Tampilkan postingan dengan label Renungan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Renungan. Tampilkan semua postingan

Jika Ditimpa Kesusahan Janganlah Mengeluh Kepada Manusia

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِيٍّ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ بَشِيرٍ أَبِي إِسْمَعِيلَ عَنْ سَيَّارٍ عَنْ طَارِقِ بْنِ شِهَابٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ نَزَلَتْ بِهِ فَاقَةٌ فَأَنْزَلَهَا بِالنَّاسِ لَمْ تُسَدَّ فَاقَتُهُ وَمَنْ نَزَلَتْ بِهِ فَاقَةٌ فَأَنْزَلَهَا بِاللَّهِ فَيُوشِكُ اللَّهُ لَهُ بِرِزْقٍ عَاجِلٍ أَوْ آجِلٍ
قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ غَرِيبٌ
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basyar telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Mahdi telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Basyir Abu Isma'il dari Sayyar dari Thariq bin Syihab dari 'Abdullah bin Mas'ud berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam bersabda: "Barangsiapa tertimpa kesusahan lalu mengeluh-ngeluhkannya kepada manusia maka kesusahannya tidak akan tertutupi dan barangsiapa tertimpa kesusahan lalu mengeluh-ngeluhkan kepada Allah, hampir saja Allah memberinya rizki, cepat atau lambat." Berkata Abu Isa: Hadits ini hasan shahih gharib.
(HR. Tirmidzi: 2248)

Carilah Ilmu Maka Allah Akan Mudahkan Jalan Ke Surga

حَدَّثَنَا مُسَدَّدُ بْنُ مُسَرْهَدٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ دَاوُدَ سَمِعْتُ عَاصِمَ بْنَ رَجَاءِ بْنِ حَيْوَةَ يُحَدِّثُ عَنْ دَاوُدَ بْنِ جَمِيلٍ عَنْ كَثِيرِ بْنِ قَيْسٍ قَالَ
كُنْتُ جَالِسًا مَعَ أَبِي الدَّرْدَاءِ فِي مَسْجِدِ دِمَشْقَ فَجَاءَهُ رَجُلٌ فَقَالَ يَا أَبَا الدَّرْدَاءِ إِنِّي جِئْتُكَ مِنْ مَدِينَةِ الرَّسُولِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِحَدِيثٍ بَلَغَنِي أَنَّكَ تُحَدِّثُهُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا جِئْتُ لِحَاجَةٍ قَالَ فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَطْلُبُ فِيهِ عِلْمًا سَلَكَ اللَّهُ بِهِ طَرِيقًا مِنْ طُرُقِ الْجَنَّةِ وَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ وَإِنَّ الْعَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ وَالْحِيتَانُ فِي جَوْفِ الْمَاءِ وَإِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ وَإِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ وَإِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلَا دِرْهَمًا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْوَزِيرِ الدِّمَشْقِيُّ حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ قَالَ لَقِيتُ شَبِيبَ بْنَ شَيْبَةَ فَحَدَّثَنِي بِهِ عَنْ عُثْمَانَ بْنِ أَبِي سَوْدَةَ عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ يَعْنِي عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمَعْنَاهُ

Telah menceritakan kepada kami Musaddad bin Musarhad telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Daud aku mendengar 'Ashim bin Raja bin Haiwah menceritakan dari Daud bin Jamil dari Katsir bin Qais ia berkata, "Aku pernah duduk bersama Abu Ad Darda di masjid Damaskus, lalu datanglah seorang laki-laki kepadanya dan berkata, "Wahai Abu Ad Darda, sesungguhnya aku datang kepadamu dari kota Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam karena sebuah hadits yang sampai kepadaku bahwa engkau meriwayatannya dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Dan tidaklah aku datang kecuali untuk itu." Abu Ad Darda lalu berkata, "Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa meniti jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan mempermudahnya jalan ke surga. Sungguh, para Malaikat merendahkan sayapnya sebagai keridlaan kepada penuntut ilmu. Orang yang berilmu akan dimintakan maaf oleh penduduk langit dan bumi hingga ikan yang ada di dasar laut. Kelebihan serang alim dibanding ahli ibadah seperti keutamaan rembulan pada malam purnama atas seluruh bintang. Para ulama adalah pewaris para nabi, dan para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, mereka hanyalah mewariskan ilmu. Barangsiapa mengambilnya maka ia telah mengambil bagian yang banyak."
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Wazir Ad Dimasyqi telah menceritakan kepada kami Al Walid ia berkata; aku berjumpa dengan Syabib bin Syaibah lalu ia menceritakannya kepadaku dari Utsman bin Abu Saudah dari Abu Ad Darda dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dengan maknanya."
(HR. Abu Daud: 3157)


Sudah Siapkah Dengan Pertanyaan Di Alam Kubur?

حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ ح و حَدَّثَنَا هَنَّادُ بْنُ السَّرِيِّ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ وَهَذَا لَفْظُ هَنَّادٍ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ الْمِنْهَالِ عَنْ زَاذَانَ عَنْ الْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ قَالَ
خَرَجْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي جَنَازَةِ رَجُلٍ مِنْ الْأَنْصَارِ فَانْتَهَيْنَا إِلَى الْقَبْرِ وَلَمَّا يُلْحَدْ فَجَلَسَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَجَلَسْنَا حَوْلَهُ كَأَنَّمَا عَلَى رُءُوسِنَا الطَّيْرُ وَفِي يَدِهِ عُودٌ يَنْكُتُ بِهِ فِي الْأَرْضِ فَرَفَعَ رَأْسَهُ فَقَالَ اسْتَعِيذُوا بِاللَّهِ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلَاثًا زَادَ فِي حَدِيثِ جَرِيرٍ هَاهُنَا وَقَالَ وَإِنَّهُ لَيَسْمَعُ خَفْقَ نِعَالِهِمْ إِذَا وَلَّوْا مُدْبِرِينَ حِينَ يُقَالُ لَهُ يَا هَذَا مَنْ رَبُّكَ وَمَا دِينُكَ وَمَنْ نَبِيُّكَ قَالَ هَنَّادٌ قَالَ وَيَأْتِيهِ مَلَكَانِ فَيُجْلِسَانِهِ فَيَقُولَانِ لَهُ مَنْ رَبُّكَ فَيَقُولُ رَبِّيَ اللَّهُ فَيَقُولَانِ لَهُ مَا دِينُكَ فَيَقُولُ دِينِيَ الْإِسْلَامُ فَيَقُولَانِ لَهُ مَا هَذَا الرَّجُلُ الَّذِي بُعِثَ فِيكُمْ قَالَ فَيَقُولُ هُوَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَيَقُولَانِ وَمَا يُدْرِيكَ فَيَقُولُ قَرَأْتُ كِتَابَ اللَّهِ فَآمَنْتُ بِهِ وَصَدَّقْتُ زَادَ فِي حَدِيثِ جَرِيرٍ فَذَلِكَ قَوْلُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ
{ يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا }
الْآيَةُ ثُمَّ اتَّفَقَا قَالَ فَيُنَادِي مُنَادٍ مِنْ السَّمَاءِ أَنْ قَدْ صَدَقَ عَبْدِي فَأَفْرِشُوهُ مِنْ الْجَنَّةِ وَافْتَحُوا لَهُ بَابًا إِلَى الْجَنَّةِ وَأَلْبِسُوهُ مِنْ الْجَنَّةِ قَالَ فَيَأْتِيهِ مِنْ رَوْحِهَا وَطِيبِهَا قَالَ وَيُفْتَحُ لَهُ فِيهَا مَدَّ بَصَرِهِ قَالَ وَإِنَّ الْكَافِرَ فَذَكَرَ مَوْتَهُ قَالَ وَتُعَادُ رُوحُهُ فِي جَسَدِهِ وَيَأْتِيهِ مَلَكَانِ فَيُجْلِسَانِهِ فَيَقُولَانِ لَهُ مَنْ رَبُّكَ فَيَقُولُ هَاهْ هَاهْ هَاهْ لَا أَدْرِي فَيَقُولَانِ لَهُ مَا دِينُكَ فَيَقُولُ هَاهْ هَاهْ لَا أَدْرِي فَيَقُولَانِ مَا هَذَا الرَّجُلُ الَّذِي بُعِثَ فِيكُمْ فَيَقُولُ هَاهْ هَاهْ لَا أَدْرِي فَيُنَادِي مُنَادٍ مِنْ السَّمَاءِ أَنْ كَذَبَ فَأَفْرِشُوهُ مِنْ النَّارِ وَأَلْبِسُوهُ مِنْ النَّارِ وَافْتَحُوا لَهُ بَابًا إِلَى النَّارِ قَالَ فَيَأْتِيهِ مِنْ حَرِّهَا وَسَمُومِهَا قَالَ وَيُضَيَّقُ عَلَيْهِ قَبْرُهُ حَتَّى تَخْتَلِفَ فِيهِ أَضْلَاعُهُ زَادَ فِي حَدِيثِ جَرِيرٍ قَالَ ثُمَّ يُقَيَّضُ لَهُ أَعْمَى أَبْكَمُ مَعَهُ مِرْزَبَّةٌ مِنْ حَدِيدٍ لَوْ ضُرِبَ بِهَا جَبَلٌ لَصَارَ تُرَابًا قَالَ فَيَضْرِبُهُ بِهَا ضَرْبَةً يَسْمَعُهَا مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ إِلَّا الثَّقَلَيْنِ فَيَصِيرُ تُرَابًا قَالَ ثُمَّ تُعَادُ فِيهِ الرُّوحُ
حَدَّثَنَا هَنَّادُ بْنُ السَّرِيِّ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ حَدَّثَنَا الْمِنْهَالُ عَنْ أَبِي عُمَرَ زَاذَانَ قَالَ سَمِعْتُ الْبَرَاءَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فَذَكَرَ نَحْوَهُ

Telah menceritakan kepada kami Utsman bin Abu Syaibah berkata, telah menceritakan kepada kami Jarir. (dalam jalur lain disebutkan) Telah menceritakan kepada kami Hannad As Sari berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah - dan ini adalah lafadz Hannad- dari Al A'masy dari Al Minhal dari Zadzan dari Al Bara bin Azib ia berkata, "Kami bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam keluar untuk melihat jenazah seorang laki-laki Anshar, kami pun tiba di pemakaman. Ketika lubang lahad telah dibuat, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam duduk, lalu kami ikut duduk di sisinya. Kami diam, seakan-akan di atas kepala kami ada burung. Saat itu beliau memegang sebatang kayu yang ditancapkan ke dalam tanah, beliau lalu mengangkat kepalanya dan bersabda: "Mintalah perlindungan kepada Allah dari siksa kubur." Beliau ucapkan kalimat itu hingga dua atau tiga kali. Demikanlah tambahan dalam hadits Jarir. Beliau melanjutkan: "Sungguh, mayat itu akan dapat mendengar derap sandal mereka saat berlalau pulang; yakni ketika ditanyakan kepadanya, 'Wahai kamu, siapa Rabbmu? Apa agamamu? Dan siapa Nabimu? ' -Hannad menyebutkan; Beliau bersabda: - "lalu ada dua malaikat mendatanginya seranya mendudukkannya. Malaikat itu bertanya, "Siapa Rabbmu?" ia menjawab, "Rabbku adalah Allah." Malaikat itu bertanya lagi, "Apa agamamu?" ia menjawab, "Agamaku adalah Islam." Malaikat itu bertanya lagi, "Siapa laki-laki yang diutus kepada kalian ini? ' ia menjawab, "Dia adalah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam." malaikat itu bertanya lagi, "Apa yang kamu ketahui?" ia menjawab, "Aku membaca Kitabullah, aku mengimaninya dan membenarkannya." Dalam hadits Jarir ditambahkan, "Maka inilah makna firman Allah: '(Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman…) ' hingga akhir ayat. -Qs. Ibrahim: 27- kemudian kedua perawi sepakat pada lafadz, "Beliau bersabda: "Kemudian ada suara dari langit yang menyeru, "Benarlah apa yang dikatakan oleh hamba-Ku, hamparkanlah permadani untuknya di surga, bukakan baginya pintu-pintu surga dan berikan kepadanya pakaian surga." beliau melanjutkan: "Kemudian didatangkan kepadanya wewangian surga, lalu kuburnya diluaskan sejauh mata memandang." Beliau melanjutkan: "Jika yang meninggal adalah orang kafir, maka ruhnya akan dikembalikan kepada jasadnya. Saat itu datanglah dua malaikat serya mendudukkannya. Kedua malaikat itu bertanya, "Siapa Rabbmu?" ia menjawab, "Hah, hah, hah. Aku tidak tahu." Malaikat itu bertanya, "Apa agamamu?" ia menjawab, "Hah, hah. Aku tidak tahu." Malaikat itu bertanya lagi, "Siapa laki-laki yang diutus kepada kalian ini? ' ia menjawab, "Hah, hah. Aku tidak tahu." Setelah itu terdengar suara dari langit: "Ia telah berdusta. Berilah ia hamparan permadani dari neraka, berikan pakaian dari neraka, dan bukakanlah pintu-pintu neraka untuknya." Beliau melanjutkan: "Kemudian didatangkan kepadanya panas dan baunya neraka. Lalu kuburnya disempitkan hingga tulangnya saling berhimpitan." Dalam hadits Jarir ditambahkan, "Beliau bersabda: "Lalu ia dibelenggu dalam keadaan buta dan bisu. Dan baginya disediakan sebuah pemukul dari besi, sekiranya pemukul itu dipukulkan pada sebuah gunung niscaya akan menjadi debu." Beliau melanjutkan: "Laki-laki kafir itu kemudian dipukul dengan pemukul tersebut hingga suaranya dapat didengar oleh semua makhluk; dari ujung timur hingga ujung barat -kecuali jin dan manusia- hingga menjadi debu." Beliau meneruskan ceritanya: "Setelah itu, ruhnya dikembalikan lagi." Telah menceritakan kepada kami Hannad bin As Sari berkata, telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Numair berkata, telah menceritakan kepada kami Al A'masy berkata, telah menceritakan kepada kami Al Minhal dari Abu Umar Zadzan ia berkata; Aku mendengar Al Bara dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda…. lalu ia menyebutkan seperti hadits tersebut."
(HR. Abu Daud: 4127)

Hal-hal Yang Menghalangi Datangnya Rejeki Dan Yang Mendatangkan Rejeki

PENGHALANG RIZKI


قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:

إِنَّ الرَّجُلَ لَيُحْرَمُ الرِّزْقَ بِالذَّنْبِ يُصِيبُهُ، وَلَا يَرُدُّ الْقَدَرَ إِلَّا الدُّعَاءُ، وَلَا يَزِيدُ فِي الْعُمُرِ إِلَّا الْبِرُّ

Rasulullah saw bersabda : ‘Seseorang itu terhalang dari rizki akibat dosa yang ia lakukan. Tidak ada yang bisa menolak takdir kecuali doa. Dan tidak ada yang bisa menambah umur melainkan perbuatan baik”. HR. Ahmad dari Tsauban radhiyallahu’anhu. 

Terutama berbuat dusta adalah mendatangkan kefakiran, sebagaimana dalam hadist lain, secara khusus telah dikemukakan.

1. Tidur di pagi hari
2. Banyak tidur
3. Tidur dengan telanjang
4. Kencing dengan telanjang
5. Makan dalam keadaan junub atau sambil berbaring
6. Membiarkan sisa makanan berserakan
7. Membakar kulit berambang atau dasun
8. Menyapu lantai dengan kain atau di waktu malam
9. Membiarkan sampah berserakan mengotori rumah
10. Lewat di depan orang yang lebih tua
11. Memanggil orang tua tanpa gelar (seperti pak, mas, dan sebagainya.)
12. Membersihkan sela gigi dengan benda kasar
13. Melumurkan debu atau debu pada tangan
14. Duduk di beranda pintu
15. Bersandar pada daun pintu
16. Berwudhu di tempat orang istirahat
17. Menjahit pakaian yang sedang dipakai
18. Menyeka muka dengan kain
19. Membiarkan sarang lebah berada dirumah
20. Meringankan/meremehkan shalat
21. Bergegas keluar masjid setelah shalat shubuh
22. Pergi ke pasar pagi-pagi
23. Membeli makanan dari peminta-minta
24. Mendo’akan buruk kepada anak
25. Membiarkan wadah tidak tertutupi
26. Mematikan lampu dengan meniup
27. Menulis dengan pena rusak
28. Menyisir dengan sisir yang rusak
29. Tidak mau mendo’akan bagus kepada orang tua
30. Memakai serban sambil berdiri
31. Memakai celana sambil duduk
32. Kikir
33. Terlalu hemat atau berlebih-lebihan dalam membelanjakan harta
34. Bermalasan dan menunda atau menyepelekan suatu urusan

PENDATANG REJEKI



Rasulullah saw bersabda :

وقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: استنزلوا الرزق بالصدقة

“Carilah datangnya rizki dengan cara bersedekah.”
1. Bangun pagi-pagi itu di berkahi dan membawa berbagai macam kenikmatan, khususnya rizki
2. Menulis bagus itu adalah pintu rizki
3. Wajah berseri
4. Tutur kata manis akan menambah banyak rizki.
Disebut dari al-hasan bin ali ra.: “menyapu lantai dan mencuci wadah, menjadi sumber kekayaan”.
5. Melakukan shalat dengan rasa ta’dzim, khusyu’ dengan menyempurnakan segala rukun, wajib, sunah dan adabnya
6. Melakukan shalat
7. Membaca surat waqi’ah, khususnya di malam hari sewaktu orang tertidur
8. Membaca surat al-mulk, al-muzammil, al-lail dan al-insyirah
9. Telah datang di mesjid sebelum dikumandangkan adzan
10. Selalu suci
11. Melakukan shalat sunat sebelum shubuh
12. Melakukan shalat witir di rumah, lalu jangan berbicara urusan dunia sesudahnya dilakukan.
13. Jangan terlampau banyak bergaul dengan wanita, kecuali bila ada keperluan yang baik.
14. Jangan pula omong kosong yang tidak berguna untuk agama dan dunianya
Ali ra telah berkata : “bila telah sempurna akal pikiran, maka menguranglah ucapan
Penambah rizki

اِسْتَنْزِلُوْا الرِّزْقَ بِالصَّدَقَةِ
Shodaqoh
Mintalah diturunkan rizki dengan cara sedekah

الْبُكُوْرُ مُبَارَكٌ يَزِيْدُ فِيْ جَمِيْعِ النِّعَمِ خُصُوْصًا فِيْ الرِّزْقِ

Bangun pagi-pagi itu barokah, menambah semua nikmat Allah terutama rizki.

    أَقْوَي اْلأَسْبَابِ الْمُحَصِّلِ لِلرِّزْقِ إِقَامَةُ الصَّلاَةِ بِالتَّعْظِيْمِ وَالْخُشُوْعِ وَتَعْدِيْلِ الأَرْكَانِ وَسَائِرِ وَاجِبَاتِهَا وَسُنَنِهَا وَآدَابِهَا

3. Penyebab yang paling kuat untuk mendapatkan rizki adalah menegakkan sholat dengan penuh pengagungan dan khusyu', serta menegakkan rukun-rukunnya dan semua kewajiban, sunnah serta adabnya.

صَلاَةُ الضُّحَى
Diantara hikmah dari melakukan Sholat Dhuha adalah :            
- Diampuni dosanya
- Pahalanya seperti haji dan umroh yang diterima
- Untuk memenuhi hak dari ruas-ruas tubuh yang berjumlah 360 ruas

قِرَاءَةُ سُوْرَةِ الْوَاقِعَة وَالْمُلْك
Membaca surat  Waqi'ah dan surat Mulk terutama waktu malam

وَالْمُدَاوَمَةُ عَلَى الطَّهَارَةِ
Berusaha selalu suci. Jadi setiap kali batal wudhu'nya wudhu' lagi .

وَأَدَاءُ سُنَّةِ الْفَجْرِ
Melakukan sholat sunnah Fajar    
Melakukan sunnah Fajar, dalam hadist disebutkan bahwa dua rokaat sholat Fajar lebih baik dari dunia seisinya.
Kemudian sebelum sholat Subuh baca tasbih 100x
 سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ سُبْحَانَ اللهِ الْعَظِيْم أَسْتَغْفِرُ الله

Membaca do’a di waktu antar terbit fajar hingga masuk waktu shalat 100 x setiap hari pagi dan sore

سبحان الله العظيم وبحمده، سبحان الله العظيم وبحمده، وأستغفر الله العظيم وأتوب إليه مائة مرة، وأن يقول: لا إله إلا الله الملك الحق المبين

Tiap-tiap sesudah fajar dan magrib berdo’a 33x

الحمد لله، وسبحان الله، ولا إله إلا الله

Memperbanyak ucapan

لا حول ولا قوة إلا بالله العلى العظيم

Beserta shalawat nabi saw
Sesudah shalat shubuh membaca istigfar 70 kali
Di hari jum’at membaca do’a 70 X

اللهم أغننى بحلالك عن حرامك واكفنى بفضلك عمن سواك

Setiap siang dan malam membaca di bawah ini

أنت الله العزيز الحكيم, أنت الله الملك القدوس, أنت الله الحكيم الكريم, انت الله خالق الخير والشر, أنت الله خالق الجنة والنار, أنت الله عالم الغيب والشهادة, أنت الله عالم السروأخفى, أنت الله الكبير المتعال, أنت الله خالق كل شيئ واليه يعود كل شيئ, أنت الله ديان يوم الدين, لم تزل ولا تزال, أنت الله لا إله إلا أنت الأحد الصمد, لم يلد ولم يولد ولم يكن له كفوا أحد, أنت الملك القدوس السلام المؤمن المهيمن العزيز الجبار المتكبرلا إله إلا أنت الخالق البارئ المصور له الأسماء الحسنى يسبح له ما فى السموات والأرض وهو العزيز الحكيم.

Orang Yang Besar Pahalanya Di Dalam Shalat Adalah


حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ عَنْ بُرَيْدِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ أَبِي بُرْدَةَ عَنْ أَبِي مُوسَى قَالَ
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَعْظَمُ النَّاسِ أَجْرًا فِي الصَّلَاةِ أَبْعَدُهُمْ فَأَبْعَدُهُمْ مَمْشًى وَالَّذِي يَنْتَظِرُ الصَّلَاةَ حَتَّى يُصَلِّيَهَا مَعَ الْإِمَامِ أَعْظَمُ أَجْرًا مِنْ الَّذِي يُصَلِّي ثُمَّ يَنَامُ


Telah menceritakan kepada kami Muhammad Ibnul 'Ala berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Usmah dari Buraid bin 'Abdullah dari Abu Burdah dari Abu Musa berkata, 
"Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Orang yang paling banyak mendapatkan pahala dalam shalat adalah mereka yang paling jauh (jarak rumahnya ke masjid), karena paling jauh dalam perjalanannya menuju masjid. Dan orang yang menunggu shalat hingga dia melaksanakan shalat bersama imam lebih besar pahalanya dari orang yang melaksanakan shalat kemudian tidur."
(HR. Bukhari: 614)

Rasulullah Lebih Mengutamakan Kehidupan Akhirat Daripada Dunia

*Renungan malam*

Mari kita bayangkan bagaimana kehidupan Rasulullah dahulu, bagaimana rumah Rasulullah dahulu, dan bagaimana Rasulullah menjalani kehidupan sehari-harinya.

Sebuah riwayat menjelaskan rumah Rasul. Dalam kitab shohih _adabul mufrod_ karya Imam Bukhori menyebutkan bahwa Daud Bin Qais berkata:


_"Saya melihat kamar Rasulullah saw atapnya terbuat dari pelepah kurma yang terbalut dengan serabut, saya perkirakan lebar rumah ini, kira kira 6 atau 7 hasta (1 hasta sama dengan 0,45 meter), saya mengukur luas rumah dari dalam 10 hasta, dan saya kira tingginya antara 7 dan 8, saya berdiri dipintu aisyah saya dapati kamar ini menghadap Maghrib (Marocco)"._

Dalam sebuah hadits riwayat Bukhari Muslim dijelakan:

_"Bahwa suatu hari sayyidina Umar bin Al Khattab pernah menemui baginda Nabi Muhammad SAW. Saat itu Beliau sedang berbaring di atas tikar kasar yang terbuat dari pelepah kurma. Dengan berbantalkan kulit kasar yang berisi serabut ijuk kurma. Melihat keadaan Nabi Muhammad yang seperti itu sayyidina Umar pun menangis"._

_"Kemudian Nabi Muhammad SAW pun bertanya: Mengapa engkau menangis?"_

_Sayyidina Umar Radhiallahu'anhu menjawab: "Bagaimana aku tidak menangis. Tikar ini membekas pada tubuhmu. Engkau adalah Rasulullah SAW, utusan Allah SWT. kekayaanmu hanya seperti ini. Sedangkan kisra dan raja-raja lainnya hidup bergelimangkan kemewahan"._

_"Nabi Muhammad SAW menjawab: Apakah engkau tidak rela jika kemewahan itu untuk mereka di dunia dan untuk kita di akhirat nanti?"_

Jawaban Nabi Muhammad SAW menjelaskan kesederhanaannya. Dan rumah yang berukuran panjang tidak lebih dari 5 meter, lebar hanya 3 meter, dengan tinggi atap sekitar 2.5 meter menjadi gambaran bahwa Nabi Muhammad SAW tidaklah hidup dalam kemewahan dunia.

Tepat di tahun terakhir kenabian, kabilah-kabilah arab berbondong-bondong menyatakan masuk islam.
Selain memang karena mereka melihat secara langsung keagungan Islam yang diterapkan diseluruh aspek kehidupan, berarti juga bahwa tugas kenabian sebentar lagi usai.

Menikmati masa-masa kemenangan adalah tabiat sebuah perjuangan. Tapi tidak bagi sosok yang mulia itu. Karena misi perjuangannya bukan untuk meraup harta dan kekayaan, bukan pula untuk mengejar jabatan. Bila Allah ridho, kalimat-Nya ditinggikan, syariat-Nya ditegakkan, maka itulah puncak pencapaian tertinggi.

Raga suci itu letih, peluh di dahinya sesekali mengucur. Itu semua terjadi sejak awal diutusnya Beliau menjadi Rasul. Semuanya dikorbankan. Waktu, tenaga, pikiran, harta bahkan nyawa sekalipun. Diatas tikar kasar raga itu terkulai. Berbulan-bulan tak ada api yang mengepul di rumahnya.
Kondisi itu tidak hanya terjadi sekali, bahkan berkali-kali semenjak beliau diutus menjadi nabi.

Abu Hurairah menuturkan terkait kondisi rumah Rasul, _“Adakalanya sampai berbulan-bulan berlalu, namun di rumah Rasulullah tidak ada satupun lampu yang menyala, dapurnya pun tidak mengepul. Jika ada minyak, maka dijadikannya sebagai makanan._

_Sering beliau tidur malam sedang keluarganya bolik-balik di atas tempat pembaringan karena kelaparan, tidak ada makan malam. Makanan mereka biasanya hanya  roti yang terbuat dari syair yang kasar."_ *(HR. Tarmidzi).*

Bunda Aisyah radhiallahu anha lebih lugas menuturkan, _“Sering kali kami melewati masa hingga 40 hari, sedang di rumah kami tidak pernah ada lampu yang menyala dan dapur kami tidak mengepul. Maka orang yang mendengar bertanya, ‘Jadi apa yang kalian makan untuk bertahan hidup?’ Ibu kita menjawab, "Kurma dan air saja, itu pun jika dapat.”_ *(HR. Ahmad)*

Subhanalloh, sebuah kehidupan yang sangat berat dijalani oleh Rasul dan keluarganya. Tidaklah orang yang kuat lagi hebat yang bisa menjalani kehidupan yang serba terbatas tersebut. Apalagi ditambah dengan tugas _nubuwah._ Logika manapun akan sulit menerima kondisi tersebut. Dan tidak terbayang menjalaninya.

Saking beratnya kehidupan Rasul, sampai Rasul merasa lemas dalam menjalani sholat. Tapi Beliau pantang mengeluh lagi mundur. Semua itu dijalani dengan penuh ikhlas dan semata mengharap ridho Allah. Abu Hurairah berkata, _“Aku pernah datang kepada Rasulullah ketika dia shalat sambil duduk, maka aku pun bertanya, ‘Ya Rasulullah, mengapa aku melihatmu shalat sambil duduk, apakah engkau sakit?’ Jawab beliau, ‘Aku lapar, wahai Abu Hurairah.’ Mendengar jawaban beliau, aku terus menangis sedih melihat keadaan beliau. Beliau merasa kasihan melihatku menangis, lalu beliau berkata, ‘Wahai Abu Hurairah, jangan menangis, karena beratnya penghisaban di hari kiamat nanti tidak akan menimpa orang yang hidupnya lapar di dunia jika dia menjaga dirinya di kehidupan dunia ini.”_ *(HR. Muslim).*

_MashaAllah..._
Kami rindu padamu ya Rasul... 

Bukan hanya itu saja, tekat baja Rasul untuk menahan lapar begitu luar biasa. Ibnu Bujair berkata, _“Pada suatu hari Rasulullah pernah merasa sangat lapar. Lalu beliau mengambil batu dan diikatkannya pada perutnya. Kemudian beliau bersabda, ‘Betapa banyak orang yang memilih makanan yang lembut di dunia ini kelak dia akan menjadi lapar dan telanjang pada hari kiamat! Dan betapa banyak orang yang memuliakan dirinya di sini, kelak dia akan dihinakan di akhirat. Dan betapa banyak orang yang menghinakan dirinya di sini, kelak dia akan dimuliakan di akhirat’.”_

Dalam riwayat lain yang dikeluarkan oleh Baihaqi, Ummul mukminin menuturkan, _“Rasulullah tidak pernah kenyang tiga hari berturut-turut. Sebenarnya jika kita mau, kita bisa kenyang, akan tetapi beliau selalu mengutamakan orang lain yang lapar daripada dirinya sendiri.”_

MashaAllah. Penjelasan-penjelasan dalam kisah-kisah diatas seolah-olah terlihat jelas dengan mata kepalaku sendiri. Tak kuasa, hati ini menjerit malu. Mata pun menangis sejadi-jadinya mengingat kekasih Allah, Muhammad Rasulullah.

_Allahumma sholli 'ala sayyidina Muhammad. Wa'ala ali sayyidina Muhammad._ Kami rindu pada mu ya Rasul... 

Ya Allah. Ampunkanlah kami. Kami masih tersibukkan dengan dunia, hingga melupakanMu. Hanya mengingatMu di saat-saat lima waktu saja. Itupun tidak khusu'. Alangkah kufurnya diri ini terhadap nikmat-Mu.
Entah berapa kali diri ini merasakan kenyang, sementara syukur jarang terucap dan ibadah tak kunjung meningkat. 

Sahabat...
Sebelum mengeluhkan dapurmu yang kekurangan ini dan itu, maka ingatlah dapur Rasulullah _shallallahu alaihi wasallam..._
Ingatlah rasulullah yang tak pernah kenyang sejak diutus menjadi nabi hingga wafatnya. Sesekali bawalah imajinasimu mundur jauh ke masa-masa beliau hidup, lalu tanyakan pada dirimu, "Masikah pantas engkau mengeluhkan kondisi dapurmu yang serba kekurangan..?"

Sahabat, Rasulullah hidup seperti itu adalah pilihan hidup, bukan keterpaksaan. Sebab bila Beliau mau, maka gunung uhud akan dirubah menjadi emas untuknya, namun Beliau menolak.
Beliau menganggap kehidupan akhirat lebih baik daripada kehidupan dunia. Bukan tidak boleh mengejar dunia. Tapi yang penting adalah menjadikan dunia dalam genggama, bukan dikuasai oleh dunia. Dunia untuk jalan meraih ridho Allah. Bukan menjadi fitnah dan sumber petaka. Karena memang sesungguhnya dunia ada perhiasan cantik yang menggoda.

_Salam Ta'dzim_
_Napak Tilas Perjuangan Rasul dan Para Sahabatnya_

Keadaan Mayit Di Dalam Kubur Seperti Orang Yang Tenggelam


 Rasulullah SAW menganjurkan kita mendoakan mereka yang sudah wafat.

ما الْمَيّتُ في القَبْرِ إلاّ كالْغَرِيْق الْمُتَغَوِّثِ يَنتَظِرُ دَعْوَةً تَلحَقُه مِن أبٍ أوْ أُمٍّ أوْ أخٍ أوْ صَدِيقٍ فإذا لَحِقَتْه كانَتْ أحَبَّ إليه مِن الدُّنيا ومَا فيها وإنَّ اللهَ عزّ وجلّ لَيُدخِلُ على أهْلِ القُبُورِ مِن دُعاءِ أهْلِ الأَرْضِ أمْثَالَ الجِبالِ وإنَّ هَديَّةَ الأَحْيَاءِ إلى الأَمْوَاتِ الاِسْتِغفارُ لهم

Rasulullah bersabda: "Seorang mayat dalam kuburnya seperti orang tenggelam yang sedang meminta pertolongan. Dia menanti-nanti doa ayah, ibu, anak, dan kawan yang tepercaya. Apabila doa itu sampai kepadanya, maka itu lebih ia sukai daripada dunia berikut segala isinya. Dan sesungguhnya Allah menyampaikan doa penghuni dunia untuk ahli kubur sebesar gunung. Adapun hadiah orang-orang yang hidup kepada orang-orang mati ialah memohon istighfar kepada Allah SWT untuk mereka dan bersedekah atas nama mereka." (HR Ad-Dailami).

Jika manusia sudah mati, tak ada lagi amal saleh yang bisa dilakukan. Apakah dengan demikian ia benar-benar terputus dari pahala? 

Pada hadits di atas ditegaskan bahwa orang yang sudah mati sesungguhnya masih bisa menerima kiriman pahala berupa doa-doa kebaikan yang dilantunkan oleh sanak keluarga atau teman-teman yang khusus ditujukan untuknya. 

Digambarkan, ia begitu gembira dengan kiriman doa tersebut melebihi kegembiraan mendapatkan kekayaan sebesar dunia beserta isinya.

Dalam hadits lain ditegaskan bahwa orang yang telah mati, tetap bahkan terus-menerus mendapatkan pahala dari beberapa hal, yaitu dari amal jariah, ilmu yang bermanfaat, dan doa anak saleh. Rasulullah bersabda: 

إِذَا مَاتَ ابْنُ آدَمَ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلا مِنْ ثَلاثٍ : صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

 "Jika seorang manusia itu meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali dari tiga perkara, yaitu sedekah yang mengalir atau ilmu pengetahuan yang dapat diambil manfaatnya, atau anak saleh yang mendoakan padanya." (HR Muslim).

Seperti disebutkan pada hadis di awal pula, doa untuk orang mati yang sangat diharapkan adalah doa istighfar atau permohonan ampunan. Dalam hadis lain dikatakan, Utsman bin Affan menuturkan, apabila Rasulullah telah selesai menguburkan jenazah, beliau bersabda: 

كانَ النَّبيُّ إذا فَرغَ مِن دفنِ الميِّتِ وقفَ عليهِ ، فَقالَ : استَغفِروا لأَخيكُم ، واسأَلوا لَهُ بالتَّثبيتِ ، فإنَّهُ الآنَ يسألُ

"Mintakanlah ampunan untuk saudara kalian ini, dan mohonkanlah keteguhan untuknya, karena sesungguhnya ia sekarang sedang ditanya." (HR Abu Dawud).

Tidak hanya menyuruh, beliau juga melakukannya langsung. Disebutkan, beliau berdoa untuk orang-orang yang mati lalu dikuburkan di permakaman Baqi Gharqad:

اللهمَّ اغفرْ لأهلِ بقيعِ الغرقدِ

"Ya Allah, ampunilah orang-orang yang dikuburkan di Baqi Gharqad." (HR Muslim). 

Doa istighfar untuk mayat ini terutama penting disampaikan oleh sanak keluarganya karena merekalah yang paling dekat, baik secara nasab maupun hubungan sosial. Di samping itu, ini merupakan bentuk nyata kukuhnya ikatan kekeluargaan (silaturahim) di antara mereka. Jadi, ikatan itu tidak pernah terputus meskipun kematian telah memisahkan alam mereka. Ikatan itu akan tetap ada selamanya.


Sumber: https://republika.co.id/berita/qf3rsr320/alasan-mengapa-kita-jangan-bosan-doakan-mereka-yang-wafat

Apakah Kita Akan Melihat Rabb Kita Pada Hari Kiamat Nanti?


Apakah Kita Akan Melihat Rabb Kita Pada Hari Kiamat Nanti?

Hadits shahih ini memberikan gambaran kepada kita bagaimana keadaan kita saat berada di hari kiamat dan keadaan kita saat menyebragi jembatan shiratal mustaqim
 
حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ قَالَ أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ عَنْ الزُّهْرِيِّ قَالَ أَخْبَرَنِي سَعِيدُ بْنُ الْمُسَيَّبِ وَعَطَاءُ بْنُ يَزِيدَ اللَّيْثِيُّ أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ أَخْبَرَهُمَا
أَنَّ النَّاسَ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلْ نَرَى رَبَّنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ قَالَ هَلْ تُمَارُونَ فِي الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ لَيْسَ دُونَهُ سَحَابٌ قَالُوا لَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ فَهَلْ تُمَارُونَ فِي الشَّمْسِ لَيْسَ دُونَهَا سَحَابٌ قَالُوا لَا قَالَ فَإِنَّكُمْ تَرَوْنَهُ كَذَلِكَ يُحْشَرُ النَّاسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيَقُولُ مَنْ كَانَ يَعْبُدُ شَيْئًا فَلْيَتَّبِعْ فَمِنْهُمْ مَنْ يَتَّبِعُ الشَّمْسَ وَمِنْهُمْ مَنْ يَتَّبِعُ الْقَمَرَ وَمِنْهُمْ مَنْ يَتَّبِعُ الطَّوَاغِيتَ وَتَبْقَى هَذِهِ الْأُمَّةُ فِيهَا مُنَافِقُوهَا فَيَأْتِيهِمْ اللَّهُ فَيَقُولُ أَنَا رَبُّكُمْ فَيَقُولُونَ هَذَا مَكَانُنَا حَتَّى يَأْتِيَنَا رَبُّنَا فَإِذَا جَاءَ رَبُّنَا عَرَفْنَاهُ فَيَأْتِيهِمْ اللَّهُ فَيَقُولُ أَنَا رَبُّكُمْ فَيَقُولُونَ أَنْتَ رَبُّنَا فَيَدْعُوهُمْ فَيُضْرَبُ الصِّرَاطُ بَيْنَ ظَهْرَانَيْ جَهَنَّمَ فَأَكُونُ أَوَّلَ مَنْ يَجُوزُ مِنْ الرُّسُلِ بِأُمَّتِهِ وَلَا يَتَكَلَّمُ يَوْمَئِذٍ أَحَدٌ إِلَّا الرُّسُلُ وَكَلَامُ الرُّسُلِ يَوْمَئِذٍ اللَّهُمَّ سَلِّمْ سَلِّمْ وَفِي جَهَنَّمَ كَلَالِيبُ مِثْلُ شَوْكِ السَّعْدَانِ هَلْ رَأَيْتُمْ شَوْكَ السَّعْدَانِ قَالُوا نَعَمْ قَالَ فَإِنَّهَا مِثْلُ شَوْكِ السَّعْدَانِ غَيْرَ أَنَّهُ لَا يَعْلَمُ قَدْرَ عِظَمِهَا إِلَّا اللَّهُ تَخْطَفُ النَّاسَ بِأَعْمَالِهِمْ فَمِنْهُمْ مَنْ يُوبَقُ بِعَمَلِهِ وَمِنْهُمْ مَنْ يُخَرْدَلُ ثُمَّ يَنْجُو حَتَّى إِذَا أَرَادَ اللَّهُ رَحْمَةَ مَنْ أَرَادَ مِنْ أَهْلِ النَّارِ أَمَرَ اللَّهُ الْمَلَائِكَةَ أَنْ يُخْرِجُوا مَنْ كَانَ يَعْبُدُ اللَّهَ فَيُخْرِجُونَهُمْ وَيَعْرِفُونَهُمْ بِآثَارِ السُّجُودِ وَحَرَّمَ اللَّهُ عَلَى النَّارِ أَنْ تَأْكُلَ أَثَرَ السُّجُودِ فَيَخْرُجُونَ مِنْ النَّارِ فَكُلُّ ابْنِ آدَمَ تَأْكُلُهُ النَّارُ إِلَّا أَثَرَ السُّجُودِ فَيَخْرُجُونَ مِنْ النَّارِ قَدْ امْتَحَشُوا فَيُصَبُّ عَلَيْهِمْ مَاءُ الْحَيَاةِ فَيَنْبُتُونَ كَمَا تَنْبُتُ الْحِبَّةُ فِي حَمِيلِ السَّيْلِ ثُمَّ يَفْرُغُ اللَّهُ مِنْ الْقَضَاءِ بَيْنَ الْعِبَادِ وَيَبْقَى رَجُلٌ بَيْنَ الْجَنَّةِ وَالنَّارِ وَهُوَ آخِرُ أَهْلِ النَّارِ دُخُولًا الْجَنَّةَ مُقْبِلٌ بِوَجْهِهِ قِبَلَ النَّارِ فَيَقُولُ يَا رَبِّ اصْرِفْ وَجْهِي عَنْ النَّارِ قَدْ قَشَبَنِي رِيحُهَا وَأَحْرَقَنِي ذَكَاؤُهَا فَيَقُولُ هَلْ عَسَيْتَ إِنْ فُعِلَ ذَلِكَ بِكَ أَنْ تَسْأَلَ غَيْرَ ذَلِكَ فَيَقُولُ لَا وَعِزَّتِكَ فَيُعْطِي اللَّهَ مَا يَشَاءُ مِنْ عَهْدٍ وَمِيثَاقٍ فَيَصْرِفُ اللَّهُ وَجْهَهُ عَنْ النَّارِ فَإِذَا أَقْبَلَ بِهِ عَلَى الْجَنَّةِ رَأَى بَهْجَتَهَا سَكَتَ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَسْكُتَ ثُمَّ قَالَ يَا رَبِّ قَدِّمْنِي عِنْدَ بَابِ الْجَنَّةِ فَيَقُولُ اللَّهُ لَهُ أَلَيْسَ قَدْ أَعْطَيْتَ الْعُهُودَ وَالْمِيثَاقَ أَنْ لَا تَسْأَلَ غَيْرَ الَّذِي كُنْتَ سَأَلْتَ فَيَقُولُ يَا رَبِّ لَا أَكُونُ أَشْقَى خَلْقِكَ فَيَقُولُ فَمَا عَسَيْتَ إِنْ أُعْطِيتَ ذَلِكَ أَنْ لَا تَسْأَلَ غَيْرَهُ فَيَقُولُ لَا وَعِزَّتِكَ لَا أَسْأَلُ غَيْرَ ذَلِكَ فَيُعْطِي رَبَّهُ مَا شَاءَ مِنْ عَهْدٍ وَمِيثَاقٍ فَيُقَدِّمُهُ إِلَى بَابِ الْجَنَّةِ فَإِذَا بَلَغَ بَابَهَا فَرَأَى زَهْرَتَهَا وَمَا فِيهَا مِنْ النَّضْرَةِ وَالسُّرُورِ فَيَسْكُتُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَسْكُتَ فَيَقُولُ يَا رَبِّ أَدْخِلْنِي الْجَنَّةَ فَيَقُولُ اللَّهُ وَيْحَكَ يَا ابْنَ آدَمَ مَا أَغْدَرَكَ أَلَيْسَ قَدْ أَعْطَيْتَ الْعُهُودَ وَالْمِيثَاقَ أَنْ لَا تَسْأَلَ غَيْرَ الَّذِي أُعْطِيتَ فَيَقُولُ يَا رَبِّ لَا تَجْعَلْنِي أَشْقَى خَلْقِكَ فَيَضْحَكُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ مِنْهُ ثُمَّ يَأْذَنُ لَهُ فِي دُخُولِ الْجَنَّةِ فَيَقُولُ تَمَنَّ فَيَتَمَنَّى حَتَّى إِذَا انْقَطَعَ أُمْنِيَّتُهُ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ مِنْ كَذَا وَكَذَا أَقْبَلَ يُذَكِّرُهُ رَبُّهُ حَتَّى إِذَا انْتَهَتْ بِهِ الْأَمَانِيُّ قَالَ اللَّهُ تَعَالَى لَكَ ذَلِكَ وَمِثْلُهُ مَعَهُ
قَالَ أَبُو سَعِيدٍ الْخُدْرِيُّ لِأَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ قَالَ اللَّهُ لَكَ ذَلِكَ وَعَشَرَةُ أَمْثَالِهِ قَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ لَمْ أَحْفَظْ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَّا قَوْلَهُ لَكَ ذَلِكَ وَمِثْلُهُ مَعَهُ قَالَ أَبُو سَعِيدٍ إِنِّي سَمِعْتُهُ يَقُولُ ذَلِكَ لَكَ وَعَشَرَةُ أَمْثَالِهِ

Telah menceritakan kepada kami Abu Al Yaman berkata, telah mengabarkan kepada kami Syu'aib dari Az Zuhri berkata, telah mengabarkan kepadaku Sa'id bin Al Musayyab dan 'Atha' bin Yazid Al Laitsi bahwa Abu Hurairah mengabarkan kepada keduanya, bahwa orang-orang berkata, "Wahai Rasulullah, apakah kita akan melihat Rabb kita pada hari kiamat nanti?" Beliau menjawab: "Apakah kalian dapat membantah (bahwa kalian dapat melihat) bulan pada malam purnama, bila tidak ada awan yang menghalanginya?"
Mereka menjawab, "Tidak, wahai Rasulullah."
Beliau bertanya lagi: "Apakah kalian dapat membantah (bahwa kalian dapat melihat) matahari, bila tidak ada awan yang menghalanginya?"
Mereka menjawab, "Tidak." 
Beliau lantas bersabda: "Sungguh kalian akan dapat melihat-Nya seperti itu juga. Manusia akan dikumpulkan pada hari kiamat, lalu Allah Subhaanahu Wa Ta'ala berfirman: 'Barangsiapa menyembah sesuatu, maka ia akan ikut dengannya.' 
Maka di antara mereka ada yang mengikuti matahari, di antara mereka ada yang mengikuti bulan dan di antara mereka ada pula yang mengikuti thaghut-thaghut. Maka tinggallah ummat ini, yang diantaranya ada para munafiknya. 
Maka Allah mendatangi mereka dan lalu berfirman: 'Aku adalah Rabb kalian.' Mereka berkata, 'Inilah tempat kedudukan kami hingga datang Rabb kami. Apabila Rabb kami telah datang pasti kami mengenalnya.'
Maka Allah mendatangi mereka seraya berfirman: 'Akulah Rabb kalian.' Allah kemudian memanggil mereka, lalu dibentangkanlah Ash Shirath di atas neraka Jahannam. Dan akulah orang yang pertama berhasil melewatinya di antara para Rasul bersama ummatnya. Pada hari itu tidak ada seorangpun yang dapat berbicara kecuali para Rasul, dan ucapan para Rasul adalah: 'Ya Allah selamatkanlah, selamatkanlah.' Dan di dalam Jahannam ada besi yang ujungnya bengkok seperti duri Sa'dan (tumbuhan yang berduri tajam). Pernahkah kalian melihat duri Sa'dan?" 
Mereka menjawab: "Ya, pernah." 
Beliau melanjutkan: "Sungguh dia seperti duri Sa'dan, hanya saja tidak ada yang mengetahui ukuran besarnya duri tersebut kecuali Allah. Duri tersebut akan menusuk-nusuk manusia berdasarkan amal amal mereka. Di antara mereka ada yang dikoyak-koyak hingga binasa disebabkan amalnya, ada pula yang dipotong-potong kemudian selamat melewatinya. Hingga apabila Allah berkehendak memberikan rahmat-Nya bagi siapa yang dikehendaki-Nya dari penghuni neraka, maka Allah memerintahkan Malaikat untuk mengeluarkan siapa saja yang pernah menyembah Allah. Maka para Malikat mengeluarkan mereka, yang mereka dikenal berdasarkan tanda bekas-bekas sujud (atsarus sujud). 
Dan Allah telah mengharamkan kepada neraka untuk memakan (membakar) atsarus sujud, lalu keluarlah mereka dari neraka.
Setiap anak keturunan Adam akan dibakar oleh neraka kecuali mereka yang memiliki atsarus sujud. Maka mereka keluar dalam keadaan sudah hangus terbakar (gosong), lalu mereka disiram dengan air kehidupan kemudian jadilah mereka tumbuh seperti tumbuhnya benih di tepian aliran sungai. 
Setelah itu selesailah Allah memutuskan perkara di antara hamba-hambaNya. Dan yang tinggal hanyalah seorang yang berada antara surga dan neraka, dan dia adalah orang terakhir yang memasuki surga di antara penghuni neraka yang berhak memasukinya, dia sedang menghadapkan wajahnya ke neraka seraya berkata, 'Ya Rabb, palingkanlah wajahku dari neraka! Sungguh anginnya neraka telah meracuni aku dan baranya telah memanggang aku.' 
Lalu Allah berfirman: 'Apakah seandainya kamu diberi kesempatan kali yang lain kamu tidak akan meminta yang lain lagi? ' 
Orang itu menjawab: 'Tidak, demi kemuliaan-Mu, ya Allah! ' Maka Allah memberikan kepadanya janji dan ikatan perjanjian sesuai apa yang dikehendati orang tersebut. 
Kemudian Allah memalingkan wajah orang tersebut dari neraka. Maka ketika wajahnya dihadapkan kepada surga, dia melihat taman-taman dan keindahan surga lalu terdiam dengan tertegun sesuai apa yang Allah kehendaki. 
Kemudian orang itu berkata, 'Ya Rabb, dekatkan aku ke pintu surga! ' Allah Azza Wa Jalla berfirman: 'Bukankah kamu telah berjanji dan mengikat perjanjian untuk tidak meminta sesuatu setelah permintaan kamu sebelumnya?" 
Orang itu menjawab, 'Ya Rabb, aku tidak mau menjadi ciptaanM-u yang paling celaka.' Allah kembali bertanya: 'Apakah kamu bila telah diberikan permintaanmu sekarang ini, nantinya kamu tidak akan meminta yang lain lagi?" 
Orang itu menjawab, 'Tidak, demi kemuliaan-Mu. Aku tidak akan meminta yang lain setelah ini.' Maka Rabbnya memberikan kepadanya janji dan ikatan sesuai apa yang dikehendaki orang tersebut. Lalu orang tersebut didekatkan ke pintu surga. Maka manakala orang itu sudah sampai di pintu surga, dia melihat keindahan surga dan taman-taman yang hijau serta kegembiraan yang terdapat didalamnya, orang itu terdiam dengan tertegun sesuai apa yang Allah kehendaki. 
Kemudian orang itu berkata, 'Ya Rabb, masukkanlah aku ke surga! ' Allah berfirman: 'Celakalah kamu dari sikap kamu yang tidak menepati janji. Bukankah kamu telah berjanji dan mengikat perjanjian untuk tidak meminta sesuatu setelah kamu diberikan apa yang kamu pinta?" 
Orang itu berkata, 'Ya Rabb, janganlah Engkau menjadikan aku ciptaan-Mu yang paling celaka.' 
Maka Allah Azza Wa Jalla tertawa mendengarnya. Lalu Allah mengizinkan orang itu memasuki surga. Setelah itu Allah Azza Wa Jalla berfirman: 'Bayangkanlah! ' Lalu orang itu membayangkan hingga setelah selesai apa yang ia bayangkan, Allah berfirman kepadanya: 'Dari sini.' Dan demikianlah Rabbnya mengingatkan orang tersebut hingga manakala orang tersebut selesai membayangkan, Allah berfirman lagi: "Ini semua untuk kamu dan yang serupa dengannya." 
Abu Sa'id Al Khudri berkata kepada Abu Hurairah, "Sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Allah berfirman: 'Ini semua untukmu dan sepuluh macam yang serupa dengannya.' Abu Hurairah berkata, "Aku tidak mengingat dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kecuali sabdanya: "Ini semua untuk kamu dan yang serupa dengannya." 
Abu Sa'id Al Khudri berkata, "Sungguh aku mendengar Beliau menyebutkan: 'Ini semua untukmu dan sepuluh macam yang serupa dengannya'."
(HR. Bukhari: 764)

Orang Yang Sombong Tidak Akan Masuk Surga



Peringatan bagi kita agar tidak berlaku sombong

و حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى وَمُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ وَإِبْرَاهِيمُ بْنُ دِينَارٍ جَمِيعًا عَنْ يَحْيَى بْنِ حَمَّادٍ قَالَ ابْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنِي يَحْيَى بْنُ حَمَّادٍ أَخْبَرَنَا شُعْبَةُ عَنْ أَبَانَ بْنِ تَغْلِبَ عَنْ فُضَيْلٍ الْفُقَيْمِيِّ عَنْ إِبْرَاهِيمَ النَّخَعِيِّ عَنْ عَلْقَمَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ قَالَ رَجُلٌ إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ حَسَنًا وَنَعْلُهُ حَسَنَةً قَالَ إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ


Dan telah menceritakan kepada kami Muhammad bin al-Mutsanna dan Muhammad bin Basysyar serta Ibrahim bin Dinar semuanya dari Yahya bin Hammad, Ibnu al-Mutsanna berkata, telah menceritakan kepada kami Yahya bin Hammad telah mengabarkan kepada kami Syu'bah dari Aban bin Taghlib dari Fudlail al-Fuqaimi dari Ibrahim an-Nakha'i dari Alqamah dari Abdullah bin Mas'ud dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat seberat biji sawi dari kesombongan." Seorang laki-laki bertanya, "Sesungguhnya laki-laki menyukai baju dan sandalnya bagus (apakah ini termasuk kesombongan)?" Beliau menjawab: "Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan. Kesombongan itu adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia."
(HR. Muslim: 131)

Takutlah Akan Suatu Hari Yang Tidak Seorangpun Bisa Menolong Orang Lain

tolong menolong


Wahai saudaraku, Takutlah akan datangnya kematian karena tidak seorangpun mengetahui kapan dirinya akan mati, dimana dia akan mati, dan kdalam keadaan bagaimana dia akan mati

Tidak ada seorangpun yang bisa memberikan tambahan umur, tidak ada seorangpun yang bisa menghidupkan kembali orang yang sudah mati, begitu juga tidak seorangpun yang bisa menolong orang lain di hari pembalasan

Firman Allah Swt.:

{لَيْسَ لَهَا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلِيٌّ وَلا شَفِيعٌ}

Tidak akan ada baginya pelindung, tidak (pula) pemberi syafaat. (Al-An'am: 70)
Maksudnya, tidak ada kaum kerabat dan tidak ada seorang pun yang dapat memberikan syafaat (pertolongan) pada hari pembalasan itu. 

Perihalnya sama dengan makna firman-Nya yang lain, yaitu:

{مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ يَوْمٌ لَا بَيْعٌ فِيهِ وَلا خُلَّةٌ وَلا شَفَاعَةٌ وَالْكَافِرُونَ هُمُ الظَّالِمُونَ}

sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli, tidak ada lagi persahabatan yang akrab, dan tidak ada lagi syafaat. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim. (Al-Baqarah: 254)

Maksud firman Allah Swt.:

{وَإِنْ تَعْدِلْ كُلَّ عَدْلٍ لَا يُؤْخَذْ مِنْهَا}
Dan jika ia menebus dengan segala macam tebusan tidak akan diterima darinya. (Al-An'am: 70)
Yakni sekalipun dia menyerahkan semua tebusan, niscaya tidak akan diterima darinya. Ayat ini semakna dengan firman-Nya:
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَمَاتُوا وَهُمْ كُفَّارٌ فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْ أَحَدِهِمْ مِلْءُ الأرْضِ ذَهَبًا
Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan mati sedang mereka tetap dalam kekafirannya, maka tidaklah akan diterima dari seseorang di antara mereka emas sepenuh bumi. (Ali Imran: 91), hingga akhir ayat.

Demikian pula dalam surat ini:

{أُولَئِكَ الَّذِينَ أُبْسِلُوا بِمَا كَسَبُوا لَهُمْ شَرَابٌ مِنْ حَمِيمٍ وَعَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْفُرُونَ}

Mereka itulah orang-orang yang dijerumuskan ke dalam neraka disebabkan perbuatan mereka sendiri. Bagi mereka (disediakan) minuman dari air yang sedang mendidih dan azab yang pedih disebabkan kekafiran mereka sendiri. (Al-An'am: 70)

Kumpulan Hadits Yang Menerangkan Bebagai Kejadian Sebelum Kiamat



لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَتَقَارَبَ الزَّمَانُ فَتَكُونَ السَّنَةُ كَالشَّهْرِ، وَيَكُونَ الشَّهْرُ كَالْجُمُعَةِ، وَتَكُونَ الْجُمُعَةُ كَالْيَوْمِ، وَيَكُونَ الْيَوْمُ كَالسَّاعَةِ، وَتَكُونَ السَّاعَةُ كَاحْتِرَاقِ السَّعَفَةِ.

Artinya, “Tidak akan tiba hari Kiamat hingga zaman berdekatan, setahun bagaikan sebulan, sebulan bagaikan sepekan, sepekan bagaikan sehari, sehari bagaikan sejam dan sejam bagaikan terbakarnya pelepah pohon kurma.”

Nabi yang mulia shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَكْثُرَ الزَّلاَزِلُ
Tidak akan tiba hari Kiamat hingga banyak terjadi gempa bumi.” 
(HR. At-Tirmidzi)

Dan sangat boleh jadi bahwa tanda-tanda besar Kiamat pun tidak lama lagi akan segera bermunculan? Dimana Nabi yang mulia shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

الآيات خرزات منظومات في سلك، فإن يقطع السلك فيتبع بعضها بعضا

Tanda-tanda besar kiamat itu bagaikan butiran mutiara yang tersusun dalam seutas tali, jika tali itu diputus maka sebagiannya akan mengikuti sebagian yang lain.” 
(Hadits Shahih riwayat Al-Hakim, dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu)

لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَأْخُذَ اللهُ شَرِيطَتَهُ مِنْ أَهْلِ اْلأَرْضِ فَيَبْقَى فِيهَا عَجَاجَةٌ لاَ يَعْرِفُونَ مَعْرُوفًا وَلاَ يُنْكِرُونَ مُنْكَرًا.

Tidak akan tiba hari Kiamat hingga Allah mengambil orang-orang baik dari penduduk bumi, sehingga yang tersisa hanyalah orang-orang yang jelek, mereka tidak mengetahui yang baik dan tidak mengingkari yang munkar.’”

بَيْنَ يَدَيِ السَّاعَةِ تَسْلِيمَ الْخَاصَّةِ، وَفُشُوَّ التِّجَارَةِ، حَتَّى تُشَارِكَ الْمَرْأَةُ زَوْجَهَا عَلَى التِّجَارَةِ.
Menjelang tibanya hari Kiamat, salam hanya diucapkan kepada orang-orang tertentu, dan banyaknya perdagangan hingga seorang wanita membantu suaminya dalam berdagang.

إِنَّهَا سَتَأْتِي عَلَى النَّاسِ سِنُونَ خَدَّاعَةٌ، يُصَدَّقُ فِيهَا الْكَاذِبُ، وَيُكَذَّبُ فِيهَا الصَّادِقُ، وَيُؤْتَمَنُ فِيهَا الْخَائِنُ، وَيُخَوَّنُ فِيهَا اْلأَمِينُ، وَيَنْطِقُ فِيهَا الرُّوَيْبِضَةُ، قِيلَ: وَمَـا الرُّوَيْبِضَةُ؟ قَالَ: السَّفِيهُ يَتَكَلَّمُ فِي أَمْرِ الْعَامَّةِ.
Sesungguhnya akan datang pada manusia tahun-tahun yang penuh dengan tipuan, seorang pembohong dibenarkan dan seorang yang jujur dianggap berbohong, seorang pengkhianat dipercaya dan seseorang yang dipercaya dianggap khianat, dan saat itu Ruwaibidhah akan berbicara.” 
Ditanyakan kepada beliau, “Siapakah Ruwaibidhah itu?” 
Beliau menjawab, “Ia adalah orang bodoh yang berbicara tentang urusan orang banyak (umat).”

مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ: أَنْ يَغْلِبَ عَلَى الدُّنْيَا لُكَعُ ابْنُ لُكَعٍ فَخَيْرُ النَّاسِ يَوْمَئِذٍ مُؤْمِنٌ بَيْنَ كَرِيْمَيْنِ.
Di antara tanda-tanda Kiamat adalah orang-orang bodoh menguasai dunia, maka manusia yang paling baik ketika itu adalah seorang mukmin di antara dua orang mulia.

وَلَكِنْ سَأُحَدِّثُكَ عَنْ أَشْـرَاطِهَا… وَإِذَا كَانَتِ الْعُرُاةُ الْحُفَاةُ رُؤُوْسَ النَّاسِ، فَذَاكَ مِنْ أَشْرَاطِهَا.
Akan tetapi akan aku kabarkan kepadamu tanda-tandanya… yaitu jika orang yang telanjang tanpa alas kaki menjadi pemimpin manusia, maka itulah di antara tanda-tandanya.

إِذَا أُسْنِدَ اْلأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ.
Jika suatu urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah Kiamat.

مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ… أَنْ يَعْلُوَ التُّحُوْتُ الْوَعُوْلَ، أَكَذَلِكَ يَا عَبْدَ اللهِ بْـنِ مَسْعُوْدٍ سَمِعْتَهُ مِنْ نَبِيٍّ؟ قَالَ: نَعَمْ، وَرَبِّ الْكَعْبَةِ. قُلْنَـا: وَمَا التُّحُوْتُ؟ قَالَ: فُسُـوْلُ الرِّجَالِ، وَأَهْلُ الْبَيْتِ الْغَامِضَةِ يُرْفَعُوْنَ فَوْقَ صَالِحِيْهِمْ. وَالْوَعُوْلُ: أَهْلُ الْبَيْتِ الصَّالِحَة.ُ
Di antara tanda-tanda Kiamat… at-Tuhuut ada di atas al-Wa-’uul”, apakah demikian kamu mendengarnya diri Nabi wahai ‘Abdullah bin Mas’ud?” 
Beliau menjawab, “Betul, demi Rabb Ka’bah,” kami bertanya, “Apakah at-Tuhuut itu?” Beliau menjawab, “Mereka adalah orang-orang hina, dan orang dusun yang diangkat di atas orang-orang shalih, sementara al-Wa’uul adalah penghuni rumah yang shalih.

لاَ تَذْهَبُ الدُّنْيَا حَتَّى تَصِيرَ لِلُكَعِ ابْنِ لُكَعٍ.
Tidak akan lenyap dunia sehingga orang-orang pandir menguasainya.

Maknanya adalah sehingga kenikmatan, kelezatan, dan kehormatan mengarah kepadanya.

Dan dalam riwayat Imam Ahmad dari Hudzaifah Ibnul Yaman Radhiyallahu anhu, bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَكُونَ أَسْعَدَ النَّاسِ بِالدُّنْيَا لُكَعُ ابْنُ لُكَعٍ.
Tidak akan datang hari Kiamat hingga manusia yang paling berbahagia dengan dunia adalah orang-orang pandir.

حَتَّى يُقَالَ لِلرَّجُلِ: مَا أَجْلَدَهُ! مَا أَظْرَفَهُ! مَا أَعْقَلَهُ! وَمَا فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ مِنْ إِيْمَانٍ
Sehingga dikatakan kepada seseorang, ‘Sungguh kuat! Sungguh cerdas! Dan sungguh cerdik!’ Sementara tidak ada keimanan seberat biji sawi pun.

إِنَّ مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ أَنْ يُسَلِّمَ الرَّجُلُ عَلَى الرَّجُلِ لاَ يُسَلِّمُ عَلَيْهِ إِلاَّ لِلْمَعْرِفَةِ.
Sesungguhnya di antara tanda-tanda Kiamat adalah seseorang mengucap-kan salam kepada yang lainnya, dia mengucapkan salam kepadanya hanya dengan sebab kenal.

وَاللهِ مَا الْفَقْرَ أَخْشَى عَلَيْكُمْ، وَلَكِنِّي أَخْشَى عَلَيْكُمْ أَنْ تُبْسَطَ عَلَيْكُمُ الدُّنْيَا كَمَا بُسِطَتْ عَلَـى مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ فَتَنَافَسُوهَا كَمَا تَنَافَسُوهَا وَتُهْلِكَكُمْ كَمَا أَهْلَكَتْهُمْ.
Demi Allah, bukanlah kefakiran yang lebih aku takutkan menimpa kalian, akan tetapi yang aku takutkan atas kalian jika dunia dibentangkan kepada kalian sebagaimana telah dibentangkan kepada orang-orang sebelum kalian, sehingga kalian berlomba-lomba sebagaimana mereka berlomba-lomba, dan (dunia) menghancurkan kalian sebagaimana (dunia) telah menghancurkan mereka.

لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَكْثُرَ الزَّلاَزِلُ.
Tidak akan tiba hari Kiamat hingga banyak terjadi gempa bumi.’

Diriwayatkan dari Salamah bin Nufail as-Sakuni Radhiyallahu anhu, beliau berkata:

كُنَّا جُلُوسًا عِنْدَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. (وَذَكَرَ الْحَدِيْثَ وَفِيْهِ) وَبَيْنَ يَدَيِ السَّاعَةِ مُوتَانٌ شَدِيدٌ وَبَعْدَهُ سَنَوَاتُ الزَّلاَزِلِ.
Kami pernah duduk-duduk bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam… (lalu beliau menuturkan haditsnya) dan sebelum Kiamat ada dua kematian yang sangat dahsyat, dan setelahnya terjadi tahun-tahun yang dipenuhi dengan gempa bumi.

Ibnu Hajar rahimahullah berkata, “Telah terjadi banyak gempa di negeri-negeri bagian utara, timur, dan barat. Namun yang jelas bahwa yang dimaksud dengan banyaknya gempa adalah cakupannya yang menyeluruh dan terjadi secara terus-menerus.

Hal ini diperkuat dengan riwayat dari ‘Abdullah bin Hawalah Radhiyallahu anhu, beliau berkata:

وَضَعَ رَسُـوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدَيْ عَلَى رَأْسِي -أَوْ عَلىَ هَامَتِي- فَقَالَ: يَا ابْـنَ حَوَالَةَ! إِذَا رَأَيْتَ الْخِلاَفَةَ قَدْ نَزَلَتِ الأَرْضَ الْمُقَدَّسَةَ، فَقَدْ دَنَتِ الزَّلاَزِلُ وَالْبَلاَيَـا وَاْلأُمُورُ الْعِظَامُ، وَالسَّاعَةُ يَوْمَئِذٍ أَقْرَبُ إِلَى النَّاسِ مِنْ يَدَيَّ هَذِهِ مِنْ رَأْسِكَ.
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam meletakkan kedua tangannya di atas kepalaku, lalu beliau berkata, ‘Wahai Ibnu Hawalah! Jika engkau melihat kekhilafahan telah turun di atas bumi-bumi yang disucikan, maka telah dekatlah gempa, bencana dan masalah-masalah besar, dan hari Kiamat saat itu lebih dekat kepada manusia daripada dekatnya kedua tanganku ini dari kepalamu.’

لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَظْهَرَ الْفَحْشُ وَالتَّفَاحُشُ وَقَطِيعَةُ الرَّحِمِ وَسُوءُ الْمُجَاوَرَةِ.
Tidak akan tiba hari Kiamat hingga banyak perbuatan dan perkataan keji, pemutusan silaturahmi, dan jeleknya hubungan bertetangga.

Ath-Thabrani meriwayatkan dalam al-Ausath dari Anas Radhiyallahu anhu, beliau berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ: اَلْفَحْشُ وَالتَّفَحُّشُ وَقَطِيْعَةُ الرَّحْمِ.
Di antara tanda-tanda Kiamat adalah perbuatan dan perkataan yang keji (kotor), serta pemutusan silaturahmi.

يَكُونُ قَوْمٌ يَخْضِبُونَ فِي آخِرِ الزَّمَانِ بِالسَّوَادِ، كَحَوَاصِلِ الْحَمَامِ، لاَ يَرِيْحُونَ رَائِحَةَ الْجَنَّةِ.
Akan ada di akhir zaman satu kaum yang menyemir rambut mereka dengan warna hitam bagaikan dada burung merpati, mereka tidak akan pernah mencium harumnya Surga

أُتِيَ بِأَبِي قُحَافَةَ يَوْمَ فَتْحِ مَكَّةَ وَرَأْسُهُ وَلِحْيَتُهُ كَالثَّغَامَةِ بَيَاضًا، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : غَيِّرُوا هَذَا بِشَيْءٍ وَاجْتَنِبُوا السَّوَادَ.
“Abu Quhafah didatangkan pada hari penaklukan Makkah dengan rambut dan jenggot yang berwarna putih seperti pohon ats-tsaghamah[4], lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Ubahlah (uban) ini dengan sesuatu dan jauhilah warna hitam!

مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ أَنْ يَظْهَرَ الشُّحُّ.
Di antara tanda-tanda Kiamat adalah tersebarnya kekikiran.

Diriwayatkan dari beliau pula, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
يَتَقَارَبُ الزَّمَانُ وَيَنْقُصُ الْعَمَلُ وَيُلْقَى الشُّحُّ.
Zaman saling berdekatan, amal berkurang dan kekikiran dilemparkan (ke dalam hati).


Diriwayatkan dari Mu’awiyah Radhiyallahu anhu, dia berkata, “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لاَ يَزْدَادُ اْلأَمْرُ إِلاَّ شِدَّةً، وَلاَ يَزْدَادُ النَّـاسُ إِلاَّ شُحًّا.
Segala urusan tidak akan bertambah kecuali semakin sulit, dan manusia tidak akan bertambah kecuali semakin kikir.

Kikir adalah akhlak tercela yang dilarang oleh Islam. Islam menjelaskan bahwa siapa saja yang dijaga dari kekikiran jiwanya, maka sungguh ia telah sukses dan beruntung, sebagaimana difirmankan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“… Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” 
[Al-Hasyr: 9 dan ath-Thaghaabun:

Diriwayatkan dari Jabir bin ‘Abdillah Radhiyallahu anhuma, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

اتَّقُوا الظُّلْمَ، فَإِنَّ الظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَاتَّقُوا الشُّحَّ، فَإِنَّ الشُّحَّ أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ، حَمَلَهُمْ عَلَى أَنْ سَفَكُوا دِمَاءَهُمْ، وَاسْتَحَلُّوا مَحَارِمَهُمْ
Jagalah diri kalian dari kezhaliman, karena kezhaliman adalah kegelapan pada hari Kiamat, dan jagalah diri kalian dari kekikiran, karena kekikiran telah menghancurkan orang-orang sebelum kalian, kekikiran itulah yang telah mendorong mereka untuk saling menumpahkan darah dan menghalalkan apa-apa yang diharamkan bagi mereka.

مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ ثَلاَثًا: إِحْدَاهُنَّ: أَنْ يَلْتَمِسَ الْعِلْمَ عِنْدَ اْلأَصَاغِرِ

Ada tiga hal yang termasuk tanda-tanda Kiamat, salah satunya: ilmu diambil dari orang-orang kecil (bodoh).

سَيَكُونُ فِي آخِرِ أُمَّتِي رِجَالٌ يَرْكَبُونَ عَلَـى سُرُوجٍ كَأَشْبَاهِ الرِّحَالِ يَنْزِلُونَ عَلَـى أَبْوَابِ الْمَسَاجِدِ نِسَاؤُهُمْ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ عَلَـى رُءُوسِهِمْ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْعِجَافِ، اِلْعَنُوهُنَّ فَإِنَّهُنَّ مَلْعُونَاتٌ لَوْ كَانَتْ وَرَاءَكُمْ أُمَّةٌ مِنَ الأُمَمِ لَخَدَمْنَ نِسَاؤُكُمْ نِسَاءَهُمْ كَمَا يَخْدِمْنَكُمْ نِسَاءُ اْلأُمَمِ قَبْلَكُمْ
Pada akhir umatku akan ada kaum pria yang menunggang di atas pelana-pelana kuda bagaikan rumah-rumah. Mereka turun di pintu-pintu masjid, wanita-wanita mereka berpakaian tetapi telanjang, kepala mereka bagaikan punuk unta yang kurus . Laknatlah mereka karena sesungguhnya mereka adalah wanita-wanita terlaknat. Seandainya setelah kalian ada salah satu umat, niscaya wanita-wanita kalian akan menjadi pembantu bagi wanita-wanita mereka sebagaimana wanita-wanita sebelum kalian menjadi pembantu bagi wanita-wanita kalian.” 
[HR. Imam Ahmad]

Sementara dalam riwayat al-Hakim:

سَيَكُونُ فِي آخِرِ أُمَّتِي رِجَالٌ يَرْكَبُونَ عَلَى الْمَيَاثِرِ حَتَّى يَأْتُوْا أَبْوَابَ مَسَاجِدَهُمْ، نِسَاؤُهُنَّ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ
Akan ada di akhir umatku, kaum pria yang menunggangi pelana-pelana besar (kendaraan) sehingga mereka datang ke pintu masjid, sedangkan wanita-wanita mereka berpakaian tetapi telanjang.

Dan diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا: قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَـرِ، يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ، وَنِسَـاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَـاتٌ مُمِيْلاَتٌ مَائِلاَتٌ رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لاَ يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ رِيْحَهَا وَإِنَّ رِيْحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا

Ada dua kelompok manusia penghuni Neraka yang belum pernah aku lihat: kaum laki-laki yang membawa cambuk seperti buntut sapi mereka memukul manusia dengannya, dan kaum wanita yang berpakaian tetapi telanjang, selalu melakukan kemaksiatan dan mengajarkan kemaksiatannya kepada orang lain,[5] kepala-kepala mereka bagaikan punuk unta [6] yang miring, mereka tidak akan masuk ke dalam Surga dan tidak akan mendapatkan wanginya, padahal wangi Surga itu tercium dari jarak sekian dan sekian.

Dan diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, beliau berkata:

إِنَّ مِنْ أَشْـرَاطِ السَّاعَةِ… أَنْ تَظْهَـرَ ثِيَابٌ تَلْبَسُهَا نِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ
Sesungguhnya di antara tanda-tanda Kiamat… maraknya pakaian-pakaian yang dipakai oleh kaum wanita, mereka berpakaian tetapi telanjang.”


إِذَا اقْتَـرَبَ الزَّمَانُ لَمْ تَكَدْ رُؤْيَا الْمُسْلِمِ تَكْذِبُ، وَأَصْدَقُكُـمْ رُؤْيَا أَصْدَقُكُمْ حَدِيثًا، وَرُؤْيَا الْمُسْلِمِ جُـزْءٌ مِنْ خَمْسٍ وَأَرْبَعِينَ جُزْءًا مِنَ النُّبُوَّةِ
Jika Kiamat sudah dekat, maka hampir-hampir mimpi seorang muslim tidak dusta. Mimpi kalian yang paling benar adalah yang paling benar pembicaraannya. Dan mimpi seorang muslim adalah satu bagian dari empat puluh lima bagian kenabian.’”

بَدَأَ اْلإسْلاَمُ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ كَمَا بَدَأَ غَرِيبًا
Islam datang dalam keadaan asing, lalu dia akan kembali asing sebagaimana awal kedatangannya
[HR. Muslim]

إِنَّ مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ… أَنْ يَكْثُرَ التُّجَّارُ وَيَظْهَرَ الْعِلْمُ
Sesungguhnya di antara tanda-tanda Kiamat… ‘ banyaknya para peda-gang dan merebaknya ilmu.

إِنَّ مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ أَنْ يَمُرَّ الرَّجُلُ بِالْمَسْجِدِ، لاَ يُصَلِّي فِيْهِ رَكْعَتَيْنِ
Sesungguhnya di antara tanda-tanda Kiamat adalah seseorang melintas di dalam masjid, dia tidak melakukan shalat dua raka’at di dalamnya.

إِنَّ مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ أَنْ تُتَّخَذَ الْمَسَاجِدُ طُرُقًا
Sesungguhnya di antara tanda-tanda Kiamat adalah masjid-masjid dijadikan sebagai jalan-jalan.

مِنِ اقْتِرَابِ السَّاعَةِ انْتِفَاخُ اْلأَهِلَّةِ، وَأَنْ يُـرَى الْهِلاَلُ لِلَّيْلَةِ، فَيُقَالُ: لِلَّيْلَتَيْنِ
Di antara tanda telah dekatnya Kiamat adalah membesarnya bulan sabit. Bulan sabit (yang sebelumnya) dilihat untuk satu malam, lalu dikatakan ‘untuk dua malam.

سَيَكُونُ فِـي آخِرِ أُمَّتِـي أُنَاسٌ يُحَدِّثُونَكُمْ مَا لَمْ تَسْمَعُوا أَنْتُمْ وَلاَ آبَاؤُكُمْ فَإِيَّاكُمْ وَإِيَّاهُمْ
Akan ada sekelompok manusia di akhir umatku yang akan berbicara kepada kalian dengan sesuatu yang tidak pernah kalian dengar sebelumnya tidak pula oleh bapak-bapak kalian, maka berhati-hatilah kalian dan hindarilah mereka (agar tidak menimpakan fitnah kepada kalian).

Dalam satu riwayat:

يَكُونُ فِي آخِرِ الزَّمَانِ دَجَّالُونَ كَذَّابُونَ يَأْتُونَكُمْ مِنَ اْلأَحَادِيثِ بِمَا لَمْ تَسْمَعُوا أَنْتُمْ وَلاَ آبَاؤُكُمْ فَإِيَّاكُمْ وَإِيَّاهُمْ لاَ يُضِلُّونَكُمْ وَلاَ يَفْتِنُونَكُمْ
Pada akhir zaman akan ada para pembohong yang membawa berita kepada kalian dengan sesuatu yang tidak pernah kalian dengar, tidak juga pernah didengar oleh bapak-bapak kalian, maka hati-hatilah kalian dan hindarilah mereka agar tidak menyesatkan kalian juga tidak mendatangkan fitnah kepada kalian.

Muslim rahimahullah meriwayatkan dari ‘Amir bin ‘Abdah, dia berkata, “‘Abdullah berkata:

إِنَّ الشَّيْطَانَ لِيَتَمَثَّلُ فِي صُورَةِ الرَّجُلِ فَيَأْتِي الْقَوْمَ فَيُحَدِّثُهُمْ بِالْحَدِيثِ مِنَ الْكَذِبِ فَيَتَفَرَّقُونَ فَيَقُولُ الرَّجُلُ مِنْهُمْ سَمِعْتُ رَجُلاً أَعْرِفُ وَجْهَهُ وَلاَ أَدْرِي مَا اسْمُهُ يُحَدِّثُ
Sesungguhnya syaitan menjelma dalam rupa seseorang, lalu dia mendatangi suatu kaum dan menceritakan sebuah berita bohong, akhirnya mereka berselisih. Lalu seseorang dari mereka berkata, ‘Aku mendengar seseorang bercerita, ‘Aku mengetahui wajahnya akan tetapi tidak mengetahui namanya.

Dan diriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash Radhiyallahu anhuma, beliau berkata:

إِنَّ فِـي الْبَحْرِ شَيَاطِينَ مَسْجُونَةً أَوْثَقَهَا سُلَيْمَانُ يُوشِكُ أَنْ تَخْرُجَ فَتَقْرَأَ عَلَى النَّاسِ قُرْآنًا
Sesungguhnya di dalam lautan ada syaitan-syaitan terpenjara yang diikat oleh Sulaiman, hampir saja mereka keluar, lalu membacakan al-Qur-an kepada manusia.

إِنَّ بَيْنَ يَدَيِ السَّاعَةِ… شَهَادَةُ الزُّورِ وَكِتْمَانُ شَهَادَةِ الْحَقِّ
Sesungguhnya menjelang datangnya Kiamat… (akan banyak) persaksian palsu dan menyembunyikan persaksian yang benar.” [1]

شَهَادَةُ الزُّوْرِ 
(Persaksian palsu) adalah kebohongan yang disengaja dalam persaksian. Maka, sebagaimana persaksian palsu sebagai sebab pembatalan kebenaran, demikian pula menyembunyikan persaksian sebagai sebab pembatalan kebenaran.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَلَا تَكْتُمُوا الشَّهَادَةَ ۚ وَمَن يَكْتُمْهَا فَإِنَّهُ آثِمٌ قَلْبُهُ
“… Dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barangsiapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya…” 
[Al-Baqarah: 283]

Diriwayatkan dari Abu Bakrah Radhiyallahu anhu, dia berkata, “Dahulu kami bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:

أَلاَ أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَـرِ الْكَبَائِرِ (ثَلاَثًا)؟ اَلإِشْرَاكُ بِاللهِ، وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ، وَشَهَادَةُ الزُّوْرِ -أَوْ قَوْلُ الزُّوْرِ-، وَكَـانَ مُتَّكِئًا فَجَلَسَ، فَمَا زَالَ يُكَرِّرُهَا حَتَّى قُلْنَا: لَيْتَهُ سَكَتَ
Maukah kalian aku kabarkan tentang dosa besar yang paling besar?’ (beliau mengulanginya sebanyak tiga kali), ‘Menyekutukan Allah, durhaka kepada kedua orang tua, persaksian palsu -ucapan bohong-.’” Ketika itu beliau bersandar, lalu duduk, senantiasa beliau mengulang-ulangnya hingga kami berkata (dalam hati), “Andaikata beliau diam.

مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ أَنْ يَقِلَّ الْعِلْمُ، وَيَظْهَرَ الْجَهْلُ، وَيَظْهَرَ الزِّنَا، وَتَكْثُرَ النِّسَاءُ، وَيَقِلَّ الرِّجَالُ، حَتَّى يَكُونَ لِخَمْسِينَ امْرَأَةً الْقَيِّمُ الْوَاحِدُ
Di antara tanda-tanda Kiamat adalah sedikitnya ilmu, merajalelanya kebodohan, merajalelanya zina, banyaknya kaum wanita, dan sedikitnya kaum pria, hingga untuk lima puluh orang wanita hanya ada satu orang laki-laki yang mengurusnya.

يَكُوْنُ فِي آخِرِ الزَّمَانِ أَقْوَامٌ إِخْوَانُ الْعَلاَنِيَةِ أَعْدَاءُ السِّرِّيْرَةِ، قَالَ: يَارَسُوْلَ اللهِ! كَيْفَ يَكُوْنُ ذلِكَ؟ قَالَ: بِرَغْبَةِ بَعْضِهِمْ إِلىَ بَعْضٍ، وَبِرَهْبَةِ بَعْضِهِمْ مِنْ بَعْضٍ
Di akhir zaman nanti akan ada beberapa kaum yang saling bersaudara secara zhahir, akan tetapi hati mereka saling bermusuhan.’ 
Dia bertanya, ‘Wahai Rasulullah, bagaimana hal itu bisa terjadi?’ 
Beliau menjawab, ‘Disebabkan kecintaan sebagian dari mereka kepada yang lainnya, dan dengan sebab kebencian sebagian dari mereka kepada yang lainnya.

لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَعُودَ أَرْضُ الْعَرَبِ مُرُوجًا وَأَنْهَارًا
Tidak akan tiba hari Kiamat hingga tanah Arab kembali hijau penuh dengan tumbuhan dan sungai-sungai.”


لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تُمْطِرَ السَّمَاءُ مَطَرًا لاَ تُكِنُّ مِنْهَا بُيُوتُ الْمَدَرِ وَلاَ تُكِنُّ مِنْهَا إِلاَّ بُيُوتُ الشَّعَرِ
Tidak akan tiba Kiamat hingga langit menurunkan hujan. Rumah-rumah yang terbuat dari tanah liat tidak akan pernah bisa memberi naungan darinya kecuali rumah-rumah yang terbuat dari bulu (yakni tidak dapat menimbulkan tumbuh-tumbuhan yang dapat menutup rumah dari tanah liat kecuali rumah yang terbuat dari bulu).

Dan diriwayatkan dari Anas Radhiyallahu anhu, dia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يُمْطَرَ النَّاسُ مَطَرًا عَامًّا وَلاَ تُنْبِتُ اْلأَرْضُ شَيْئًا
Tidak akan tiba hari Kiamat hingga manusia dihujani dengan hujan secara merata, tetapi bumi tidak menumbuhkan sesuatu.

Jika hujan sebagai sebab tumbuhnya berbagai macam tumbuhan di atas bumi, maka sungguh, Allah Subhanahu wa Ta’ala mampu menjadikan sesuatu yang dapat menahan sebab tersebut, sehingga tidak bisa memberikan pengaruh apa pun. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala, Dia-lah yang menciptakan sebab dan akibat, tidak ada sesuatu pun yang sulit bagi-Nya.

Dijelaskan dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَيْسَتِ السَّنَةُ بِأَنْ لاَ تُمْطَـرُوا وَلَكِنَّ السَّنَةَ أَنْ تُمْطَرُوا وَتُمْطَرُوا وَلاَ تُنْبِتُ اْلأَرْضُ شَيْئًا
Bukanlah paceklik itu karena kalian tidak dituruni hujan, akan tetapi paceklik itu kalian dituruni hujan dan kalian dituruni hujan, namun bumi tidak menumbuhkan sesuatu.”

لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَحْسِرَ الْفُرَاتُ عَنْ جَبَلٍ مِنْ ذَهَبٍ، يَقْتَتِلُ النَّاسُ عَلَيْهِ، فَيُقْتَلُ مِنْ كُلِّ مِائَةٍ تِسْعَةٌ وَتِسْعُونَ وَيَقُولُ كُلُّ رَجُلٍ مِنْهُمْ: لَعَلِّي أَكُونُ أَنَا الَّذِي أَنْجُو
Tidak akan tiba hari Kiamat hingga sungai Furat [1] menampakkan timbunan emas. Manusia saling membunuh karenanya. Dari setiap seratus orang, terbunuh sembilan puluh sembilan orang. Setiap orang dari me-reka berkata, ‘Semoga akulah yang beruntung (mendapatkannya).

Dijelaskan dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, beliau berkata:

جَاءَ ذِئْبٌ إِلَى رَاعِي غَنَمٍ، فَأَخَذَ مِنْهَا شَاةً، فَطَلَبَهُ الرَّاعِي حَتَّى انْتَزَعَهَا مِنْهُ. قَالَ: فَصَعِدَ الذِّئْبُ عَلَى تَلٍّ، فَأَقْعَى وَاسْتَذْفَرَ. فَقَالَ: عَمَدْتَ إِلَى رِزْقٍ رَزَقَنِيهِ اللهُ عَزَوَجَلَ انْتَزَعْتَهُ مِنِّـي. فَقَالَ الرَّجُلُ: تَاللهِ إِنْ رَأَيْتُ كَالْيَوْمِ ذِئْبًا يَتَكَلَّمُ! قَالَ الذِّئْبُ: أَعْجَبُ مِنْ هَذَا رَجُلٌ فِي النَّخَلاَتِ بَيْنَ الْحَرَّتَيْنِ يُخْبِرُكُمْ بِمَا مَضَـى وَبِمَا هُوَ كَائِنٌ بَعْدَكُمْ -وَكَانَ الرَّجُلُ يَهُودِيًّا- فَجَاءَ الرَّجُلُ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَأَخْبَرَهُ، فَصَدَّقَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّهَا أَمَارَةٌ مِنْ أَمَارَاتٍ بَيْنَ يَدَيِ السَّاعَةِ، قَدْ أَوْشَكَ الرَّجُلُ أَنْ يَخْرُجَ فَلاَ يَرْجِعَ حَتَّـى تُحَدِّثَهُ نَعْلاَهُ وَسَوْطُهُ مَا
أَحْدَثَ أَهْلُهُ بَعْدَهُ
“Seekor serigala mendatangi seorang pengembala domba, lalu (serigala itu) mengambil seekor domba darinya. Kemudian pengembala itu me-rebutnya secara paksa darinya.” (Abu Hurairah) berkata, “Serigala itu naik ke tempat yang tinggi, dia duduk dan menggerak-gerakan ekornya. 
Dia berkata, ‘Engkau sengaja mengambil rizki secara paksa padahal Allah Azza wa Jalla telah memberikannya kepadaku.’ 
Orang tersebut berkata, ‘Demi Allah! Aku tidak pernah melihat (pemandangan) seperti hari ini; seekor serigala dapat berbicara!’ 
Serigala itu berkata, ‘Yang lebih aneh lagi adalah seorang laki-laki yang berada di kebun-kebun kurma di antara dua perkampungan akan mengabarkan kepada kalian segala hal yang telah terjadi dan yang akan terjadi setelah kalian.’ -Orang tersebut adalah seorang Yahudi-. 
Kemudian laki-laki itu datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan mengabarkan kepadanya, maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam membenarkannya, beliau bersabda, “Sesungguhnya ia adalah salah satu tanda dari tanda-tanda Kiamat. Hampir saja seseorang keluar, lalu dia tidak kembali sehingga kedua sandalnya dan cambuknya berbicara kepadanya tentang sesuatu yang dilakukan oleh isterinya di saat ketidakhadirannya.” 
[HR. Ahmad]

Dan dalam riwayat beliau (Imam Ahmad) dari Abu Sa’id al-Khudri, kemudian beliau menyebutkan kisah tersebut sehingga dia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

صَدَقَ وَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ، لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تُكَلِّمَ السِّبَاعُ اْلإِنْسَ وَحَتَّـى تُكَلِّمَ الرَّجُلَ عَذَبَةُ سَـوْطِهِ وَشِرَاكُ نَعْلِهِ وَتُخْبِرَهُ فَخِذُهُ بِمَا أَحْدَثَ أَهْلُهُ بَعْدُهُ
Benar, demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidak akan tiba hari Kiamat sehingga manusia dan binatang-binatang buas berbicara, ujung cambuk berbicara dengan pemiliknya, demikian pula tali sandal-nya, dan pahanya memberitakan kepadanya apa yang dilakukan oleh isterinya saat ketidakhadirannya.


https://www.dbastian.com/
https://www.facebook.com/dbastian75
https://www.instagram.com/d_bastian75/
https://www.linkedin.com/in/dbastians/
https://twitter.com/d_bastian75

Rasulullah Berbicara Dengan Jasad-jasad Yang Tidak Bernyawa

Umar berkata: Wahai Rasulullah, bagaimana Tuan berbicara dengan jasad-jasad tidak bernyawa? Beliau bersabda: "Kalian tidak lebih mendengar ucapanku melebihi mereka, hanya saja mereka tidak bisa menjawabku sedikit pun."
حَدَّثَنِي إِسْحَقُ بْنُ عُمَرَ بْنِ سَلِيطٍ الْهُذَلِيُّ حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ الْمُغِيرَةِ عَنْ ثَابِتٍ قَالَ قَالَ أَنَسٌ كُنْتُ مَعَ عُمَرَ ح و حَدَّثَنَا شَيْبَانُ بْنُ فَرُّوخَ وَاللَّفْظُ لَهُ حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ الْمُغِيرَةِ عَنْ ثَابِتٍ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ
كُنَّا مَعَ عُمَرَ بَيْنَ مَكَّةَ وَالْمَدِينَةِ فَتَرَاءَيْنَا الْهِلَالَ وَكُنْتُ رَجُلًا حَدِيدَ الْبَصَرِ فَرَأَيْتُهُ وَلَيْسَ أَحَدٌ يَزْعُمُ أَنَّهُ رَآهُ غَيْرِي قَالَ فَجَعَلْتُ أَقُولُ لِعُمَرَ أَمَا تَرَاهُ فَجَعَلَ لَا يَرَاهُ قَالَ يَقُولُ عُمَرُ سَأَرَاهُ وَأَنَا مُسْتَلْقٍ عَلَى فِرَاشِي ثُمَّ أَنْشَأَ يُحَدِّثُنَا عَنْ أَهْلِ بَدْرٍ فَقَالَ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُرِينَا مَصَارِعَ أَهْلِ بَدْرٍ بِالْأَمْسِ يَقُولُ هَذَا مَصْرَعُ فُلَانٍ غَدًا إِنْ شَاءَ اللَّهُ قَالَ فَقَالَ عُمَرُ فَوَالَّذِي بَعَثَهُ بِالْحَقِّ مَا أَخْطَئُوا الْحُدُودَ الَّتِي حَدَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فَجُعِلُوا فِي بِئْرٍ بَعْضُهُمْ عَلَى بَعْضٍ فَانْطَلَقَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى انْتَهَى إِلَيْهِمْ فَقَالَ يَا فُلَانَ بْنَ فُلَانٍ وَيَا فُلَانَ بْنَ فُلَانٍ هَلْ وَجَدْتُمْ مَا وَعَدَكُمْ اللَّهُ وَرَسُولُهُ حَقًّا فَإِنِّي قَدْ وَجَدْتُ مَا وَعَدَنِي اللَّهُ حَقًّا قَالَ عُمَرُ يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ تُكَلِّمُ أَجْسَادًا لَا أَرْوَاحَ فِيهَا قَالَ مَا أَنْتُمْ بِأَسْمَعَ لِمَا أَقُولُ مِنْهُمْ غَيْرَ أَنَّهُمْ لَا يَسْتَطِيعُونَ أَنْ يَرُدُّوا عَلَيَّ شَيْئًا

Telah menceritakan kepadaku Ishaq bin Umar bin Salith Al Hudzali telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Al Mughirah dari Tsabit berkata: Anas berkata: Aku bersama Umar. Telah menceritakan kepada kami Syaiban bin Farrukh, teks miliknya, telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Al Mughirah dari Tsabit dari Anas bin Malik berkata:
Kami bersama Umar diantara Makkah dan Madinah, kami melihat hilal, aku adalah orang yang berpenglihatan tajam, aku melihatnya, tapi tiadk seorang pun mengira bahwa tidak ada melihatnya selainku.
Anas berkata: Aku berkata kepada Umar: Apa kau tidak melihatnya? Ia tidak melihatnya, ia berkata: Aku akan melihatnya dengan berbaring di atas hamparanku.
Lalu ia menceritakan kepada kami tentang tentara-tentara Badar, ia berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam memperlihatkan tempat kematian tentara-tentara Badar kemarin, beliau bersabda: "Ini tempat kematian fulan besok, insya Allah."
Anas berkata: Umar berkata: Demi Dzat yang mengutusnya dengan kebenaran, mereka tidak melenceng dari batasan yang ditentukan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam."
Ia berkata: Mereka ditempatkan dilubang tanah satu sama lain, lalu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam bergegas hingga tiba menemui mereka, beliau memanggil: "Hai fulan bin fulan, hai fulan bin fulan, apakah kalian mendapatkan kebenaran janji Allah dan rasulNya, sesungguhnya aku telah menemukan kebenaran janji Allah yang dijanjikan padaku."
Umar berkata: Wahai Rasulullah, bagaimana Tuan berbicara dengan jasad-jasad tidak bernyawa? Beliau bersabda: "Kalian tidak lebih mendengar ucapanku melebihi mereka, hanya saja mereka tidak bisa menjawabku sedikit pun."
(HR. Muslim: 5120)

Sesungguhnya Mayit Bisa Mendengar Derapan Sandal Pengantarnya

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda: "Sesungguhnya mayit bila telah diletakkan dikuburnya, ia mendengar derapan sandal mereka saat mereka pulang."
و حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ مِنْهَالٍ الضَّرِيرُ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ زُرَيْعٍ حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ أَبِي عَرُوبَةَ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الْمَيِّتَ إِذَا وُضِعَ فِي قَبْرِهِ إِنَّهُ لَيَسْمَعُ خَفْقَ نِعَالِهِمْ إِذَا انْصَرَفُوا
>حَدَّثَنِي عَمْرُو بْنُ زُرَارَةَ أَخْبَرَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ يَعْنِي ابْنَ عَطَاءٍ عَنْ سَعِيدٍ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا وُضِعَ فِي قَبْرِهِ وَتَوَلَّى عَنْهُ أَصْحَابُهُ فَذَكَرَ بِمِثْلِ حَدِيثِ شَيْبَانَ عَنْ قَتَادَةَ

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Minhal Adh Dharir telah menceritakan kepada kami Yazid bin Zurai' telah menceritakan kepada kami Sa'id bin Abu Arubah dari Qatadah dari Anas bin Malik berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda: "Sesungguhnya mayit bila telah diletakkan dikuburnya, ia mendengar derapan sandal mereka saat mereka pulang."
Telah menceritakan kepadaku Amru bin Zurarah telah mengkhabarkan kepada kami Abdulwahhab bin Atho` dari Sa'id dari Qatadah dari Anas bin Malik nabi Allah Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda: "Bila ia diletakkan dikuburnya dan teman-temannya pulang." Ia menyebut seperti hadits Syaiban dari Qatadah.
(HR. Muslim: 5116)

Kasing Sayang Allah Terhadap Hamba-Nya Melebihi Kasih Sayang Seorang Ibu Terhadap Anaknya

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertanya kepada kami: 'Menurut kalian, apakah perempuan itu tega melemparkan bayinya ke dalam api? ' Kami menjawab; 'Demi Allah, sesungguhnya ia tidak akan tega melemparkan anaknya ke dalam api selama ia masih sanggup menghindarkannya dari api tersebut.' Lalu Rasulullah bersabda: 'Sungguh, kasih sayang Allah terhadap hamba-Nya melebihi kasih sayang perempuan itu terhadap anaknya.'"
حَدَّثَنِي الْحَسَنُ بْنُ عَلِيٍّ الْحُلْوَانِيُّ وَمُحَمَّدُ بْنُ سَهْلٍ التَّمِيمِيُّ وَاللَّفْظُ لِحَسَنٍ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي مَرْيَمَ حَدَّثَنَا أَبُو غَسَّانَ حَدَّثَنِي زَيْدُ بْنُ أَسْلَمَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ أَنَّهُ قَالَ
قَدِمَ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِسَبْيٍ فَإِذَا امْرَأَةٌ مِنْ السَّبْيِ تَبْتَغِي إِذَا وَجَدَتْ صَبِيًّا فِي السَّبْيِ أَخَذَتْهُ فَأَلْصَقَتْهُ بِبَطْنِهَا وَأَرْضَعَتْهُ فَقَالَ لَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَتَرَوْنَ هَذِهِ الْمَرْأَةَ طَارِحَةً وَلَدَهَا فِي النَّارِ قُلْنَا لَا وَاللَّهِ وَهِيَ تَقْدِرُ عَلَى أَنْ لَا تَطْرَحَهُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَلَّهُ أَرْحَمُ بِعِبَادِهِ مِنْ هَذِهِ بِوَلَدِهَا

Telah menceritakan kepadaku Al Hasan bin 'Ali Al Hulwani, dan Muhammad bin Sahl At Tamimi -dan lafadh ini milik Hasan-;   telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Maryam, telah menceritakan kepada kami Abu Ghassan, telah menceritakan kepadaku Zaid bin Aslam, dari bapaknya, dari Umar bin Al Khaththab, bahwasanya dia berkata:
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah memperoleh beberapa orang tawanan perang. Tiba-tiba ada seorang perempuan dari mereka mencari bayinya dalam kelompok tawanan itu, maka ia mengambil dan membuainya serta menyusuinya.
Melihat hal itu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertanya kepada kami: 'Menurut kalian, apakah perempuan itu tega melemparkan bayinya ke dalam api? '
Kami menjawab; 'Demi Allah, sesungguhnya ia tidak akan tega melemparkan anaknya ke dalam api selama ia masih sanggup menghindarkannya dari api tersebut.' Lalu Rasulullah bersabda: 'Sungguh, kasih sayang Allah terhadap hamba-Nya melebihi kasih sayang perempuan itu terhadap anaknya.'"
(HR. Imam Muslim: 4947)

Takutilah Dunia Dan Takutilah Wanita

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى وَمُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ قَالَا حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ أَبِي مَسْلَمَةَ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا نَضْرَةَ يُحَدِّثُ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الدُّنْيَا حُلْوَةٌ خَضِرَةٌ وَإِنَّ اللَّهَ مُسْتَخْلِفُكُمْ فِيهَا فَيَنْظُرُ كَيْفَ تَعْمَلُونَ فَاتَّقُوا الدُّنْيَا وَاتَّقُوا النِّسَاءَ فَإِنَّ أَوَّلَ فِتْنَةِ بَنِي إِسْرَائِيلَ كَانَتْ فِي النِّسَاءِ
وَفِي حَدِيثِ ابْنِ بَشَّارٍ لِيَنْظُرَ كَيْفَ تَعْمَلُونَ
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna dan Muhammad bin Basysyar keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja'far telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Abu Maslamah dia berkata; aku mendengar Abu Nadlrah bercerita dari Abu Sa'id Al Khudri dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya dunia itu manis. Dan sesungguhnya Allah telah menguasakannya kepadamu sekalian. Kemudian Allah menunggu (memperhatikan) apa yang kamu kerjakan (di dunia itu). Karena itu takutilah dunia dan takutilah wanita, karena sesungguhnya sumber bencana Bani Israil adalah wanita." Sedangkan di dalam Hadits Ibnu Basyar menggunakan kalimat; 'liyandlur kaifa ta'malun.' (Kemudian Allah (memperhatikan) apa yang kamu kerjakan (di dunia itu).'
(HR. Muslim: 4925)
© all rights reserved
made with by templateszoo