائِشَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَبْعَثُ بِالْهَدْيِ مِنْ الْمَدِينَةِ فَلَا يَجْتَنِبُ شَيْئًا مِمَّا يَجْتَنِبُ مِنْهُ الْمُحْرِمُ

Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Al Hakam Al Bashri berkata, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja'far dari Syu'bah dari Malik bin Anas dari Amru atau Umar bin Muslim dari Sa'id Ibnul Al Musayyab dari Ummu Salamah dari Nabi ﷺ, beliau bersabda, "Barangsiapa melihat hilal bulan Zulhijah dan ingin berkurban, maka janganlah ia mengambil rambut atau kukunya." Abu Isa berkata, "Hadits ini derajatnya hasan shahih. Yang benar, dia adalah Amru bin Muslim, Muhammad bin Amru bin Alqamah adalah orang yang meriwayatkan hadits darinya dan masih banyak lagi. Hadits ini juga diriwayatkan dari Sa'id Ibnul Musayyab, dari Ummu Salamah, dari Nabi ﷺ dengan jalur lain, seperti hadits tersebut. Hadits ini menjadi pendapat sebagian ulama` di antaranya Sa'id bin Al Musayyab, Ahmad dan Ishaq. Namun ada sebagian ulama` lain yang memberikan keringan dalam persoalan tersebut, mereka mengatakan, "Tidak apa-apa mengambil bulu atau kukunya, dan ini adalah pendapat As Syafi'i. Ia berhujah dengan hadits 'Aisyah bahwa Nabi ﷺ pernah mengirim hewan kurban dari Madinah. Dan beliau tidak menghindari perbuatan yang dihindari oleh orang yang sedang ihram." (HR. Tirmidzi: 1443) -


أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ حَدَّثَنِي عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ حُمَيْدٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا دَخَلَتْ الْعَشْرُ وَأَرَادَ أَحَدُكُمْ أَنْ يُضَحِّيَ فَلَا يَمَسَّ مِنْ شَعْرِهِ وَلَا أَظْفَارِهِ شَيْئًا

Telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Ahmad telah menceritakan kepada kami Sufyan telah menceritakan kepadaku Abdurrahman bin Humaid dari Sa'id bin Al Musayyab dari Ummu Salamah dari Nabi ﷺ, beliau bersabda, "Apabila telah masuk sepuluh hari pertama pada bulan Zulhijah, sementara salah seorang dari kalian hendak berkurban, maka janganlah ia memotong rambut, (bulu) serta kukunya sedikitpun." (HR. Darimi: 1866)

Ingin Panjang Umur Perbanyak Silaturrahmi


أَخْبَرَنِي أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ

Dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa ingin lapangkan pintu rizqi untuknya dan dipanjangkan umurnya hendaknya ia menyambung tali silaturrahmi."
(HR. Bukhari: 5527)

Mukmin Satu Dengan Munkmin Lainnya Bagaikan Satu Tubuh

حَدَّثَنَا أَبُو نُعَيْمٍ حَدَّثَنَا زَكَرِيَّاءُ عَنْ عَامِرٍ قَالَ سَمِعْتُهُ يَقُولُ سَمِعْتُ النُّعْمَانَ بْنَ بَشِيرٍ يَقُولُ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَرَى الْمُؤْمِنِينَ فِي تَرَاحُمِهِمْ وَتَوَادِّهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ كَمَثَلِ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى عُضْوًا تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ جَسَدِهِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى

Telah menceritakan kepada kami Abu Nu'aim telah menceritakan kepada kami Zakariya` dari 'Amir dia berkata; saya mendengar An Nu'man bin Basyir berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Kamu akan melihat orang-orang mukmin dalam hal saling mengasihi, mencintai, dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga dan panas (turut merasakan sakitnya)."
(HR. Bukhari: 5552)

Berikanlah Yang Terbaik Untuk Berkurban



حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ عَيَّاشٍ حَدَّثَنَا أَبُو إِسْحَاقَ عَنْ شُرَيْحِ بْنِ النُّعْمَانِ الْهَمْدَانِيِّ عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ
نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يُضَحَّى بِالْمُقَابَلَةِ أَوْ بِمُدَابَرَةٍ أَوْ شَرْقَاءَ أَوْ خَرْقَاءَ أَوْ جَدْعَاءَ

Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin 'Ayyasy telah menceritakan kepada kami Abu Ishaq dari Syuraih bin An Nu'man Al Hamdani dari Ali bin Abu Thalib, dia berkata, "Rasulullah melarangku berkurban dengan hewan yang terpotong bagian depan dan belakang telinganya, telinganya sobek, telinganya bolong, yang terpotong salah satu anggota tubuhnya." (HR. Ahmad: 575) -

Menguap Itu Dari Setan Hendaklah Sedapat Mungkin Menahannya

حَدَّثَنَا عَاصِمُ بْنُ عَلِيٍّ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي ذِئْبٍ عَنْ سَعِيدٍ الْمَقْبُرِيِّ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ التَّثَاؤُبُ مِنْ الشَّيْطَانِ فَإِذَا تَثَاءَبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَرُدَّهُ مَا اسْتَطَاعَ فَإِنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا قَالَ هَا ضَحِكَ الشَّيْطَانُ

Telah bercerita kepada kami 'Ashim bin 'Ali telah bercerita kepada kami Ibnu Abi Dza'bi dari Sa'id Al Maqbariy dari bapaknya dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Menguap itu dari setan. Maka bila seorang dari kalian menguap hendaklah sedapat mungkin ditahannya karena bila seseorang dari kalian menguap dengan mengeluarkan suara haa, setan akan tertawa".
(HR. Bukhari: 3046)

Hadits terkait:
  1. Bukhari-3046
  2. Muslim-5310
  3. Tirmidzi-338
  4. Tirmidzi-2670
  5. Ahmad-8797
  6. Ahmad-10277
  7. Ahmad-10832

Bolehnya Bersalaman Dengan Mencium Tangan Orang Mulia

mencium tangan orang shaleh
حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ مَنْصُورٍ أَبُو عَلِيٍّ حَدَّثَنَا حَجَّاجُ بْنُ مُحَمَّدٍ الْأَعْوَرُ بِالْمَصِّيصَةِ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ الْحَكَمِ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا جُحَيْفَةَ قَالَ خَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالْهَاجِرَةِ إِلَى الْبَطْحَاءِ فَتَوَضَّأَ ثُمَّ صَلَّى الظُّهْرَ رَكْعَتَيْنِ وَالْعَصْرَ رَكْعَتَيْنِ وَبَيْنَ يَدَيْهِ عَنَزَةٌ قَالَ شُعْبَةُ وَزَادَ فِيهِ عَوْنٌ عَنْ أَبِيهِ أَبِي جُحَيْفَةَ قَالَ
كَانَ يَمُرُّ مِنْ وَرَائِهَا الْمَرْأَةُ وَقَامَ النَّاسُ فَجَعَلُوا يَأْخُذُونَ يَدَيْهِ فَيَمْسَحُونَ بِهَا وُجُوهَهُمْ قَالَ فَأَخَذْتُ بِيَدِهِ فَوَضَعْتُهَا عَلَى وَجْهِي فَإِذَا هِيَ أَبْرَدُ مِنْ الثَّلْجِ وَأَطْيَبُ رَائِحَةً مِنْ الْمِسْكِ

Telah bercerita kepada kami Al Hasan bin Manshur, Abu 'Ali telah bercerita kepada kami Hajjaj bin Muhammad Al A'war di Mashishah telah bercerita kepada kami Syu'bah dari Al Hakam berkata; aku mendengar Abu Juhaifah berkata;
Pada suatu hari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam keluar pada siang hari menuju Batha', kemudian berwudlu', lalu beliau shalat Zhuhur dua raka'at dan 'Ashar dua raka'at dan di hadapan beliau diletakkan tongkat'. Syu'bah berkata; dan 'Aun menambahkan dalam riwayat hadits ini dari bapaknya, Abu Juhaifah, berkata; "Saat itu lewat dari belakang tongkat tersebut seorang wanita, maka orang-orang pada berdiri lalu memegang tangan beliau, kemudian mengusapkannya pada wajah-wajah mereka".
Dia (Abu Juhafah) berkata; "Maka aku pegang tangan beliau lalu kuusapkan ke wajahku yang ternyata tangan beliau itu lebih dingin dari pada salju dan lebih wangi dari pada minyak kasturi".
(HR. Bukhari: 3289)
Hadits terkait:
  1. Hadits Shahih Bukhari No: 3289
  2. Hadits Riwayat Ibnu Majah No:2724

Setiap Dosa Akan Diakhirkan Kecuali Durhaka Kepada Kedua Orang Tua


Orang Tua merupakan sosok yang paling berjasa dalam hidup kita. Tanpa perjuangan mereka, kita tentu tidak bisa tumbuh dan berkembang sebaik seperti sekarang ini. Atas hal tersebutlah kemudian agama Islam menuntunkan agar seorang anak berbakti kepada kedua Orang Tua.

Tidak hanya diwajibkan agar berbakti kepada kedua Orang Tua, Islam juga dengan tegas melarang seseorang berbuat buruk atau Durhaka kepada Orang Tua. Hal ini sesuai dengan kandungan Alquran surah Al-Ahqaf ayat 15.

Beberapa perbuatan dan perkataan yang masuk dalam kategori Durhaka. Berikut ini bentuk-bentuk Durhaka dalam Islam sesuai Alquran dan hadis.

1. Berkata keras dan kasar kepada Orang Tua

Berkata keras dan kasar kepada Orang Tua merupakan salah satu bentuk Durhaka yang dilarang dalam Islam. Hal ini sesuai dengan Alquran surah Al-Isra ayat 23.

{وَقَضَى رَبُّكَ أَلا تَعْبُدُوا إِلا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاهُمَا فَلا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلا كَرِيمًا (23) وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّي ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا (24) }
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. 
Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan 'ah' dan janganlah kamu membentak mereka, dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. 
Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah, "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.”
(QS Al-Isra, ayat 23-24)

Imam Bukhari meriwayatkan dalam Kitabul Adab dari jalan Abi Bakrah Radhiyallahu ‘anhu, telah bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

أَلاَ أُنَبِّئُكُم بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ؟ ثَلاَثًا قُلْنَا : بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ، قَالَ : أَلأِشْرَاكُ بِاللَّهِ، وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ، وَكَانَ مُتَّكِئًا فَجَلَسَ فَقَالَ: أَلاَ وَقَوْلُ الزُّورِ، وَشَهَادَةُ الزُّوُرِ، فَمَازَالَ يُكَرِّرُهَا حَتَّى قُلْنَا : لَيْتَهُ سَكَتَ
Maukah aku beritahukan kepadamu sebesar-besar dosa yang paling besar, tiga kali (beliau ulangi). Sahabat berkata, ‘Baiklah, ya Rasulullah’, bersabda Nabi. “Menyekutukan Allah, dan durhaka kepada kedua orang tua, serta camkanlah, dan saksi palsu dan perkataan bohong”. Maka Nabi selalu megulangi, “Dan persaksian palsu”, sehingga kami berkata, “semoga Nabi diam”
[Hadits Riwayat Bukhari 3/151-152 -Fathul Baari 5/261 No. 2654, dan Muslim 87]

2. Membuat Orang Tua bersedih atau menangis

Membuat Orang Tua bersedih sampai menangis karena perbuatan atau ucapan juga salah satu bentuk dari kedurhakaan. Hal ini sesuai dengan hadis Nabi,"Tangisan kedua Orang Tua termasuk kedurhakaan besar," (Hadis riwayat Bukhari).

3. Menelantarkan dan tidak melayani Orang Tua

Dengan alasan kesibukan pekerjaan atau sudah punya keluarga sendiri, banyak anak yang kemudian mulai kurang perhatian kepada kedua orang tuanya. Hingga tidak sedikit kasus anak yang menelantarkan orangtua, padahal hal tersebut termasuk bentuk kedurhakaan yang nyata.

4. Memasang muka cemberut di depan Orang Tua

Termasuk dalam bentuk kedurhakaan ialah saat anak selalu memasang muka cemberut jika ia berada di hadapan Orang Tua. Sebab, hal tersebut bisa membuat sakit hati Orang Tua.

5. Tidak menghormati Orang Tua

Tidak menghormati Orang Tua juga masuk dalam kategori kedurhakaan seorang anak. Allah menganjurkan seorang anak agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Hal ini sebagaimana termuat dalam Alquran surah An-Nisa ayat 36.

Dari hadits di atas dapat diketahui bahwa dosa besar yang paling besar setelah syirik adalah uququl walidain (durhaka kepda kedua orang tua).

Dalam riwayat lain Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda bahwa diantara dosa-dosa besar yaitu menyekutukan Allah, durhaka kepada kedua orang tua, membunuh diri, dan sumpah palsu
[Riwayat Bukhari dalam Fathul Baari 11/555].

Kemudian diantara dosa-dosa besar yang paling besar adalah seorang melaknat kedua orang tuanya [Hadits Riwayat Imam Bukhari]

 Dari Mughirah bin Syu’bah Radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
إِنَّاللَّهَ تَعَالَى حَرَّمَ عَلَيْكُمْ عُقُوقَ اْللأَمَّهَاتِ، وَمَنْعًا وَهَاتِ وَوَأْدَ اْلبَنَاتِ، وَكَرِهَ لَكُمْ قِيْلَ وَقَالَ، وَكَشْرَةَ اْلسُّؤَالِ، إِضَاعَةَ اْلمَالِ
Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kamu, durhaka pada ibu dan menolak kewajiban, dan minta yang bukan haknya, dan membunuh anak hidup-hidup, dan Allah membenci padamu banyak bicara, dan banyak bertanya demikian pula memboroskan harta (menghamburkan kekayaan)
[Hadits Riwayat Bukhari (Fathul Baari 10/405 No. 5975) Muslim No. 1715 912)]

Hadits ini adalah salah satu hadits yang melarang seorang anak berbuat durhaka kepada kedua orang tuanya. Seorang anak yang berbuat durhaka berarti dia tidak masuk surga dengan sebab durhaka kepada kedua orang tuanya, sebagaimana hadits dari Abu Darda bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ عَاقٌ وَلاَ مُدْمِنُ خَمْرٍ وَلاَ مُكَذِّبٌ باْلقَدَرِ
Tidak masuk surga anak yang durhaka, peminum khamr (minuman keras) dan orang yang mendustakan qadar
[Hadits Riwayat Ahmad 6/441]

Selain memberikan kenikmatan bagi setiap manusia yang menjalankan perintah agama, Islam juga dengan tegas akan memberikan hukuman bagi siapa saja yang melanggar aturan, termasuk Durhaka kepada Orang Tua.

Beberapa balasan yang akan diterima seorang anak yang Durhaka kepada orangtuanya antara lain sebagai berikut.

1. Salatnya tidak diterima

Amalan salat anak Durhaka tidak akan diterima Allah sebelum ia bertobat dan meminta maaf kepada kedua orang tuanya. Hal ini sesuai dengan hadis Nabi Muhammad SAW berikut.

"Allah tidak akan menerima salat orang yang benci kedua orang tuanya yang tidak menganiaya kepadannya," (Hadis riwayat Abu Al-Hasan Bin Makruf).

2. Dijauhkan dari kenikmatan surga

Seorang anak yang Durhaka juga akan dijauhkan dari kenikmatan surga. Hal ini sesuai dengan hadis Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Nasa'i dan Ahmad.

"Ada tiga jenis manusia yang diharamkan Allah masuk surga, yaitu pemabuk berat, orang yang Durhaka kepada kedua Orang Tua, dan seorang dayyuts (orang yang membiarkan kejahatan berlaku dalam keluargannya, merelakan istri dan anak perempuan selingkuh),"

3. Tidak mendapatkan rida dari Allah

Jika jalan hidupmu ingin berkah, maka berjalanlah di jalan yang diridai Allah. Salah satu yang menghalangi rida Allah ialah perbuatan Durhaka kepada Orang Tua. Hal ini sesuai dengan hadis yang diriwayatkan oleh Al-Hakim.

"Rida Allah tergantung rida Orang Tua, dan murka Allah pun tergantung pada murka kedua Orang Tua," (Hadis riwayat Al-Hakim).

4. Mendapatkan kesusahan di dunia

Perbuatan Durhaka merupakan salah satu perbuatan dosa yang balasannya bisa didapatkan langsung di dunia. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh hadis Rasulullah SAW berikut.

"Setiap dosa akan diakhirkan oleh Allah sekehendak-Nya sampai hari kiamat, kecuali dosa mendurhakai kedua Orang Tua. sesungguhnya Allah akan menyegerakan (balasan) kepada pelakunnya didalam hidupnya sebelum mati," 
(Riwayat Al-Hakim).

Dilarang Melewati Orang Yang Sedang Shalat, Dan Keutamaan Membaca Ayat Kursiy Sebelum Tidur

حَدَّثَنَا أَبُو مَعْمَرٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَارِثِ حَدَّثَنَا يُونُسُ عَنْ حُمَيْدِ بْنِ هِلَالٍ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ قَالَ:
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا مَرَّ بَيْنَ يَدَيْ أَحَدِكُمْ شَيْءٌ وَهُوَ يُصَلِّي فَلْيَمْنَعْهُ فَإِنْ أَبَى فَلْيَمْنَعْهُ فَإِنْ أَبَى فَليُقَاتِلْهُ فَإِنَّمَا هُوَ شَيْطَانٌ,
وَقَالَ عُثْمَانُ بْنُ الْهَيْثَمِ حَدَّثَنَا عَوْفٌ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سِيرِينَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ وَكَّلَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِحِفْظِ زَكَاةِ رَمَضَانَ فَأَتَانِي آتٍ فَجَعَلَ يَحْثُو مِنْ الطَّعَامِ فَأَخَذْتُهُ فَقُلْتُ لَأَرْفَعَنَّكَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرَ الْحَدِيثَ فَقَالَ إِذَا أَوَيْتَ إِلَى فِرَاشِكَ فَاقْرَأْ آيَةَ الْكُرْسِيِّ لَنْ يَزَالَ عَلَيْكَ مِنْ اللَّهِ حَافِظٌ وَلَا يَقْرَبُكَ شَيْطَانٌ حَتَّى تُصْبِحَ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَدَقَكَ وَهُوَ كَذُوبٌ ذَاكَ شَيْطَانٌ

Telah bercerita kepada kami [Abu Ma'mar] telah bercerita kepada kami ['Abdul Warits] telah bercerita kepada kami [Yunus] dari [Humaid bin Hilal] dari [Abu Shalih] dari [Abu Sa'id] berkata; 
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Jika ada seseorang lewat di hadapan salah seorang dari kalian yang sedang shalat, hendaklah dicegahnya. Jika tidak mau dicegahnya lagi dan jika tetap tidak mau, maka perangilah karena dia adalah syetan". 
Dan 'Utsman bin Al Haitsam berkata telah bercerita kepada kami 'Auf dari Muhammad bin Sirin dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu berkata; 
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menugaskan aku menjaga harta zakat Ramadlan kemudian ada orang yang datang mencuri makanan namun aku merebutnya kembali, lalu aku katakan; "Aku pasti akan mengadukan kamu kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam". 
Lalu Abu Hurairah radliallahu 'anhu menceritakan suatu hadits berkenaan masalah ini. 
Selanjutnya orang yang datang kepadanya tadi berkata; "Jika kamu hendak berbaring di atas tempat tidurmu, bacalah ayat Al Kursiy karena dengannya kamu selalu dijaga oleh Allah Ta'ala dan syetan tidak akan dapat mendekatimu sampai pagi". 
Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Benar apa yang dikatakannya padahal dia itu pendusta. Dia itu syetan".
(HR. Bukhari: 3033)
© all rights reserved
made with by templateszoo