Ceramah Islam: Menggapai Kedamaian Rohani, Memperkuat Keimanan Dan Menjaga Kedamaian

 Assalamualaikum wa rahmatullahi wa barakatuh,

Pujian syukur kita panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta'ala, yang dengan rahmat-Nya kita bisa berkumpul di sini untuk berbicara tentang sebuah topik yang sangat penting dalam kehidupan kita, yaitu kedamaian rohani dan keimanan. Semoga Allah memberkahi kita semua dengan ilmu dan hikmah dalam perjalanan kita mencari kedamaian dan memperkuat keimanan.

Ayat Al-Qur'an:

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam Al-Qur'an surah Ar-Ra'd, ayat 28:

الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ ‎﴿٢٨﴾‏

"Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan berzikir kepada Allah. Ingatlah, hanya dengan zikir kepada Allah hati menjadi tenteram."

Dalam ayat ini, Allah mengajarkan kepada kita bahwa dengan mengingat-Nya dan berzikir, hati kita akan menemukan kedamaian. Zikir kepada Allah adalah kunci untuk meraih ketenangan rohani yang begitu kita idamkan.

Hadits Nabi:

Rasulullah SAW juga telah memberikan banyak nasihat tentang bagaimana mencapai kedamaian rohani dan memperkuat keimanan kita. Salah satu hadits yang relevan dengan topik ini adalah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda:

أَلاَ وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ [رواه البخاري ومسلم

"Ada dalam tubuh manusia segumpal daging. Jika ia baik, maka baiklah seluruh tubuhnya. Dan jika ia rusak, maka rusaklah seluruh tubuhnya. Itu adalah hati."

Dalam hadits ini, Nabi Muhammad SAW mengingatkan kita akan pentingnya menjaga hati kita, karena hati adalah pusat dari kedamaian rohani dan keimanan kita. Jika hati kita bersih dan baik, maka keseluruhan tubuh dan jiwa kita akan merasakan kedamaian.

Ayat Al-Qur'an:

Dalam surah Al-Baqarah, ayat 208, Allah berfirman:

‏ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ ‎﴿٢٠٨﴾‏

"Hai orang-orang yang beriman, masuklah ke dalam Islam keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu."

Dalam ayat ini, Allah mengajak kita untuk memasuki Islam secara utuh dan menjauhi godaan syaitan. Dengan hidup sesuai dengan ajaran Islam, kita akan menjaga kedamaian rohani dan keimanan kita.

Hadits Nabi:

Rasulullah SAW bersabda:

"Barangsiapa yang menghendaki kebahagiaan dunia dan akhirat, maka hendaklah ia memperbanyak dzikir kepada Allah."

Dalam hadits ini, Nabi Muhammad SAW menunjukkan bahwa memperbanyak dzikir kepada Allah adalah cara untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Dzikir adalah sarana untuk menjaga kedamaian rohani dan memperkuat keimanan kita.

Ayat Al-Qur'an:

Dalam surah Al-Anfal, ayat 46, Allah berfirman:

وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ ۖ وَاصْبِرُوا ۚ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ ‎﴿٤٦﴾

"Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah berbantah-bantahan, sehingga kamu menjadi gentar, hilanglah kekuatanmu, dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar."

Ayat ini mengajarkan kepada kita pentingnya taat kepada Allah dan Rasul-Nya, serta menjaga persatuan dan kesatuan umat. Dengan taat dan sabar, kita akan menjaga kedamaian rohani dan memperkuat keimanan kita.

Hadits Nabi:

Rasulullah SAW bersabda:

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَبَاغَضُوا وَلَا تَحَاسَدُوا وَلَا تَدَابَرُوا وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا وَلَا يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلَاثِ لَيَالٍ

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Janganlah kalian saling membenci, janganlah saling mendengki dan janganlah kalian saling membelakangi dan jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara, dan tidak halal bagi seorang muslim mendiamkan saudaranya melebihi tiga malam."

Dalam hadits ini, Nabi Muhammad SAW menekankan pentingnya persaudaraan dan saling mencintai di antara umat Islam. Dengan menjaga hubungan yang baik antara sesama muslim, kita akan menciptakan lingkungan yang penuh kedamaian rohani.

Ayat Al-Qur'an:

Dalam surah Al-Hujurat, ayat 11, Allah berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّن قَوْمٍ عَسَىٰ أَن يَكُونُوا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِّن نِّسَاءٍ عَسَىٰ أَن يَكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّ ۖ وَلَا تَلْمِزُوا أَنفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ ۖ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ ۚ وَمَن لَّمْ يَتُبْ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ ‎﴿١١﴾‏

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah satu kaum mengolok-olok kaum yang lain, boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok), dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain, boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olok) lebih baik dari wanita-wanita (yang mengolok-olok). Janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil-memanggil dengan gelar-gelar yang buruk."

Ayat ini mengajarkan kita untuk menjaga sikap hormat dan penghormatan terhadap sesama, baik itu sesama muslim maupun sesama manusia. Dengan tidak merendahkan atau mencela satu sama lain, kita akan menciptakan lingkungan yang penuh dengan kedamaian rohani.

Hadits Nabi:

Rasulullah SAW bersabda:


عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اَلْـمُؤْمِنُ الْقَـوِيُّ خَـيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَـى اللهِ مِنَ الْـمُؤْمِنِ الضَّعِيْفِ، وَفِـيْ كُـلٍّ خَـيْـرٌ ، اِحْـرِصْ عَـلَـى مَا يَـنْـفَـعُـكَ وَاسْتَعِنْ بِاللهِ وَلَا تَـعْجَـزْ ، وَإِنْ أَصَابَكَ شَـيْءٌ فَـلَا تَقُلْ: لَوْ أَنِـّيْ فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَـذَا ، وَلَـكِنْ قُلْ: قَـدَرُ اللهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ، فَإِنَّ لَوْ تَـفْـتَـحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu

"Seorang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada seorang mukmin yang lemah, dan pada keduanya terdapat kebaikan. Bersungguh-sungguhlah kamu dalam mengejar apa yang bermanfaat bagimu, dan mohonlah pertolongan kepada Allah dan janganlah merasa lemah. Jika kamu ditimpa sesuatu, janganlah kamu berkata, 'Seandainya aku telah berbuat ini atau itu,' tetapi katakanlah, 'Ini adalah qadar dan qadha Allah, dan apabila kamu telah membuka pintu suatu masalah, janganlah kamu berkata, 'Andaikata aku tidak membukanya,' tetapi katakanlah, 'Allah yang menentukan antara perbuatan hamba-Nya, Allah menetapkan apa yang Dia kehendaki,' sebab kata 'andaikata' membuka pintu syaitan."

Dalam hadits ini, Nabi Muhammad SAW mengajarkan kepada kita untuk menjadi mukmin yang kuat dan bersungguh-sungguh dalam menjalani hidup. Kita juga diajarkan untuk menerima qadha dan qadar Allah dengan lapang dada, karena itu adalah bagian dari rencana-Nya. Dengan sikap kuat dan penerimaan terhadap kehendak Allah, kita akan menjaga kedamaian rohani dan memperkuat keimanan kita.

Kesimpulan:

Dalam perjalanan hidup ini, kita semua menghadapi berbagai ujian, cobaan, dan tantangan. Namun, dengan mengingat Allah, menjaga hati yang bersih, dan hidup sesuai dengan ajaran-Nya, kita bisa mencapai kedamaian rohani yang begitu kita impikan. Memperkuat keimanan adalah kunci untuk menjaga kedamaian tersebut. Saya mengajak kita semua untuk selalu berusaha untuk meraih ketenangan jiwa dan memperkuat keimanan, sehingga kita bisa hidup dalam harmoni dengan diri kita sendiri, sesama manusia, dan Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Semoga Allah memberkahi kita semua dalam perjalanan kita mencari kedamaian rohani dan memperkuat keimanan. Amin.

Wa'alaikumussalam wa rahmatullahi wa barakatuh.

Keutamaan Seorang Alim Atas Seorang Abid

مختصر أدلة فضل العلم على العبادة
إعداد: علي أبو هنية
* قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم- ( فضل العلم أحب إلي من فضل العبادة، وخير دينكم الورع ).
أخرجه البزار والطيالسي والحاكم عن حذيفة, والحاكم عن سعد (صحيح الجامع/4214).
Rasulullah SAW bersabda: Kautamaan Ilmu lebih aku sukai daripada keutamaan Ibadah, dan sebaik-baik agamamu adalah Wara'
Dikeluarkan oleh Al-Bazar dan At-Thayalisi dan Al-Hakim dari Hudzaifah, dan Al-Hakim dari Sa'id (Shahihul Jami')
* قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم ( فضل العالم على العابد كفضلي على أدناكم، إن الله عز وجل وملائكته،وأهل السموات والأرض، حتى النملة في جحرها،وحتى الحوت، ليصلون على معلم الناس الخير ).
رواه الترمذي عن أبي أمامة (صحيح الجامع/4213).
Rasulullah SAW bersabda: Keutamaan seorang ahli ilmu atas seorang ahli Ibadah adalah seperti keutamaanku atas kalian, Sesungguhnya Allah dan para Malaikat, serta semua makhluk di langit dan di bumi, sampai semut dalam lubangnya dan ikan (di lautan), benar-benar bershalawat/mendoakan kebaikan bagi orang yang mengajarkan kebaikan (ilmu agama) kepada manusia
Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dari Abi Umamah (Shahihul Jami')
* عن أبي هريرة -رضي الله عنه- قال: ( لأن أجلس ساعة فأفقه في ديني أحب إلي من أحيي ليلة إلى الصباح ).
Dari Abu Hurairah RA beliau berkata: Aku duduk sesaat untuk memahami agamaku lebih aku cintai daripada beribadah sepanjang malam
* عن عبدالله بن عمر -رضي الله عنه-قال: ( مجلس فقه خير من عبادة ستين سنة ).
Dari Abdullah bin Umar RA beliau berkata: Duduk dj majlis yang membahas ilmu lebih baik dari ibadah 60 tahun
* عن أبي ذر وأبي هريرة -رضي الله عنهما- قالا (باب من العلم نتعلمه أحب إلينا من ألف ركعة تطوعاً, وباب من العلم نعلمه؛ عُمل به أو لم يعمل أحب إلينا من مائة ركعة تطوعاً ).
Dari Abu Dzar dan Abu Hurairah Radliyallahu 'Anhuma- beliau berkata: (Mempelajari satu bab dari ilmu lebih kami cintai dari pada shalat sunnah seribu roka’at dan mengajarkan satu bab ilmu baik di amalakan ataupun tidak dengannya, lebih kami sukai daripada shalat sunnah seratus roka’at)
* قال ابن مسعود -رضي الله عنه- ( لأن أجلس مجلس فقهٍ ساعةً أحب إلي من صيام يومٍ وقيام ليلة).
Dari Ibnu Mas'ud RA- (Sungguh aku duduk di majelis fikih sesaat, lebih aku sukai dibanding puasa sehari dan Qiyamul Lail semalaman)
* قال ابن عباس -رضي الله عنه- ( تذاكر العلم بعض ليلة أحب إلي من إحيائها ).


عن إسحق بن منصور قال: قلت لأحمد بن حنبل ، قول ابن عباس: ( تذاكر العلم بعض ليلة أحب إلي من إحيائها ): أي علم أراد؟

قال: هو العلم الذي ينتفع به الناس في أمر دينهم. قلت في الوضوء والصلاة والصوم والحج والطلاق ونحو هذا؟ قال: نعم.


* عن قتادة : قال: ( باب من العلم يحفظه الرجل لصلاح نفسه وصلا ح من بعده أفضل من عبادة حول ).


* عن المزداد بن جميل قال: سمعت رجلاً يسأل المعافى بن عمران، فقال: يا أبا عمران: أيما أحب إليك: أقوم أصلي الليل كله، أو أكتب الحديث؟ فقال: حديث تكتبه أحب إلي من قيامك من أول الليل إلى آخره.


* عن ابن وهب قال: كنت عند مالك بن أنس فجاءت صلاة الظهر, أو العصر وأنا أقرأ عليه , وأنظر في العلم بين يديه فجمعت كتبي وقمت لأركع , فقال لي مالك: ما هذا ؟ قلت: أقوم إلى الصلاة. قال: ( إن هذا لعجب, ما الذي قمت إليه بأفضل من الذي كنت فيه, إذا صحت النية فيه ).


* عن سفيان الثوري والشافعي قالا: ( ليس بعد الفرائض أفضل من طلب العلم ).


* عن الربيع بن سليمان قال: سمعت الشافعي يقول : ( طلب العلم أفضل من الصلاة النافلة ).
Dari Ar Rabi' bin Sulaiman berkata: Aku mendengar As-Syafi'i berkata: Mencari ilmu lebih utama daripada shalat nafilah
* قال وكيع: ( لو أعلم أن الصلاة أفضل من الحديث ما حدثت ).
Wakie' berkata: Seandainya aku mengetahui kalau Shalat lebih utama daripada menyampaikan hadits maka aku tidak akan menyampaikan hadits
* قال القعنبي: ( لو أعلم أن الصلاة أفضل منه ما حدثت).

* عن محمد بن أحمد بن أبي الثلج قال: حدثني جدي قال: سألت أحمد بن حنبل, قلت: يا أبا عبدالله , أيهما أحب إليك: الرجل يكتب الحديث أو يصوم ويصلي؟ قال: يكتب الحديث. قلت: فمن أين فضلت كتاب الحديث على الصوم والصلاة؟ قال: لئلا يقول قائل: إني رأيت قوماً على شيء فاتبعتهم.

* قال عبد الله بن أحمد بن حنبل : لما قدم أبو زرعة نزل عند أبي فكان كثير المذاكرة له فسمعت أبي يوما يقول : ما صليت غير الفرض استأثرت بمذاكرة أبي زرعة على نوافلي.

* قال ابن أبي حاتم: خرجت إلى أيلة, إلى محمد بن عزيز الأيلي, فكتب لي أبي وأبو زرعة إليه – يعني في الوصاة- فجعل محمد بن عزيز يقرأ لي يوم الجمعة, ما صلى ذلك اليوم إلا الجمعة ركعتين, والعصر أربعاً,وكان يقرأ لي الحديث, على أن قراءة الحديث أفضل من صلاة التطوع.

* قال ابن القيم :: ( إذا كان كل من العلم والعمل فرضا فلا بد منهما كالصوم والصلاة فإذا كانا فضلين وهما النفلان المتطوع بهما ففضل العلم ونفله خير من فضل العبادة ونفلها لان العلم يعم نفعه صاحبه والناس معه والعبادة يختص نفعها بصاحبها ولان العلم تبقى فائدته وعلمه بعد موته والعبادة تنقطع عنه).

* قال الحافظ ابن رجب :: ( وكذلك تعلم العلم النافع وتعليمه أفضل من الصيام, وقد نصّ الأئمة الأربعة على أن طلب العلم أفضل من صلاة النافلة, والصلاة أفضل من الصيام المتطوع به, فيكون العلم أفضل من الصيام بطريق الأولى فإن العلم مصباح يستضاء به في ظلمة الجهل والهوى, فمن سار في طريق على غير مصباح لم يأمن أن يقع في بئر بوار فيعطب, قال ابن سيرين: إن قوماً تركوا العلم واتخذوا محاريب فصلوا وصاموا بغير علم والله ما عمل أحد بغيرعلم إلا كان ما يفسد أكثر مما يصلح ).إهـ
Artikel di copas dari: http://www.kulalsalafiyeen.com/vb/showthread.php?t=30493
Belum di terjemahkan!!!

Ketika Merasa Memiliki Dosa Besar Bacalah Istighfar Ini

Setiap manusia tidak terlepas dari dosa. Dalam bentangan perjalanan hidupnya, manusia pasti pasti pernah bermksiat dan melakukan dosa kepada Allah, baik kecil maupun besar. Karena itu, jika seseorang sudah menyadari dosa-dosanya dan ia merasa sudah begitu banyak berbuat maksiat dan dosa kepada Allah, maka ia harus segera bertaubat. Selain itu, ia harus memperbanyak doa berikut;
اللّهُمَّ مَغْفِرَتُكَ أَوْسَعُ مِنْ ذُنُوْبِيْ، وَرَحْمَتُكَ أَرْجَى عِنْدِيْ مِنْ عَمَلِيْ
Allohumma maghfirotuka awsa’u min zunubi wa rohmatuka arja ‘indi min ‘amali.
Ya Allah, ampunan-Mu lebih luas daripada dosa-dosaku, rahmat-Mu lebih bisa diharapkan untukku daripada amalku.
Doa berdasarkan hadis riwayat Imam Al-Hakim dari Jabir bin Abdullah, dia berkata,
جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه و سلم ، فَقَالَ : وَا ذُنُوْبَاهُ، وَا ذُنُوْبَاهُ، مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلاَثًا. فَقَالَ لَهُ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه و سلم : قُلْ : اللّهُمَّ مَغْفِرَتُكَ أَوْسَعُ مِنْ ذُنُوْبِيْ، وَرَحْمَتُكَ أَرْجَى عِنْدِيْ مِنْ عَمَلِيْ. فَقَالَهَا. ثُمَّ قَالَ : عُدْ، فَعَادَ. ثُمَّ قَالَ: عُدْ، فَعَادَ. فَقَالَ : قُمْ، فَقَدْ غُفِرَ لَكَ.

Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah Saw, seraya berkata; ‘Alangkah besar dosaku, alangkah besar dosaku, dua atau tiga kali. Maka Rasulullah Saw bersabda kepadanya; ‘Katakanlah, ‘Ya Allah, ampunan-Mu lebih luas daripada dosa-dosaku, rahmat-Mu lebih bisa diharapkan untukku daripada amalku.’ Maka dia mengucapkannya. Kemudian Rasulullah Saw bersabda, ‘Ulangilah’. Maka dia mengulangi. Kemudian Rasulullah Saw bersabda, ‘Ulangilah’. Maka dia mengulangi. Kemudian Rasulullah Saw bersabda, ‘Berdirilah, sungguh dosamu telah diampuni untukmu.’

Dzikir Sore Sesuai Sunnah Nabi

 أَعُوْذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ
A'uudzu billaahi minasy-syaithoonir-rojiim. Aku berlindung kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk. Sumber: Hisnul Muslim.
اللَّهُ لَآ إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَ الْحَىُّ الْقَيُّومُ ۚ لَا تَأْخُذُهُۥ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ ۚ لَّهُۥ مَا فِى السَّمَاوَاتِ وَمَا فِى الْأَرْضِ ۗ مَن ذَا الَّذِى يَشْفَعُ عِندَهُۥٓ إِلَّا بِإِذْنِهِۦ ۚ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ ۖ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَىْءٍ مِّنْ عِلْمِهِۦٓ إِلَّا بِمَا شَآءَ ۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ ۖ وَلَا يَئُودُهُۥ حِفْظُهُمَا ۚ وَهُوَ الْعَلِىُّ الْعَظِيمُ ﴿٢٥٥﴾
Allah, tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Dia Yang Hidup Kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya). Tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Siapakah yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi, dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya. Dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. (Al-Baqarah [2]: 255). "Barangsiapa membaca kalimat ini ketika pagi hari, maka ia dijaga dari (ganguan) jin hingga sore hari. Dan barangsiapa mengucapkannya ketika sore hari, maka ia dijaga dari (ganguan) jin hingga pagi hari." (HR. Al-Hakim 1/562. 

Hadits menisbatkan kepada An-Nasa'i dan Ath-Thabrani, beliau berkata, isnad Ath-Thabrani jayyid). Hadits selengkapnya: Dari Ubay bin Ka'ab radliallahu 'anhu, bahwa suatu ketika ada seorang jin yang mencuri kebun kurmanya. Jin itu beliau tangkap, untuk dilaporkan kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Jin itupun memelas agar dilepaskan. Sebagai gantinya, dia memberikan satu wirid kepada Ubay. Jin itu mengatakan: (dzikir di atas). 

Barangsiapa yang membacanya ketika sore maka dia akan dilindungi dari (gangguan) kami sampai pagi. Barangsiapa yang membacanya ketika pagi maka dia akan dilindungi dari (gangguan) kami sampai sore. Kemudian, Ubay mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan menceritakan kejadian yang dia jumpai. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Si makhluk jelek itu benar." (maksud makhluk jelek adalah jin tersebut). (HR. An Nasa'i dan At Thabrani dan dishahihkan Al Albani).
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ ﴿١﴾ اللَّهُ الصَّمَدُ ﴿٢﴾ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ﴿٣﴾ وَلَمْ يَكُن لَّهُۥ كُفُوًا أَحَدٌۢ ﴿٤﴾
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (1) Katakanlah: Dialah Allah Yang Maha Esa. (2) Allah adalah Ilah yang bergantung kepada-Nya segala urusan. (3) Dia tidak beranak dan tiada pula diperanakkan. (4) Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia. (Al-Ikhlas [112]: 1-4). HR. Abu Dawud 4/322, At-Tirmidzi 5/567 dan lihat Shahih At-Tirmidzi 3/182. "Barangsiapa membaca tiga surat tersebut (surat Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Naas, ketiganya dinamakan Al-Mu'awwidzaat) sebanyak 3x setiap pagi dan sore hari, maka itu (tiga surat tersebut) cukup baginya dari segala sesuatu." (Yaitu melindunginya dari segala bentuk bahaya dengan izin Allah). Sumber: Hisnul Muslim. Dibaca 3x
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ ﴿١﴾ مِن شَرِّ مَا خَلَقَ ﴿٢﴾ وَمِن شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ ﴿٣﴾ وَمِن شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِى الْعُقَدِ ﴿٤﴾ وَمِن شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ ﴿٥﴾
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (1) Katakanlah: Aku berlindung kepada Rabb yang menguasai Subuh. (2) Dari kejahatan makhluk-Nya. (3) Dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita. (4) Dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul. (5) Dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki. (Al-Falaq [113]: 1-5). HR. Abu Dawud 4/322, At-Tirmidzi 5/567 dan lihat Shahih At-Tirmidzi 3/182. "Barangsiapa membaca tiga surat tersebut (surat Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Naas, ketiganya dinamakan Al-Mu'awwidzaat) sebanyak 3x setiap pagi dan sore hari, maka itu (tiga surat tersebut) cukup baginya dari segala sesuatu." (Yaitu melindunginya dari segala bentuk bahaya dengan izin Allah). Sumber: Hisnul Muslim. Dibaca 3x
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ ﴿١﴾ مَلِكِ النَّاسِ ﴿٢﴾ إِلَـٰهِ النَّاسِ ﴿٣﴾ مِن شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ ﴿٤﴾ الَّذِى يُوَسْوِسُ فِى صُدُورِ النَّاسِ ﴿٥﴾ مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ ﴿٦﴾
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (1) Katakanlah: Aku berlindung kepada Rabb manusia. (2) Raja manusia. (3) Sembahan manusia. (4) Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi. (5) Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia. (6) Dari jin dan manusia. (An-Nas [114]: 1-6). HR. Abu Dawud 4/322, At-Tirmidzi 5/567 dan lihat Shahih At-Tirmidzi 3/182. "Barangsiapa membaca tiga surat tersebut (surat Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Naas, ketiganya dinamakan Al-Mu'awwidzaat) sebanyak 3x setiap pagi dan sore hari, maka itu (tiga surat tersebut) cukup baginya dari segala sesuatu." (Yaitu melindunginya dari segala bentuk bahaya dengan izin Allah). Sumber: Hisnul Muslim. Dibaca 1x
اَللَّهُمَّ بِكَ أَمْسَيْنَا، وَبِكَ أَصْبَحْنَا، وَبِكَ نَحْيَا، وَبِكَ نَمُوْتُ، وَإِلَيْكَ الْمَصِيْرُ
Allaahumma bika amsainaa, wa bika ash-bahnaa, wa bika nahyaa, wa bika namuutu, wa ilaikal mashiir. Ya Allah, dengan rahmat dan pertolonganMu kami memasuki waktu sore, dan dengan rahmat dan pertolonganMu kami memasuki waktu pagi. Dengan rahmat dan pertolonganMu kami hidup dan dengan kehendakMu kami mati. Dan kepadaMu tempat kembali (bagi semua makhluk). HR. At Turmudzi 3391 dan dishahihkan Al-Albani. Keterangan: Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu, beliau berkata: Ketika masuk waktu pagi, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam biasa membaca: ‘Allahumma bika ashbahnaa…’ dan ketika sore beliau membaca: ‘Allahumma bika amsainaa…’. Doa di atas menunjukkan betapa orang yang membacanya adalah orang yang sangat pasrah kepada Allah. Dia mengakui bahwa dirinya mampu hidup di hari itu, semata karena nikmat dari Allah ta'ala. Dia senantiasa dalam kondisi mengakui hal itu selama hidup dan matinya. Dia juga mengakui bahwa dia bakal kembali kepada Allah ta'ala. Sumber: Hisnul Muslim dan http://www.facebook.com/doa.dzikir.shahih.harian/post
اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ، لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ أَنْتَ، خَلَقْتَنِيْ، وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوْءُ لَكَ بِذَنْبِيْ، فَاغْفِرْ لِيْ، فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ
Allaahumma anta robbii, laa ilaaha illaa anta, kholaqtanii, wa anaa 'abduka, wa anaa 'alaa 'ahdika wa wa'dika mas-tatho'tu, a'uudzu bika min syarri maa shona'tu, abuu-u laka bini'matika 'alayya, wa abuu-u laka bi-dzanbii, faghfir lii, fa-innahu laa yagh-firudz-dzunuuba illaa anta. Ya Allah, Engkau adalah Tuhanku, tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Engkau, Engkaulah yang menciptakan aku. Aku adalah hambaMu. Aku akan setia pada perjanjianku denganMu semampuku. Aku berlindung kepadaMu dari kejelekan yang kuperbuat. Aku mengakui nikmatMu kepadaku dan aku mengakui dosaku, oleh karena itu, ampunilah aku. Sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa kecuali Engkau. HR. Al Bukhari no. 5522, 6306 dan 6323, at-Tirmidzi no. 3393, an-Nasa'i no. 5522 dan lain-lain. 

Keutamaan: Dari Syaddad bin Aus radhiallahu 'anhu bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa salam bersabda, “Sayyidul Istighfar adalah bacaan: (doa di atas).” Kemudian beliau menyebutkan keutamaannya, “Barangsiapa yang membaca doa ini dengan penuh keyakinan di sore hari, kemudian dia mati pada malam harinya (sebelum pagi) maka dia termasuk ahli surga. Dan barangsiapa yang membacanya dengan penuh keyakinan di pagi hari, kemudian dia mati pada siang harinya (sebelum sore) maka dia termasuk ahli surga.” 
 Keterangan: Dinamakan Sayyidul Istighfar, karena bacaan istighfar di atas adalah lafal istighfar yang paling mulia dibandingkan lafal istighfar lainnya. Dalam lafal istighfar ini, terdapat 8 aspek yang menjadikan istighfar ini memiliki keutamaan yang besar: 
 1. Dimulai dengan pujian kepada Allah. 
2. Adanya pengakuan bahwa dirinya adalah hamba Allah, makhluk Allah yang berusaha menghambakan dirinya kepada Allah. 
3. Mengimani adanya janji Allah, sehingga sang hamba sangat berpijak pada ikrarnya untuk mendapatkan janji Tuhannya. 
4. Pengakuan akan kekurangan dirinya, dengan sekaligus memohon perlindungan kepada Tuhannya dari keburukan dirinya. 
5. Pengakuan terhadap banyaknya nikmat yang telah Allah berikan kepada dirinya, yang ini mewakili rasa syukur. 
6. Pengakuan terhadap banyaknya dosa dan kelancangannya, yang ini merupakan bentuk taubatnya. 
7. Diakhiri dengan permohonan ampunan yang setulusnya kepada Allah. 
8. Dengan keyakinan, tidak ada Dzat yang mampu mengampuni dosa-dosa hamba kecuali Allah, Sang Maha Kasih Sayang. (Fiqh al-Adiyah, 3/15). 
 Sumber: Hisnul Muslim dan http://www.facebook.com/doa.dziki 

 Dzikir Sore 

Dzikir Sore 6 Dibaca 1x
أَمْسَيْنَا وَأَمْسَى الْمُلْكُ لِلَّهِ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ، لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ اللَّهُ، وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. رَبِّ أَسْأَلُكَ خَيْرَ مَا فِيْ هَـٰذِهِ اللَّيْلَةِ وَخَيْرَ مَا بَعْدَهَا، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا فِيْ هَـٰذِهِ اللَّيْلَةِ وَشَرِّ مَا بَعْدَهَا، رَبِّ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْكَسَلِ وَسُوْءِ الْكِبَرِ، رَبِّ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابٍ فِي النَّارِ وَعَذَابٍ فِي الْقَبْرِ
Amsainaa wa amsal mulku lillaah, wal hamdulillaah, laa ilaaha illallaah, wahdahu laa syariika lah, lahul mulku wa lahul hamd, wa huwa 'alaa kulli syai-in qodiir. Robbi as-aluka khoiro maa fii haadzihil-lailati wa khoiro maa ba'dahaa, wa a'uudzu bika min syarri maa fii haadzihil-lailati wa syarri maa ba'dahaa, robbi a'uudzu bika minal kasali wa suu-il kibar, robbi a'uudzu bika min 'adzaabin fin-naari wa 'adzaabin fil qobr. Kami telah memasuki waktu sore dan kerajaan hanya milik Allah, segala puji bagi Allah. Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah, Yang Maha Esa, tiada sekutu bagiNya. Bagi-Nya kerajaan dan bagiNya pujian. Dia-lah Yang Mahakuasa atas segala sesuatu. Hai Tuhan, aku mohon kepada-Mu kebaikan di malam ini dan kebaikan sesudahnya. Aku berlindung kepadaMu dari kejahatan malam ini dan kejahatan sesudahnya. Wahai Tuhan, aku berlindung kepadaMu dari kemalasan dan kejelekan di hari tua. Wahai Tuhan, aku berlindung kepadaMu dari siksaan di Neraka dan kubur. HR. Muslim 4/2088. Keterangan: 1. Doa di atas berdasarkan hadis dari Ibnu Mas'ud radliallahu 'anhu, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ketika sore membaca: (doa di atas). 2. Doa di atas menunjukkan sikap ketundukan seorang muslim kepada Allah. Dia mengawali paginya atau sore harinya dengan ikrar dan berbagai pengakuan. Dia berikrar tentang keabadian kerajaan Allah. Dia memuji Allah di waktu paginya. Dia berikrar tentang laa ilaaha illallaah, dan beberapa ikrar lainnya. Kemudian diikuti dengan berdoa, memohon kepada Allah agar diberi kebaikan pada malam atau hari itu, dan dilindungi dari segala bentuk keburukan pada malam atau hari itu. Yang bisa jadi tidak kita ketahui dan datang tanpa disangka-sangka. 3. Kemudian seorang muslim memohon perlindungan dari penyebab keburukan, yaitu sikap malas dan dampak dari sikap malas, yaitu kondisi buruk di hari tua. Di penghujung doa ini, seorang muslim berlindung kepada Allah dari siksa hari akhir, yaitu siksa kubur dan siksa neraka. Sumber: Hisnul Muslim dan http://www.facebook.com/doa.dzikir.shahih.harian/posts/156467714453295

Hadits yang menerangkan Khutbah Rasulullah yang berapi-api

 كانَ رَسولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وَسَلَّمَ إذَا خَطَبَ احْمَرَّتْ عَيْنَاهُ، وَعَلَا صَوْتُهُ، وَاشْتَدَّ غَضَبُهُ، حتَّى كَأنَّهُ مُنْذِرُ جَيْشٍ يقولُ: صَبَّحَكُمْ وَمَسَّاكُمْ، ويقولُ: بُعِثْتُ أَنَا وَالسَّاعَةُ كَهَاتَيْنِ، وَيَقْرُنُ بيْنَ إصْبَعَيْهِ: السَّبَّابَةِ وَالْوُسْطَى، ويقولُ: أَمَّا بَعْدُ؛ فإنَّ خَيْرَ الحَديثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرُ الهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ، وَشَرُّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلُّ بدْعَةٍ ضَلَالَةٌ، ثُمَّ يقولُ: أَنَا أَوْلَى بكُلِّ مُؤْمِنٍ مِن نَفْسِهِ؛ مَن تَرَكَ مَالًا فَلأَهْلِهِ، وَمَن تَرَكَ دَيْنًا أَوْ ضَيَاعًا، فَإِلَيَّ وَعَلَيَّ. [وفي رواية]: كَانَتْ خُطْبَةُ النَّبيِّ صَلَّى اللَّهُ عليه وَسَلَّمَ يَومَ الجُمُعَةِ يَحْمَدُ اللَّهَ، وَيُثْنِي عليه، ثُمَّ يقولُ علَى إثْرِ ذلكَ، وَقَدْ عَلَا صَوْتُهُ، ثُمَّ سَاقَ الحَدِيثَ، بمِثْلِهِ.

الراوي : جابر بن عبدالله | المحدث : مسلم | المصدر : صحيح مسلم

الصفحة أو الرقم: 867 | خلاصة حكم المحدث : [صحيح]


Apabila Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menyampaikan khutbah, maka kedua matanya memerah, suaranya lantang, dan semangatnya berkobar-kobar bagaikan panglima perang yang sedang memberikan komando kepada bala tentaranya. Beliau bersabda: "Hendaklah kalian selalu waspada di waktu pagi dan petang. Aku diutus, sementara antara aku dan hari kiamat adalah seperti dua jari ini (yakni jari telunjuk dan jari tengah)." Kemudian beliau melanjutkan bersabda: "Amma ba'du. Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah Kitabullah, sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Seburuk-buruk perkara adalah perkara yang diada-adakan dan setiap bid'ah adalah sesat." Kemudian beliau bersabda: "Aku lebih utama bagi setiap muslim daripada dirinya sendiri. Karena itu, siapa yang meninggalkan harta, maka harta itu adalah miliki keluarganya. Sedangkan siapa yang mati dengan meninggalkan hutang atau keluarga yang terlantar, maka hal itu adalah tanggungjawabku."

Pentingnya Maulid Dan Shalawat Atas Nabi

Pentingnya Maulid Dan Shalawat Atas Nabi

Pentingnya Maulid Nabi SAW, sebagai sarana mengingat Baginda Nabi SAW, yang senantiasa di ingat oleh pencipta-Nya. Dengan firman-Nya yang diperintahkan oleh Allah SWT dalam Surat al-Ahzab ayat 56:
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikatNya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu sekalian untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. (Al-Ahzab: 56)
Ibnu Katsir dalam tafsirnya menerangkan makna ayat tersebut bahwa Allah swt menunjukkan kepada manusia derajat tingginya Rasulullah saw sehingga Allah swt membacakan shalawat kepadanya. Dan memerintahkan semua manusia dan juga para malaikat untuk bershalawat juga.
Rasulallah saw.bersabda:
قَالَ رَسُوْلُ الله: لَمَّا اقْتَرَفَ آدَمُ الخَطِيْئَةَ قَالَ: يَا رَبِّ أسْأَلُكَ بِحَقِّ مُحَمَّدٍ لِمَا غَفَرْتَ لِي فَقالَ اللهُ يَا آدَمُ, وَكَيْفَ عَرَفْتَ مُحَمَّدًا وَلَمْ أخْلَقُهُ ؟ قَالَ: يَا رَبِّ لأنَّـكَ لَمَّا خَلَقْتَنِي بِيدِكَ وَنَفَخْتَ فِيَّ مِنْ رُوْحِكَ رَفَعْتُ رَأسِي فَرَأيـْتُ عَلَى القَوَائِمِ العَرْشِ مَكْتُـوْبًا:لإاِلَهِ إلاالله مُحَمَّدُ رَسُـولُ اللهِ, فَعَلِمْتُ أنَّكَ لَمْ تُضِفْ إلَى إسْمِكَ إلا أحَبَّ الخَلْقِ إلَيْكَ, فَقَالَ اللهُ صَدَقْتَ يَا آدَمُ إنَّهُ لاَحَبَّ الخَلْقِ إلَيَّ اُدْعُنِي بِحَقِّهِ فَقـَدْ غَفَرْتُ لَكَ, وَلَوْ لاَمُحَمَّدٌ مَا خَلَقْتُكَ
“Setelah Adam berbuat kesalahan ia berkata kepada Tuhannya: ‘Ya Tuhanku, demi kebenaran Muhammad aku mohon ampunan-Mu’. Allah bertanya (sebenarnya Allah itu maha mengetahui semua lubuk hati manusia, Allah bertanya ini agar Malaikat dan makhluk lainnya yang belum tahu bisa mendengar jawaban Nabi Adam as.):
‘Bagaimana engkau mengenal Muhammad, padahal ia belum kuciptakan?!’ Adam menjawab: ‘Ya Tuhanku, setelah Engkau menciptakan aku dan meniupkan ruh kedalam jasadku, aku angkat kepalaku. Kulihat pada tiang-tiang ‘Arsy termaktub tulisan Laa ilaaha illaLLah Muhammad RasuluLLah. Sejak saat itu aku mengetahui bahwa di samping nama-Mu, selalu terdapat nama makhluk yang paling Engkau cintai’.
Allah menegaskan: ‘Hai Adam, engkau benar, ia memang makhluk yang paling Kucintai. Berdo’alah kepada-Ku bi haqqihi (dengan berkah kebenarannya), engkau pasti Aku ampuni. Kalau bukan karena Muhammad engkau tidak Aku ciptakan’. (HR. al-Hakim, at-Thabrani dan al-Baihaqi).
Di samping itu disampaikan pula hadits yang diriwayatkan oleh Umar dan Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa hakikat Muhammad (Nur Muhammad) adalah sebagai penyebab penciptaan alam, Rasulullah saw bersabda:
يَا عُمَر اَتَدْرِى مَنْ اَنَا، اَنَا الَّذِى خَلَقَ الله عَزَّوَجَلَّ نُوْرِى اَوَّل كُلِ شَيْءٍ فَسَجَدَ لله وَ بَقِى فِي سُجُوْدِهِ سَبْعَمِاَئَة عَام وَلاَ فَخْرَ. يَا عُمَر اَتَدْرِى مَنْ اَنَا، اَنَا الَّذِى خَلَقَ الله القَلَمَ وَ اللَوْحَ وَ العَرْشَ وَالكُرْسِى وَالعَقْلَ الأَوَّلَ وَ نُوْرَ الإِيْمَانِ مِنْ نُوْرِى
"Wahai Umar, apakah engkau ingin tahu siapa saya? Saya adalah yang Allah pertama kali ciptakan cahayaku sebelum segala sesuatu, maka sujudlah cahayaku itu kepada Allah hingga tujuh ratus tahun dan tidak sombong. Wahai Umar, apakah engkau ingin tahu siapa saya? Saya adalah yang dari cahayaku Allah telah ciptakan qolam, lauh, arsy, kursi, akal pertama dan cahaya iman".
Allah berfirman,
قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ
Katakanlah wahai Muhammad, ‘aku adalah manusia seperti kalian, tetapi aku mendapatkan wahyu dari Allah’. (QS. Al-Kahfi: 110).
Beliau manusia, tetapi bukan manusia biasa, karena menerima ayat Allah SWT dan Allah SWT pun bershalawat kepada Baginda Nabi SAW. Maka sepantasnyalah kita melaksanakan Maulid Nabi SAW, sebagai sarana mengingat kembali Baginda Nabi SAW dan sarana membaca Shalawat kepada Baginda Nabi SAW.
عَنْ عَبْدِاللهِ بْنِ عَمْرٍو بْنِ الْعَاصِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا اَنَّهُ سَمِعَ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا رواه مسلم
“Sesungguhnya Amr bin al Ash RA mendengar Rasulullah SAW bersabda “Barang siapa yang membaca shalawat sekali saja, Allah SWT akan memberi rahmat padanya sebanyak sepuluh kali” Allah SWT memerintahkan malaikat untuk selalu memohonkan doa kebaikan dan memintakan ampun bagi orang tersebut. Hal itu, terlebih jika ia membaca dengan hati hadir (hati yang fokus dan khusu’), tentunya mempunyai nilai tersendiri di mata-Nya. Semua hari baik, namun, ketika hari Jumat sebagai Sayyid al Ayyam (rajanya hari), umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak membaca shalawat, seperti sabda Nabi Muhammad SAW:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم إِنَّ مِنْ اَفْضَلِ اَيَّامِكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فَاَكْثِرُوْا عَلَيَّ مِنَ الصَّلاَةِ فِيْهِ فَاِنَّ صَلاَتَكُمْ مَعْرُوْضَةٌ عَلَيَّ رواه ابو داود
Sabda Rasulullah SAW “Hari yang paling mulia adalah hari Jum’at, maka perbanyaklah shalawat di hari itu, karena shalawat kalian dihaturkan kepangkuanku”. Macam-macam Shalawat dan Faidahnya Banyak macam shalawat yang berkembang dan dikenal di masyarakat. Shalawat tersebut memiliki ciri khas dan faidah tersendiri. Namun, perlu diketahui, shalawat terbagi menjadi dua jenis, yaitu Shalawat Ma’tsurah dan Ghairu Ma’tsurah. Shalawat Ma’tsurah adalah shalawat yang secara redaksi terdapat tuntunan langsung dari Rasulullah SAW dalam hadis, sedangkan shalawat Ghairu Ma’tsurah adalah yang disusun dan dikarang oleh para ulama melalui berbagai kejadian dan latar belakang. Para ulama menyusun shalawat tersebut dengan riyadhah dan tirakat, meminta petunjuk kepada Allah. Di bawah ini kami ulaskan beberapa macam shalawat yang semuanya Ghairu Ma’tsurah, kecuali Shalawat Ibahimiyah yang diajarkan langsung oleh Rasulullah, beserta cara mengamalkannya dan apa faidahnya:
(صَلَوةُ الْفَاتِحِ)
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ وَ بَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَ مَوْلَانَا مُحَمَّدٍ الْفَاتِحِ لِمَا أُغْلِقَ، وَ الْخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ، نَاصِرِ الْحَقِّ بِالْحَقِّ وَ الْهَادِيْ إِلِى صِرَاطِكَ الْمُسْتَقِيْمِ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ عَلَى آلِهِ وَ أَصْحَابِهِ حَقَّ قَدْرِهِ وَ مِقْدَارِهِ الْعَظِيْمِ
Untuk shalawat ini, sebaiknya diamalkan setelah malakukan puasa Daud 41 hari dengan nyirih atau تَركُ الرُّوْحِ (menghindari semua yang bernyawa, semisal ikan, telur, daging). Doa dan shalawat tersebut dibaca ba’da shalat fardu dan shalat hajat 1x. Faidah shalawat ini sesuai dengan maknanya, yaitu membukakan segala sesuatu yang tertutup atas izin Allah. Sesuatu yang sebelumnya tertutup, dan belum mendapatkan solusinya, shalawat ini berisi permohonan kepada Allah agar membukannya.
(صَلَوةُ طِبِّ الْقُلُوْبِ)
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ طِبِّ الْقُلُوْبِ وَ دَوَائِهَا وَعَافِيَةِ الْأَبْدَانِ وَ شِفَائِهَا وَ نُوْرِ الْأَبْصَارِ وَ ضِيَائِهَا وَقُوْتِ الْأَرْوَاحِ وَ غِذَائِهَا وَ عَلَى آلِهِ وَ صَحْبِهِ وَ سَلِّمْ
Shalawat ini dibaca 3, 7, atau 11 kali setelah shalat maktubah. Shalwat ini bisa digunakan untuk mengobati orang sakit dengan membacanya 3 kali, kemudian ditiupkan ke air, lalu diminumkan kepada orang yang sakit itu.
(صَلَوةُ نُوْرِ الْأَنْوَارِ)
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى نُوْرِ الْأَنْوَارِ وَ سِرِّ الْأَسْرَارِ وَ تِرْيَاقِ الْأَغْيَارِ وَ مِفْتَاحِ بَابِ الْيَسَارِ سَيِّدِنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ الْمُخْتَارِ وَ آلِهِ الْأَطْهَارِ وَ أَصْحَابِهِ الْأَخْيَارِ عَدَدَ نِعَمِ اللَّهِ وَ إِفْضَالِهِ
Shalawat ini dibaca 3 kali setelah shalat fardlu. Faidahnya ada di bagian مِفْتَاحِ بَابِ الْيَسَارِ (kunci pembuka kemudahan), sehingga dengan membaca shalawat ini, memohon kepada Allah agar dibukan pintu kemudahan dari berbagai kesulitan.
(صَلَوةُ النُّوْرِ الذَّاتِيِّ)
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ النُّوْرِ الذَّاتِيِّ وَ السِّرِّ السَّارِيِّ فِي سَائِرِ الْأَسْمَاءِ وَ الصِّفَاتِ
Shalawat ini, dibaca 7 kali ba’da shalat fardlu. Sebelumnya, melakukan puasa tiga hari dengan nyirih atau تَرْكُ الرُّوْحِ(tidak makan yang bernyawa, hanya boleh makanan nabati). Untuk mengobati anak kecil yang menangis tidak wajar, bisa dengan menuliskan shalawat ini secara sempurna. Pada huruf Mim kedua (mim yang tengah) pada lafadz مُحَمَّدٍ dibesarkan, dan di dalam huruf mim tadi ditulis nama anak yang menangis itu, kemudian dilipat dan dikalungkan pada anak tersebut. Insyaallah mujarab.
(صَلَوةُ كَمَالِيَّة)
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ وَ بَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ كَمَا لَا نِهَايَةَ لِكَمَالِكَ وَ عَدَدَ كَمَالِهِ
Shalawat ini, dibaca ba’da maktubah, sebanyak-banyaknya. Boleh juga dibaca setiap waktu tanpa ketentuan. Menurut penuturan Habib Muhammad as Segaf bahwa membaca shalawat ini satu kali sama dengan membaca shalawat biasa 1000 kali.
(صَلَوةُ الْمُنْجِيَاتِ)
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً تُنْجِيْنَا بِهَا مِنْ جَمِيْعِ الْأَهْوَالِ وَ الآفَاتِ، وَ تَقْضِيْ لَنَا بِهَا جَمِيْعَ الْحَاجَاتِ، وَ تُطَهِّرُنَا بِهَا مِنْ جَمِيْعِ السَّيِّئَآتِ، وَ تَرْفَعُنَا بِهَا عِنْدَكَ أَعْلَى الدَّرَجَاتِ، وَتُبَلِّغُنَا بِهَا أَقْصَى الْغَايَاتِ مِنْ جَمِيْعِ الْخَيْرَاتِ فِي الْحَيَاتِ وَ بَعْدَ الْمَمَاتِ
Shalawat ini dibaca 7 kali ba’da Maktubah. Shalawat ini untuk meminta kepada Allah, agar dengan rahmat-Nya dapat menyelamatkan dari semua keadaan yang mendebarkan dan semua cobaan. Selain itu juga dapat meminta dikabulkan segala hajat, membersihkan diri dari semua keburukan/kesalahan, mengangkat derajat dan meminta disampaikan kepada maksud yang baik, baik ketika hidup maupun ketika sudah meninggal.
(صَلَوةُ النَّارِيَّةِ)
اَللَّهُمَّ صَلِّ صَلَاةً كَامِلَةً وَ سَلِّمْ سَلَامًا تَآمًّا عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الَّذِيْ تَنْحَلُّ بِهِ الْعُقَدُ, وَ تَنْفَرِجُ بِهِ الْكُرَبُ، وَ تُقْضَى بِهِ الْحَوَائِجُ, وَ تُنَالُ بِهِ الرَّغَائِبُ، وَ حُسْنُ الْخَوَاتِمِ، وَ يُسْتَسْقَى الْغَمَامُ بِوَجْهِهِ الْكَرِيْمِ، وَ عَلَى آلِهِ وَ صَحْبِهِ فِي كُلِّ لَمْحَةٍ وَ نَفَسٍ بِعَدَدِ كُلِّ مَعْلْوْمٍ لَكَ
Untuk mengamalkan puasa ini, dengan melakukan puasa 7 hari mutih (hanya makan nasi putih dan air ketika berbuka dan sahur). Selama dalam puasa, shalawat tersebut, setelah shalat fardlu, dibaca 33 kali. Kemudian, ba’da qiyamullail (shalat malam) dibaca 133 kali. Setelah selesai puasa, dibaca 1 kali setiap ba’da shalat. Bisa juga dibaca 7, 11, atau 21 kali ba’da maktubah. Shalawat ini untuk memohon kepada Allah agar dikabulkan hajatnya. Untuk hajat yang besar bisa dibaca 4444 kali sendirian atau berjamaah dan waktunya bebas, kapanpun dapat dilakukan.
(صَلَوةُ الْهَيْبَةِ)
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً تُلْقِي بِهَا الرُّعْبَ وَ الْهَيْبَةَ وَ الْفَشَلَ وَ الْمَوْتَ فِي قُلُوْبِ الْكَافِرِيْنَ وَ الظَّلِمِيْنَ وَ الْحَاسِدِيْنَ وَ الطَّاغِيْنَ وَ الْمُنَافِقِيْنَ وَ الْمُتَجَبِّرِيْنَ وَ عَلَى آلِهِ وَ صَحْبِهِ وَ بَارِكْ وَ سَلِّمْ
Shalawat ini, dibaca 5 kali ba’da maktubah, kecuali setelah Maghrib dibaca 25 kali. Shalawat ini dipergunakan untuk menggetarkan dan membuat ketakutan di hati orang-orang kafir, orang dzalim, hasud, para penindas, orang munafik, dan orang yang angkuh.
(صَلَوةُ جَلْبِ الرِّزْقِ)
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ وَ بَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ بِعَدَدِ أَنْوَاعِ الرِّزْقِ وَ الْفُتُوْحَاتِ، يَا بَاسِطُ الَّذِيْ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَآءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ، اُبْسُطْ عَلَيْنَا رِزْقًا وَاسِعًا مِنْ كُلِّ جِهَةٍ مِنْ خَزَآئِنِ غَيْبِكَ بِغَيْرِمِنَةِ مَخْلُوْقٍ مَحْضِ فَضْلِكَ وَ كَرَمِكَ يَارَحْمَنُ
Shalawat ini dibaca 3 atau 7 kali ba’da maktubah dengan faidah menarik rezeki dari segala arah.
(صَلَوةُ تَوَسُّعِ الْأَرْزَاقِ)
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً تُوَسِّعُ بِهَا عَلَيْنَا الْأَرْزَاقَ وَتُحَسِّنُ بِهَا لَنَا الْأَخْلَاقَ وَ عَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَ سَلِّمْ
Shalawat ini dibaca 3 atau 7 kali ba’da maktubah. Shalawat ini secara khusus untuk memohon kepada Allah agar diluaskan rezekinya dan dikaruniai akhlak yang baik.
(صَلَوةُ الْفَرَجِ)
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ وَ بَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَ صَحْبِهِ صَلَاةَ عَبْدٍ قَلَّتْ حِيْلَتُهُ, وَ رَسُوْلُ اللهِ وَسِيْلَتُهُ, وَ أَنْتَ يَا إِلَهِيْ وَ لِكُلِّ كَرْبٍ عَظِيْمٍ فَفَرِّجْ عَنَّا مَا نَحْنُ فِيْهِ بِسِرِّ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Shalawat ini dibaca kapanpun dan tidak terbatasi oleh jumlah. Kegunaannya untuk meminta kepada Allah agar diberi kekuatan dan daya untuk menghadapi kesulitan yang melanda dengan mengandalkan kesaktian, kekuatan rahasia, dan kemujaraban basmalah. Shalawat ini sebaiknya digabung dengan Hizb Nawaw atau bisa juga digabung dengan doa surat al Fatihah sebanyak tiga kali. Berikut bacaan doa al Fatihah:
اَلْحَمْدُ اللهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ حَمْدًا يُوَافِي نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ، يَارَبَّنَالَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِي لِجَلاَلِ وَجْهِكَ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ ، اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ بِحَقِّ الْفاَتِحَةِ الْمُعَظَّمَةِ وَالسَّبْعِ الْمَثَانِيْ وَالْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ ، أَنْ تَفْتَحَ لَنَا بِكُلِّ خَيْرٍ، وَأَنْ تَتَفَضَّلَ عَلَيْنَا بِكُلِّ خَيْرٍ، وَأَنْ تَجْعَلَنَا مِنْ أَهْلِ الْخَيْرِ، وَأَنْ تُعَامِلَنَا يَا مَوْلاَنَا مُعَامَلَتَكَ لِأَهْلِ الْخَيْرِ، وَأَنْ تَحْفَظَنَا فِي أَدْيَانِنَا وَأَنْفُسِنَا وَأَوْلاَدِنَا وَأَهْلِيْنَا وَأَصْحَابِنَا وَأَحْبَابِنَا مِنْ كُلِّ مِحْنَةٍ وَفِتْنَةٍ وَبُؤْسٍ وَضَيْرٍ، إِنَّكَ وَلِيُّ كُلِّ خَيْرٍ وَمُتَفَضَّلٌ بِكُلِّ خَيْرٍ وَمُعْطٍ لِكُلِّ خَيْرٍ * يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
(صَلَوةُ الْحَجِّيَّاتِ)
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً وَسَلَامًا تُبَلِّغُنَا بِهِمَا حَجَّ بَيْتِكَ الْحَرَامِ، وَتَرْزُقُنَا بِهِمَا زِيَارَةَ قَبْرِ نَبِيِّكَ عَلَيْهِ أفْضَلُ الصَّلَاةِ وَأَزْكَى السَّلَامِ فِى لُطْفٍ وَعَافِيَةٍ وَبَرَكَةٍ وَبُلُوْغِ الْمَرَامِ عَدَدَ خَلْقِكَ وَرِضَا نَفْسِكَ وَزِنَةَ عَرْشِكَ وَمِدَادَ كَلِمَتِكَ
Shalawat ini dibaca di waktu kapanpun dan dalam jumlah berapapun asal rutin dan istikamah. Tujuannya meminta kepada Allah agar segera diberangkatkan menuju tanah suci untuk beribadah haji.
(صَلَوةُ الْبَدَوِي الكُبْرَى)
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَباَرِكْ عَلىَ سَيِّدِناَ وَمَوْلَاناَ مُحَمَّدٍ شَجَرَةِ اْلأَصْلِ النُّوْرَانِيَّةِ، وَلَمْعَةِ الْقَبْضَةِ الرَّحْمَانِيَّةِ، وَأَفْضَلِ الْخَلِيْقَةِ اْلإِنْسَانِيَّةِ، وَ أَشْرَفِ الصُّوْرَةِ الْجِسْمَانِيَّةِ، وَمَعْدِنِ اْلأَسْرَارِ الرَّبَّانِيَّةِ، وَخَزَائِنِ الْعُلُوْمِ اْلإِصْطِفَآئِيَّةِ، صَاحِبِ الْقَبْضَةِ اْلأَصْلِيَّةِ، وَالْبَهْجَةِ السَّنِيَّةِ، وَالرُّتْبَةِ الْعَلِيَّةِ، مَنِ انْدَرَجَتِ النَّبِيُّوْنَ تَحْتَ لِوَآئِهِ، فَهُمْ مِنْهُ وَ إِلَيْهِ، وَصَلِّ وَسَلِّمْ وَباَرِكْ عَلَيْهِ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ عَدَدَ مَاخَلَقْتَ، وَرَزَقْتَ وَأَمَتَّ وَأَحْيَيْتَ اِلَى يَوْمِ تَبْعَثُ مَنْ أَفْنَيْتَ، وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًاكَثِيْرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Shalawat ini mempunyai faidah untuk meminta kepada Allah agar dikaruniai kewibawaan dan dikabulkan segala hajatnya. Shalawat ini dibaca 100 kali di waktu yang tidak ditentukan, namun alangkah baiknya dibaca ketika malam hari.
(صَلَوةُ المُخَاطَبِ)
اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ قَدْ ضَاقَتْ حِيْلَتىِ أَدْرِكْنِى يَارَسُوْلَ اللهِ
Shalawat ini bisa dibaca kapan saja dan berapa saja, sebaiknya dibaca dengan istikamah. Faidah membaca shalawat ini adalah untuk meminta pertolongan kepada Allah dengan wasilah Rasulullah SAW untuk menyelesaikan masalah-masalah yang berat, susah, dan sangat memperihatinkan yang tidak bisa dijangkau oleh pikiran dan tenaga manusia dalam artian sedang kepepet oleh sebuah masalah. Menurut cerita, pengarang shalawat mukhatab, Syaikh Hamid Affandi al ‘Imadi, ketika menyusun shalawat ini, dalam kondisi terjepit karena penguasa waktu itu dzalim. Banyak ulama dibunuh termasuk shahibu shalawat mukhatab yang dikejar-kejar dan akan dibunuh. Akhirnya beliau bertawassul kepada Rasulullah dengan shalawat itu ادركني يارسول الله, yaitu meminta dijemput ole Rasulullah agar selamat. Benar saja, ketika beliau terjepit, Rasul datang dan menjemput beliau, lalu akhirnya selamat.
(صَلَوةُ الإبراهيمية)
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سيدنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سيدنا إِبْرَاهِيْمَ و بَارِكْ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سيدنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سيدنا إِبْرَاهِيْمَ فِي الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدُ مَجِيْدٌ
Shalawat ini bisa dibaca secara istikamah 3 atau 7 kali setelah shalat Isya. Shalawat ini adalah shalawat yang ma’tsur dari Rasulullah SAW, karena banyak Muhadis dan perawi meriwayatkan hadis yang secara redaksional terdapat shalawat ini. Beberapa ahlul hadis yang meriwayatkannya adalah Imam al Bukhary dan Muslim dalam Shahih mereka. At Tirmidzi, an Nasa’i, Abu Daud dalam sunan mereka juga meriwayatkanya. Begitu juga Imam malik dalam al Muwatha’-nya juga meriwatkannya. Imam al-Hafidz al ‘Iraqy dan as Sakhawy menyebut hadis itu adalah Muttafaq Alaih. Dalam redaksi hadis yang diriwayatkan oleh al Bukhari dalam Shahih-nya, Rasulullah bersabda:
مَنْ قَالَ هَذِهِ الصَّلاَةَ شَهِدْتُ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِالشَّهَادَةِ وَشَفَعْتُ لَهُ
“Barang siapa membaca shalawat ini, maka aku bersaksi untuknya di hari kiamat dengan sebuah persaksian dan memberinya syafaat”.
(صَلَوةُ البَدْرِ)
صَـلاَةُ اللهِ سَـلاَمُ اللهِ *** عَـلَى طـهَ رَسُـوْلِ اللهِ
صَـلاَةُ اللهِ سَـلاَمُ اللهِ *** عَـلَى يـَس حَبِيْـبِ اللهِ
تَوَ سَـلْنَا بِـبِـسْـمِ اللّهِ *** وَبِالْـهَادِى رَسُـوْلِ اللهِ
وَ كُــلِّ مُجَـا هِـدِ لِلّهِ *** بِاَهْـلِ الْبَـدْرِ يـَا اَللهُ
اِلهِـى سَـلِّـمِ اْلاُمـَّة *** مِـنَ اْلافـَاتِ وَالنِّـقْـمَةَ
وَمِنْ هَـمٍ وَمِنْ غُـمَّـةٍ *** بِاَ هْـلِ الْبَـدْرِ يـَا اَللهُ
اِلهِى نَجِّـنَا وَاكْـشِـفْ *** جَـمِيْعَ اَذِ يـَّةٍ وَاصْرِفْ
مَـكَائـدَ الْعِـدَا وَالْطُـفْ *** بِاَ هْـلِ الْبَـدْرِ يـَا اَللهُ
اِلهِـى نَـفِّـسِ الْـكُـرَبَا *** مِنَ الْعَـاصِيْـنَ وَالْعَطْـبَا
وَ كُـلِّ بـَلِـيَّـةٍ وَوَبـَا *** بِاَهْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
فَكَــمْ مِنْ رَحْمَةٍ حَصَلَتْ *** وَكَــمْ مِنْ ذِلَّـةٍ فَصَلَتْ
وَكَـمْ مِنْ نِعْمـَةٍ وَصَلَـتْ *** بِاَهْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
وَ كَـمْ اَغْـنَيْتَ ذَالْعُـمْرِ *** وَكَـمْ اَوْلَيْـتَ ذَاالْفَـقْـرِ
وَكَـمْ عَافَـيـْتَ ذِاالْـوِذْرِ *** بِاَ هْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
لَـقَدْ ضَاقَتْ عَلَى الْقَـلْـبِ *** جَمِـيْعُ اْلاَرْضِ مَعْ رَحْبِ
فَانْـجِ مِنَ الْبَلاَ الصَّعْـبِ *** بِاَهْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
ا َتَيـْنَا طَـالِـبِى الرِّفْـقِ *** وَجُـلِّ الْخَـيْرِ وَالسَّـعْدِ
فَوَ سِّـعْ مِنْحَـةَ اْلاَيـْدِىْ *** بِاَ هْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
فَـلاَ تَرْدُدْ مَـعَ الْخَـيـْبَةْ *** بَلِ اجْعَلْـنَاعَلَى الطَّيْبـَةْ
اَيـَا ذَاالْعِـزِّ وَالْهَـيـْبَةْ *** بِاَ هْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
وَ اِنْ تَرْدُدْ فَـمَنْ نَأْتـِىْ *** بِـنَيـْلِ جَمِيـْعِ حَاجَا تِى
اَيـَا جَـالِى الْمُـلِـمـَّاتِ *** بِاَ هْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
اِلهِـى اغْفِـرِ وَاَ كْرِ مْنَـا *** بِـنَيـْلِ مـَطَا لِبٍ مِنَّا
وَ دَفْـعِ مَسَـاءَةٍ عَـنَّا *** بِاَ هْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
اِلهِـى أَنْـْتَ ذُوْ لُطْـفٍ *** وَذُوْ فَـضْلٍ وَذُوْ عَطْـفٍ
وَكَـمْ مِنْ كُـرْبـَةٍ تَنـْفِىْ *** بِاَ هْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
وَصَلِّ عَـلَى النـَّبِىِّ الْبَـرِّ *** بـِلاَ عَـدٍّ وَلاَ حَـصْـرِ
وَالِ سَـادَةٍ غُــــرِّ *** بِاَ هْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
Shalawat ini disusun oleh seorang kiai asli Indonesia pada tahun 1960-a, bernama KH. Ali Manshur, seorang cucu dari KH Muhammad Siddiq dari Jember dan keponakan KH. Ahamad Qushairi, pengarang kitab Tanwir al Hija. Tersusunnya shalawat ini lantaran keresahaan beliau memikirkan pergolakan politik yang ada di Indonesia dengan semakin menguatnya PKI di daerah pedesaan. Warga NU (Nahdliyin) mulai terdesak oleh segala intervensi yang dilakukan PKI. Dominasi kekuasaan PKI di Indonesia pun mulai terlihat. Bahkan mereka sudah mulai berani membunuh Kiai-Kiai yang ada di desa yang senantiasa menjaga, mengayomi dan membimbing masyarakat di pedesaan. Shalawat Badriyah sejak lama kerap dilantunkan oleh kaum muslimin jika hendak memulai pengajian atau acara keagamaan lainnya. Dinamakan Shalawat Badriyah karena mengacu kepada bait pengharapan berkah dari para sahabat Nabi yang berperang di perang Badar. Shalawat Badriyah memiliki 28 bait dan mengandung beragam fadilah (manfaat) yang besar bagi siapa saja yang mengamalkannya. Di antaranya Shalawat ini untuk memohon keselamatan dan menghilangkan segala kesusahan, kesempitan dan segala yang menyakitkan. Selain itu, Shalawat Badriyah juga untuk memohon selamat dari bahaya musuh, untuk menangkis orang-orang yang berbuat kemaksiatan dan kerusakan, juga agar dihindarkan dari segala marabahaya dan bencana. Shalawat ini juga untuk memohon keuntungan, meluaskan rizki serta mendapatkan keberkahan untuk mendapatkan pahala yang besar. Demikian beberapa macam shalawat dan faidahnya masing-masing. Pada dasarnya, shalawat-shalawat di atas, faidahnya sesuai dengan kandungan maknanya masing-masing. Namun, soal waktu dan jumlah ada semacam trik-trik khusus yang diijazahkan oleh para ulama dan kiai melalui proses riyadhah atau tirakat. Semoga bermanfaat, selamat mencoba.

Ibadah Yang Paling Utama Pada Hari Raya Idul Adha

Pertama
عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا عَمِلَ آدَمِيٌّ مِنْ عَمَلٍ يَوْمَ النَّحْرِ أَحَبَّ إِلَى اللَّهِ مِنْ إِهْرَاقِ الدَّمِ إِنَّهَا لَتَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِقُرُونِهَا وَأَشْعَارِهَا وَأَظْلَافِهَا وَأَنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنْ اللَّهِ بِمَكَانٍ قَبْلَ أَنْ يَقَعَ مِنْ الْأَرْضِ فَطِيبُوا بِهَا نَفْسًا
Dari 'Aisyah menuturkan bahwa Rasulullah SAW  bersabda, “Tidak ada suatu amalan yang dikerjakan oleh anak Adam pada hari raya Idul Adha yang lebih dicintai oleh Allah dari menyembelih hewan. Karena hewan itu akan datang pada hari kiamat dengan tanduk-tanduknya, bulu-bulunya, dan kuku-kuku kakinya. Darah hewan itu akan sampai di sisi Allah sebelum menetes ke tanah. Karenanya, lapangkanlah jiwamu untuk melakukannya.
(Hadits Hasan, riwayat al-Tirmidzi: 1413 dan Ibn Majah: 3117)

Pelajaran yang terdapat di dalam hadits:
 
1- Ibadah yang paling utama pada hari raya Idul Adha adalah menyembelih hewan untuk kurban karena Allah.
2- Sebab pada hari kiamat nanti, hewan itu akan mendatangi orang yang menyembelihnya dalam keadaan utuh seperti di dunia, setiap anggotanya tidak ada yang kurang sedikit pun dan semuanya akan menjadi nilai pahala baginya.
3- Ibadah kurban yang dilaksanakan pada hari raya Idul Adha sampai hari tasyrik, tiada lain bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah.
4- Disamping itu, kurban juga berarti menghilangkan sikap egoisme, nafsu serakah, dan sifat individual dalam diri seorang muslim.
5- Dengan berkurban, diharapkan seseorang akan memaknai hidupnya untuk mencapai ridha Allah semata.
 
Tema hadits yang berkaitan dengan Al-Quran:
 
- Ia “korbankan” segalanya (jiwa, harta, dan keluarga) hanya untuk-Nya. Oleh karena itu, pada hakikatnya, yang diterima Allah dari ibadah kurban itu bukanlah daging atau darah hewan yang dikurbakan, melainkan ketakwaan dan ketulusan dari orang yang berkurban, itulah yang sampai kepada-Nya
لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَٰكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَىٰ مِنْكُمْ ۚ كَذَٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ ۗ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِينَ

Daging dan darah binatang korban atau hadiah itu tidak sekali-kali akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepadaNya ialah amal yang ikhlas yang berdasarkan taqwa dari kamu. Demikianlah Ia memudahkan binatang-binatang itu bagi kamu supaya kamu membesarkan Allah kerana mendapat nikmat petunjukNya. Dan sampaikanlah berita gembira (dengan balasan yang sebaik-baiknya) kepada orang-orang yang berusaha supaya baik amalnya.
(QS.Al-Hajj 37)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ وَلَمْ يُضَحِّ فَلَا يَقْرَبَنَّ مُصَلَّانَا
dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa memiliki keluasaan (untuk berkorban) namun tidak berkorban, maka janganlah ia mendekati tempat shalat kami." (HR Ibnu Majah: 3114)


َعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه أَنَّ رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: ( اَلْعُمْرَةُ إِلَى اَلْعُمْرَةِ كَفَّارَةٌ لِمَا بَيْنَهُمَا, وَالْحَجُّ اَلْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا اَلْجَنَّةَ ) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Umrah ke umrah menghapus dosa antara keduanya, dan tidak ada pahala bagi haji mabruru kecuali surga." Muttafaq Alaihi.





Khutbah Idul Adlha: Keutamaan Menyembelih Qurban Dan Ibadah Haji

Khutbah Idul Adlha: Keutamaan Menyembelih Qurban Dan Ibadah Haji


Khutbah I

اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ
اْلحَمْدُ للهِ اْلحَمْدُ للهِ الّذي هَدَانَا سُبُلَ السّلاَمِ، وَأَفْهَمَنَا بِشَرِيْعَةِ النَّبِيّ الكَريمِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لا شَرِيك لَه، ذُو اْلجَلالِ وَالإكْرام، وَأَشْهَدُ أَنّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسولُه، اللّهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى الِه وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الدِّين، أَمَّا بَعْدُ: فَيَايُّهَا الإِخْوَان، أوْصُيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمْ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ الله وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا وقال تعالى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
صَدَقَ اللهُ العَظِيمْ

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji serta syukur ke hadirat Allah SWT, atas segala karunia nikmat yang dilimpahkan kepada kita semuanya, nikmat yang begitu luas, nikmat yang begitu banyak. diantaranya adalah Nikmat umur, nikmat sehat, nikmat rejeki, dan yang terutama adalah nikmat Iman dan Islam, yang mana dengan karunia nikmat itu sehingga kita masih diberikan kesempatan untuk mengikuti ibadah yang agung pada hari ini, yaitu hari raya Idul Adha  tahun1444 H, 

Shalawat serta salam, semoga senantiasa tercurah kepada baginda alam, Habibana wanabiyyana Muhammad SAW. Juga kepada keluarganya, kepada para sahabatnya, serta kepada seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.

Para hadirin kaum muslimin walmuslimat rahimakumullah
Idul Adha adalah salah satu hari raya dalam agama Islam yang memiliki keistimewaan di dalamnya, dibanding dengan bulan-bulan lainnya. Karena itu, mari kita bersama merenungi makna dan hakikat yang terdalam dari Idul Adha.

Secara harfiyah, ‘Idul Adha terdiri dari dua isim atau dua kata yaitu kata Ied dan kata Adha. Ied memiliki makna Hari Raya, dan Adha memiliki makna hewan sembelihan, maka dari itu di hari raya Iedul Adha kita diperintahkan oleh Allah untuk menyembelih hewan sebagai bukti bahwa kita tunduk dan patuh atas perintah Allah SWT. 

إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ ‎﴿١﴾‏
Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. (1)
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ ‎﴿٢﴾
Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah. (2)
(QS. Al-Kautsar: 1-2)
Demikianlah dalam ayat ini dimaksudkan bahwa menyembelih hewan pada hari raya Iedul Adha disebut dengan Kurban.
Kurban diambil dari kata Qaraba yang artinya pendekatan, maka menyembelih hewan kurban pada hari raya Iedul Adha, adalah sebagai bukti bahwa kita adalah hamba yang beriman kepada perintah Allah, tunduk dan patuh atas perintah Allah, dan sebagai bukti bahwa kita adalah hamba yang senantiasa bersyukur atas segala karunia nikmat yang Allah limpahkan kepada kita. 
Dan menyembelih hewan kurban ini adalah salah satu pengorbanan kita kepada Allah, dan sebagai upaya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Syari'at Kurban tidak hanya di perintahkan kepada umat Nabi Muhammad saja, akan tetapi diperintahkan juga kepada umat-umat terdahulu termasuk umat Nabi Adam AS.
Sebagaimana Allah SWT berfirman:
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنْسَكًا لِيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَى مَا رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ الأنْعَامِ فَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَلَهُ أَسْلِمُوا وَبَشِّرِ الْمُخْبِتِينَ (34) 
Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban),supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzekikan Allah kepada mereka, maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah), 
(QS Al-Hajj ayat 34-35)
الله اكبـر... الله اكبر... الله اكبر... ولله الحمد

Para hadirin kaum muslimin walmuslimat rahimakumullah
Penyembelihan hewan kurban juga tidak bisa terlepas dari kisah keta'atan Nabi Ibrahim AS. ketika beliau diuji oleh Allah dengan suatu ujian yang sangat berat, tatkala beliau diperintahkan oleh Allah untuk menyembelih putranya yang begitu dicintainya yaitu Nabi Ismail AS, maka dengan ikhlas hati dan berserah diri dan tanpa menawar, beliau laksanakan perintah Allah sebagai bentuk keta'atan kepada Allah. 

Sebagaimana kisah ini diabadikan oleh Allah dalam Firman-Nya:
فَبَشَّرْنَاهُ بِغُلَامٍ حَلِيمٍ ‎﴿١٠١﴾‏
Maka Kami beri dia khabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar. (101)
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَىٰ فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِي إِن شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ ‎﴿١٠٢﴾‏
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar". (102)
فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ ‎﴿١٠٣﴾
Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya). (103)
‏ وَنَادَيْنَاهُ أَن يَا إِبْرَاهِيمُ ‎﴿١٠٤﴾‏
Dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim, (104)
قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا ۚ إِنَّا كَذَٰلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ ‎﴿١٠٥﴾
sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. (105)
‏ إِنَّ هَٰذَا لَهُوَ الْبَلَاءُ الْمُبِينُ ‎﴿١٠٦﴾
Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. (106)
 وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ ‎﴿١٠٧﴾‏
Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. (107)
وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الْآخِرِينَ ‎﴿١٠٨﴾‏
Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian, (108)
(QS Ash-Shaffat: 101-108)

Dalam konteks hari raya Idul Adha, kita diperintahkan oleh Allah untuk meneladani ketaqwaan Nabi Ibrahim AS, jangankan harta, bahkan putra yang sangat dicintapun rela beliau korbankan demi menjalankan perintah Allah. 

Kita tidak diperintahkan untuk menyembelih putra kita, namun kita hanya diperintahkan untuk menginfakan sebagian dari rejeki yang Allah limpahkan kepada kita, dengan cara menyembelih hewan Qurban pada hari raya Iedul Adha, sebagai bentuk keta'atan diri kepada Allah.
 
Dengan kita berkurban bukan berarti Allah butuh kepada persembahan yang kita kurbankan, Allah tidak akan menerima daging atau darah dari hewan kurban kita, namun yang diterima Allah adalah ketakwaan dan ketulusan dari orang yang berqurban. Itulah yang sampai kepada-Nya
‏ لَن يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَٰكِن يَنَالُهُ التَّقْوَىٰ مِنكُمْ ۚ كَذَٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ ۗ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِينَ ‎﴿٣٧﴾‏
Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.
(QS Al-Hajj ayat 37) 

Kabar gembira bagi orang-orang yang berbuat baik. Itulah janji Allah sebagaimana disebutkan pada ayat diatas.
Dalam salah satu hadist dijelaskan bahwa qurban adalah salah satu amalan yang dicintai Allah SWT
عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا عَمِلَ آدَمِيٌّ مِنْ عَمَلٍ يَوْمَ النَّحْرِ أَحَبَّ إِلَى اللَّهِ مِنْ إِهْرَاقِ الدَّمِ إِنَّهَا لَتَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِقُرُونِهَا وَأَشْعَارِهَا وَأَظْلَافِهَا وَأَنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنْ اللَّهِ بِمَكَانٍ قَبْلَ أَنْ يَقَعَ مِنْ الْأَرْضِ فَطِيبُوا بِهَا نَفْسًا
Dari 'Aisyah menuturkan bahwa Rasulullah SAW  bersabda, “Tidak ada suatu amalan yang dikerjakan oleh anak Adam pada hari raya Idul Adha yang lebih dicintai oleh Allah dari menyembelih hewan. Karena hewan itu akan datang pada hari kiamat dengan tanduk-tanduknya, bulu-bulunya, dan kuku-kuku kakinya. Darah hewan itu akan sampai di sisi Allah sebelum menetes ke tanah. Karenanya, lapangkanlah jiwamu untuk melakukannya.
(Hadits Hasan, riwayat al-Tirmidzi: 1413 dan Ibn Majah: 3117)

Di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ وَلَمْ يُضَحِّ فَلَا يَقْرَبَنَّ مُصَلَّانَا
"Barangsiapa memiliki keluasaan (untuk berkorban) namun tidak berkorban, maka janganlah ia mendekati tempat shalat kami.
(HR Ibnu Majah: 3114)

الله اكبـر... الله اكبر... الله اكبر... ولله الحمد
Para hadirin kaum muslimin walmuslimat rahimakumullah
Hari raya Iedul Adha dilaksanakan pada setiap tanggal 10 bulan Dzulhijjah setiap tahun.
Bulan Dzulhijjah adalah bulan ke 12 dari kalender Hijriyah, bulan ini termasuk salah satu bulan dari empat yang di hormati, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda:
ألاَ إنَّ الزَمَانَ قَدْ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْم خَلَقَ اللهُ السَّمَوَاتَ وَالْأرْضَ السَّنَةَ اثْنَا عَشَرَ شَهْراً مِنْهَا أرْبَعَةُ حَرَمٌ ثَلَاثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو القَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ وَرَجَبُ مُضَرُّ بَيْنَ جُمَادِى وَشَعْبَانَ
”Ketahuilah. Sesungguhnya zaman berputar sebagaimana bentuknya semula di waktu Allah menciptakan langit dan bumi. Dalam setahun terdapat dua belas bulan yang di antaranya terdapat empat bulan yang dihormati, tiga bulan diantaranya berturut-turut Dzulqaidah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab Mudhar, yang terdapat diantara bulan Jumadi dan Sya’ban.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Dzulhijjah berasal dari dua suku kata yaitu kata dzu yang artinya "pemilik" dan al-hijjah yang artinya adalah "haji". jadi Secara bahasa, Zulhijah artinya "pemilik haji" maka dari itu bulan dzulhijjah juga sering disebut "bulan haji" karena pada bulan ini sebagian umat Islam dari seluruh dunia berkumpul di kota suci Mekkah untuk melaksanakan Ibadah Haji.

Ibadah Haji adalah salah satu rukun Islam yang wajib kita kerjakan untuk menyempurnakan keIslaman kita. Sebagaimana Allah SW berfirman:
وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا ۚ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ ‎﴿٩٧﴾
mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam. (QS. Ali-Imran: 97)

Ibadah Haji adalah salah satu ibadah yang paling utama di dalam agama Islam, sebagaimana Rasulullah SAW ditanya oleh sahabat tentang ibadah yang paling utama dalam Islam:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ أَيُّ الْعَمَلِ أَفْضَلُ فَقَالَ إِيمَانٌ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ قِيلَ ثُمَّ مَاذَا قَالَ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ قِيلَ ثُمَّ مَاذَا قَالَ حَجٌّ مَبْرُورٌ

dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ditanya tentang Islam, manakah yang paling utama?
Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Iman kepada Allah dan Rasul-Nya".
Lalu ditanya lagi: "Lalu apa?"
Beliau menjawab: "Al Jihad fi sabilillah (berperang di jalan Allah).
Lalu ditanya lagi: "Kemudian apa lagi?"
Jawab Beliau shallallahu 'alaihi wasallam: "haji mabrur".
(HR. Bukhari: 25)

Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:
( اَلْعُمْرَةُ إِلَى اَلْعُمْرَةِ كَفَّارَةٌ لِمَا بَيْنَهُمَا, وَالْحَجُّ اَلْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا اَلْجَنَّةَ )
 "Umrah ke umrah menghapus dosa antara keduanya, dan tidak ada pahala bagi haji mabrur kecuali surga.

Para hadirin kaum muslimin walmuslimat rahimakumullah
Semoga kita semua ditakdirkan oleh Allah bisa melaksanakan Ibadah Haji dalam keadaan sehat wal-afiat, sebagai penyempurna keimanan dan keIslaman kita sebelum ajal menjemput.
Dan semoga saudara-saudara kita yang saat ini sedang melaksanakan Ibadah Haji di kota suci Mekkah diberikan kemudahan dan kelancaran oleh Allah SWT, serta diberikan kesehatan dalam melaksanakan rangkaian Ibadah Haji, dan semoga semua ibadah mereka diterima oleh Allah SWT dan dijadikan Haji Mabrur, 
Aamiin. Ya Allah Ya Rabbal 'Alamiin

Tak lupa juga kita berdo'a, semoga saudara-saudara kita yang berkurban pada hari raya Idul Adha ini, Allah terima kurbannya. Dan semoga Allah meridhai mereka, dan Allah jadikan mereka sebagai orang-orang yang shaleh dan shalehah, orang-orang yang muttaqin, dibersihkan dari segala dosa dan kesalahan, dipanjangkan umur, diberikan kesehatan, diluaskan rejeki, dan kurbannya diganti oleh Allah dengan penggantian yang berlipat ganda, dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surganya Allah SWT.
Aamiin. Ya Allah Ya Rabbal 'Alamiin

Dan bagi kita yang belum mampu untuk berkurban, semoga esok atau lusa Allah berikan rejeki yang berlimpah sehingga kita mampu untuk berkurban.

Ya Allah... saksikanlah oleh-Mu, betapa ingin sekali kami berkurban karena-Mu agar kami menjadi hamba yang Engkau Cintai, Agar kami menjadi hamba yang engkau Ridhai, agar kami menjadi hamba-Mu yang shaleh, agar kami menjadi hamba-Mu yang bertaqwa. Berilah kami rejeki yang berlimpah, umur yang panjang, dan keimanan yang kuat agar kami menjadi hamba-Mu yang dermawan.
Aamiin. Ya Allah Ya Rabbal 'Alamiin, 

Ya Allah... Ampunilah dosa-dosa kami, kasihanilah kami, bimbinglah kami, sayangilah kami, dan tuntunlah kami ke jalan-Mu yang Engkau ridhai.
Aamiin Ya Rabbal Alamiin.

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم


Khutbah II


اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ.
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ
اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ
وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ
اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. 
رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

Khutbah Idul Adha: Tiga Makna di Balik Ibadah Haji

 

Khutbah Idul Adha: Tiga Makna di Balik Ibadah Haji

Khutbah I

اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لَاإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ اْلحَمْدُ.  الحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ خَلَقَ الزّمَانَ وَفَضَّلَ بَعْضَهُ عَلَى بَعْضٍ فَخَصَّ بَعْضُ الشُّهُوْرِ وَالأَيَّامِ وَالَليَالِي بِمَزَايَا وَفَضَائِلَ يُعَظَّمُ فِيْهَا الأَجْرُ والحَسَنَاتُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى بِقَوْلِهِ وَفِعْلِهِ إِلَى الرَّشَادِ. اللّهُمَّ صَلّ وسّلِّمْ علَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمّدٍ وِعَلَى آلِه وأصْحَابِهِ هُدَاةِ الأَنَامِ في أَنْحَاءِ البِلاَدِ. أمَّا بعْدُ، فيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللهَ تَعَالَى بِفِعْلِ الطَّاعَاتِ. قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ. إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ

Jamaah shalat Idul Adha hafidhakumullah,

Bulan Dzulhijjah merupakan salah satu dari empat bulan haram (dimuliakan) di dalam Islam. Tiga bulan lainnya adalah Muharram, Rajab, dan Dzulqa’dah. Keistimewaan Dzulhijjah ditandai antara lain dengan adanya ibadah-ibadah tertentu yang tidak mungkin dikerjakan umat Islam di bulan-bulan lainnya, yakni haji dan kurban. Secara bahasa dzulhijjah merupakan frasa yang terdiri dari kata dzû (memiliki) dan al-hijjah (haji). Dinamakan demikian karena hanya di bulan ke-12 dalam kalender hijriah ini, ada pelaksanaan ibadah haji.

Haji merupakan rukun Islam yang kelima. Karena masuk rukun atau pilar, ibadah ini tentu bukan ibadah yang remeh. Ia wajib dilaksanakan oleh setiap orang yang mampu. Kemampuan ini meliputi kemampuan secara fisik, ekonomi, juga keamanan. Dengan bahasa lain, ketika seseorang sudah memiliki biaya yang mencukupi, kesehatan fisik yang memadai, dan kondisi aman yang memungkinkan ia sampai ke Tanah Suci, maka ia wajib melaksanakan ibadah tersebut.

Al-Qur’an Surah Ali Imran ayat 97 menyatakan:

وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ

Artinya: “Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu bagi orang yang mampu mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barang siapa mengingkari kewajiban haji, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.”

Namun demikian, ibadah haji juga kadang terkait dengan pengalaman spiritual orang. Karena betapa banyak orang Muslim kaya raya yang tak kunjung menunaikan ibadah haji. Sebaliknya, betapa banyak orang bergaji rendah, justru diberi kemampuan untuk ibadah haji. Semangat dan pengalaman batin seseorang amat berpengaruh terhadap seberapa kuat niat berhaji itu tumbuh.

Jamaah shalat Idul Adha hafidhakumullah,

Dalam ibadah haji, banyak sekali ritual atau manasik yang tak serta merta bisa ditangkap alasannya secara nalar. Jika kita diperintahkan untuk berpuasa Ramadhan tiap tahun, orang mungkin bisa menjelaskan secara rasional dari sudut pandang medis. Demikian juga dengan perintah zakat, yang bisa ditemukan alasannya secara sosial dan ekonomi, yakni agar harta tidak hanya berputar pada segelintir orang saja. Tidak demikian dengan haji. Rukun kelima dalam Islam ini sarat ritual-ritual yang bisa dipahami dengan memosisikannya sebagai simbol-simbol yang penuh makna.

Pertama yang bisa ditangkap adalah makna tauhid. Makna ini tersirat dalam posisi Ka’bah sebagai sentra kedatangan para jamaah dari berbagai belahan dunia. Jutaan orang dari berbagai penjuru dan bangsa berkumpul dalam satu pusat, tanpa dibedakan bahwa satu daerah lebih utama dibanding daerah lainnya. Ini adalah simbol bahwa tujuan dari keseluruhan hidup ini adalah satu, yakni Allah ﷻ. Penjulukkan Ka’bah sebagai “baitullah” (rumah Allah) harus dipahami dalam makna tersebut, bukan Allah bersemayam di dalam Ka’bah.

Begitu pula dengan Hajar Aswad yang terletak di sudut timur laut Ka'bah. Kedudukannya yang mulia hingga orang-orang berebut menyentuh dan menciumnya tidak boleh sampai membuat mereka menyembahnya. Anjuran menyentuh dan mencium Hajar Aswad muncul sekadar karena mengikuti sunnah Nabi. Sebagaimana dikatakan Sayyidina Umar bin Khattab:


إِنِّي أَعْلَمُ أَنَّكَ حَجَرٌ، لاَ تَضُرُّ وَلاَ تَنْفَعُ، وَلَوْلاَ أَنِّي رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُقَبِّلُكَ مَا قَبَّلْتُكَ

Artinya: “Sungguh aku tahu, engkau hanyalah batu. Tidak bisa mendatangkan bahaya atau manfaat apa pun. Andai saja aku ini tak pernah sekalipun melihat Rasulullah shallahu alaihi  wa sallam menciummu, aku pun enggan menciummu.” (HR: Bukhari)

Kedua adalah makna kemanusiaan. Pakaian ihram yang dikenakan orang-orang saat memulai haji adalah simbol kesamaan dan kesetaraan semua manusia. Dalam ihram seluruh pakaian dianjurkan berwarna putih. Bagi jamaah haji laki-laki bahkan harus mananggalkan semua pakaian berjahit dan menggantinya dengan hanya dua helai kain. Kaum laki-laki dilarang mengenakan topi atau peci, sedangkan jamaah perempuan dilarang mengenakan cadar. Ritual ini menandai kesatuan identitas manusia sebagai hamba Allah, dan melepaskan identitas-identitas selainnya, seperti suku, ras, nasab, jabatan politik, kelas ekonomi, dan ketokohan. Pemulung, selebritis, ulama, menteri, atau presiden datang ke Tanah Suci sebagai hamba Allah, bukan sebagai orang dengan kedudukan duniawinya.

Makna kedua ini sekaligus mempertegas makna pertama, yakni nilai tauhid. Konsekuensi dari menjunjung tinggi tauhid adalah mengakui bahwa tidak ada yang lebih dimuliakan selain Allah ﷻ. Manusia pada hakikatnya berada dalam kesetaraan. Standar kedudukan hanya bisa dinilai dari sudut pandang Allah, melalui tingkat ketakwaannya. Manusia paling mulia adalah mereka yang paling takwa kepada Allah ﷻ. Sebagaimana firman-Nya:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha-Mengetahui lagi Maha-Mengenal.” (QS al-Hujurat: 13)

Tak hanya pakaian-pakaian “kehormatan” duniawi yang dilepas, jamaah haji dari berbagai bangsa dan negara juga bersama-sama meninggalkan tempat asalnya untuk berkumpul di tempat yang sama. Pemandangan ini lebih tampak ketika mereka sedang bersama-sama wukuf di Arafah. Mereka harus berdiam di lokasi yang sama dan di bawah terik matahari yang sama. Ini menandakan bahwa sesungguhnya manusia—siapa pun itu—pada akhirnya akan kembali pada Dzat yang tunggal. Ibadah haji adalah gambaran bahwa manusia harus kembali ke fitrah aslinya sebagai hamba, baik ketika hidup maupun mati.

Ketiga adalah makna napak tilas sejarah kenabian. Haji juga menjadi momen mengenang jejak nabi-nabi terdahulu, khususnya Nabi Adam, Nabi Ibrahim, dan Nabi Muhammad. Perjalanan mereka bukanlah sejarah hidup yang kosong makna, melainkan mengandung berbagai pelajaran yang penting diingat. Ritual melontar Jumrah, misalnya, adalah jejak permusuhan Nabi Adam kepada setan. Kita diingatkan tentang pentingnya selalu waspada terhadap berbagai tipu daya musuh terlaknat ini.

Begitu juga tentang ritual Sa’i. Ia menyimpan sejarah perjuangan Siti Hajar mencari air untuk putranya, Ismail, ketika ditinggal sang suami, Nabi Ibrahim ‘alaihis salam. Lari-lari yang berulang sampai tujuh kali merupakan simbol kegigihan ikhtiar yang tak kenal putus asa. Hingga akhirnya pertolongan Allah pun datang dengan memancar air secara tiba-tiba dari bawah kaki Nabi Ismail. Mata air itu kita kenal hingga sekarang sebagai sumur Zamzam.

Jamaah shalat Idul Adha hafidhakumullah,

Allah tak mewajibkan haji untuk setiap orang sebagaimana shalat. Kewajiban haji hanya diperuntukkan bagi mereka yang mampu. Untuk yang sudah atau sedang berhaji, penting baginya tak menyia-nyiakan kewajiban ini dengan memenuhi segala ketentuan haji, juga makna-makna dalam segenap ritual yang dijalankan. Bagi yang belum mampu ke Tanah Suci, cukup baginya berikhtiar semampunya dan menyerap makna haji untuk kemudian kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Haji adalah perjalanan suci, bukan wisata untuk meraih kebanggaan diri. Karena itu, bagi yang belum diberi kemampuan menunaikan haji tak perlu berkecil hati selama kita selalu berusaha menjadi pribadi-pribadi yang bertakwa: memegang prinsip tauhid, menghargai kemanusiaan, dan menjalankan ketentuan syariat sebagaimana diajarkan Rasulullah. Wallahu a’lam.

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم


Khutbah II

اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ.
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا

أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
© all rights reserved
made with by templateszoo